webnovel

27. Ulang Tahun 3

"Arghi." Langkah kaki Arghi terhenti seketika mendapati suara Galant yang tengah memanggil di belakangnya. Suara keras dari sesuatu yang jatuh ke lantai, membuat dia langsung berpaling.

"Galant!" panggil Arghi dengan suaranya yang bergetar ketakutan. Tidak ada jawaban yang dia dapatkan dari Galant di sana menyebabkan kekhawatiran Arghi meningkat semakin waktu.

"Galant!" panggil Arghi kembali, dia merosot untuk menjangkau Galant yang tergeletak di lantai. Lagi-lagi Arghi tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari Galant. Kepanikan semakin membuncah dari dalam diri Arghi ketika dia telah meraih Galant untuk masuk ke dalam pelukannya sambil mengguncang-guncang pelan, tidak ada reaksi apapun dari Galant. "Galant! Galant! Apa yang terjadi padamu? Galant!"

Arghi terus memanggil Galant, mengguncang-guncang tubuh Galant membuatnya sadar. "Galant! Jangan melakukan ini, maafkan aku. Maafkan aku, aku berjanji tidak akan melakukan itu lagi Galant."

Keputusasaan yang membuncah juga kepanikan yang tak terbendung lagi hingga air mata Arghi meledak keluar. Pikiran Arghi menjadi kosong tidak dapat lagi untuk memikirkan hal apapun untuk dia lakukan. Seberapa banyak Arghi memanggil Galant, tetap saja sahabatnya ini hanya diam tak bergerak. Tangan Arghi merayap tepat ke atas dada Galant yang berdetak terkendali, tetapi tetap saja Galant tak kunjung sadar dari pingsannya.

"Galant, maafkan aku. Aku tidak akan melakukan hal-hal kekanakkan lagi seperti tadi. Aku berjanji akan menuruti apa yang kamu inginkan. Aku berjanji. Jadi, tolong bangun." Arghi berkata serak dan dalam, tangannya melayang dan mendarat lembut ke wajah Galant. Dia mengusap sangat perlahan merasakan lekukan-lekukan halus yang terpahat di wajah itu lewat telapak tangannya.

"Galant! Galant, jangan membuatku gila seperti ini. Maafkan aku tidak memperhatikanmu, maafkan aku karena terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu." Arghi menangis dengan air matanya yang telah membanjiri permukaan pipi Galant yang terasa menghangat. Dia bangkit berdiri meraba-raba dengan hati-hati keran air dan membasahi tangannya, dia kembali berada ke sisi Galant untuk menepuk-nepukkan tanganya yang basah ke wajah Galant dengan penuh kehati-hatian.

"Galant bangun. Bagaimana kamu bisa pingsan di hari ulang tahunmu ini?" Arghi berbisik mengangkat perlahan kepala Galant ke dalam pangkuannya, menunggu harap-harap cemas setiap detiknya yang melaju. Masih belum ada pergerakan dari Galant dan Arghi semakin bingung dia harus melakukan apa, mungkin saja dia harus keluar rumah meminta bantuan seseorang atau siapapun itu untuk membantunya membawa Galant ke rumah sakit. Jika dia tidak melakukan itu maka bisa saja justru akan memperburuknya dan Arghi tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

"Galant aku akan pergi keluar untuk mencari seseorang yang bisa membantu," kata Arghi mulai menyingkirkan perlahan kepala Galant untuk berbaring kembali ke lantai, tetapi sebelum Arghi melakukannya lebih jauh lagi perasaan lega luar biasa menyiram tubuh Arghi ketika dia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan Galant bergeser semakin dekat dengannya.

"Galant? Kamu kembali?" tanya Arghi tidak bisa menutupi nadanya sendiri yang senang akan kesadaran Galant yang kembali lagi.

Arghi merasakan sebuah anggukan di perutnya saat Galant menenggelamkan wajah di perut Arghi juga tangannya telah melingkar erat di pinggangnya. Arghi mengucapkan banyak syukur, bahwa tidak ada hal yang terjadi begitu serius untuk membuatnya semakin khawatir.

"Apa yang terjadi Galant?" tanya Arghi meletakkan telapak tangannya pada punggung Galant dan mengusap naik turun di sana.

"Badanku sedikit tidak enak sebelumnya, tetapi saat kamu datang semuanya menjadi baik-baik saja."

Arghi terdiam beberapa saat dan mengusap kasar jejak-jejak air mata di pipinya. Ini sebenarnya sangat memalukan untuk menangis di depan Galant dan dia berharap Galant tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.

"Galant."

"Hm?" hanya ada gumaman teredam sebagai tanggapan Galant.

"Maafkan—" Arghi bahkan belum sempat melanjutkan perkataannya saat Galant menghentikan ucapannya dengan salah satu telapak tangan Galant telah menempel di bibir Arghi.

"Jangan mengatakan itu." Arghi menegang di bawah sentuhan Galant yang menelusuri wajahnya kali ini dan Arghi tidak dapat menahan diri untuk memejamkan matanya. Dia entah mengapa dengan sebuah sentuhan kecil itu dari Galant menjadikan dirinya memiliki keinginan untuk meringkuk ke sisi Galant menempel erat padanya. Pikiran menyimpang Arghi yang lain bahkan menginginkan sentuhan itu lebih banyak lagi dari ini membuatnya tanpa sadar bersandar pada sentuhan yang Galant ciptakan.

Arghi mengerjap beberapa kali menyadarkan dirinya sendiri dengan kebodohan yang baru saja dia lakukan. Bagaimana bisa dia menikmati sesuatu yang salah seolah dia bahkan mengajak Galant untuk turut serta ke jalan berkelok seperti yang Arghi tempuh sekarang. Maka, Arghi dengan lembut memindahkan tangan Galant yang kali ini telah masuk menelusup ke balik helai rambut Arghi dan bermain-main di sana untuk menariknya menjauh.

"Apakah kita harus pergi ke rumah sakit?" tanya Arghi khawatir jika Galant tidak memeriksakan kondisinya setelah dia tiba-tiba jatuh pingsan.

"Untuk apa? Itu sama sekali tidak perlu Arghi, sekarang aku baik-baik saja."

Benar, dari suara saat Galant berbicara padanya itu membuktikan bahwa memang Galant baik-baik saja. Namun, Galant sepertinya tidak menyadari bahwa dia seharusnya bangkit untuk duduk bukannya justru semakin menyamankan kepalanya untuk berbaring pada pangkuan Arghi yang sekarang kakinya terasa mulai kesemutan.

"Kamu tidak pernah pingsan sebelumnya, bagaimana aku tidak mengkhawatirkan itu." Arghi membuka matanya dan menunduk untuk 'melihat' ke arah Galant yang masih berbaring di pangkuannya. Di antara meja makan dan juga wastafel cuci piring yang sama sekali sepertinya tidak mempengaruhi Galant sedikitpun.

"Kamu tidak perlu khawatir Arghi, aku baik-baik saja, selama kamu juga dalam kondisi baik-baik saja juga. Kamu tahu saat kamu berbalik dan pergi meninggalkanku seperti barusan aku berpikir duniaku akan berakhir bersama kemarahanmu. Tapi saat kamu kembali datang padaku dan menyentuhku, aku tahu semua akan berakhir baik. Seperti saat aku melihat cahaya di antara kegelapan sebelumnya yang aku miliki dalam waktu singkat itu."

Arghi tidak tahu bagaimana menanggapinya, apalagi itu mengenai Arghi sendiri sekarang yang tengah di bahas.

Galant kemudian kembali berbicara seolah dia tengah melamun. "Di umurku yang sekarang sudah delapan belas tahun, aku belum pernah mencoba mencicipi minuman keras setetes pun. Mengapa sekarang aku bahkan belum meminumnya, tetapi aku sudah mabuk lebih dahulu?"

Alis Arghi bertaut untuk memahami lebih dalam lagi atas apa yang baru saja Galant katakan padanya. "Aku tidak tahu."

"Itu kamu."

Next chapter