webnovel

Goodbye Termalaine

Tatapan mereka semua masih tertuju padaku.

"Apa maksud perkataanmu? Bukankah kau terlalu berlebihan?" Ucap Delta  sambil menatapku dengan kesal.

"Iya, apa kau tidak kasihan?"

"Dasar bodoh. Coba kau ingat kejadian tadi, apa kau pikir para Kobold itu berkumpul di ruang sebelumnya bukan karena perintah dari bajingan ini?"

"Masuk akal juga" Delta menatap ke arah para Kobold itu kemudian menggoyang-goyang bahunya layaknya petinju yang sedang melakukan pemanasan.

"Tunggu, mungkin mereka punya alasan tersendiri"

"Fiona, aku sudah berhadapan dengan situasi semacam ini ratusan kali. Jika kau tidak ingin melihatnya, kau hanya perlu berbalik dan menutup matamu"

"Benar, ini akan selesai dengan cepat!"

Ta-tapi dia belum tentu jah-"

Swing! Trang!

Tiba-tiba tombak melesat dan dengan gesit aku menangkis tombak itu dengan pedangku.

"Lihat, bukankah sudah kubilang?"

"Kalau cuma tiga ekor, aku bisa mengatasinya sendiri!" Delta mulai menggoyang-goyangkan bahunya.

"Serang!" Ucap pemimpin Kobold yang memakai aksesoris sayap.

Kedua kobold itu mulai berlari menuju ke arah Delta dengan langkah yang terlihat begitu ragu-ragu.

Delta ikut menerjang mereka dan menghempaskan tendangan layaknya sedang menendang sebuah bola, tendangan itu membuat salah satu Kobold itu terpental.

Kobold lainnya yang melihat tendangan tadi hanya menatap ke arah Delta dan diam ketakutan, tidak selang beberapa detik, Kobold itu kini berlutut dan memberi gesture Seakan-akan meminta untuk diampuni.

"Payah! Berdiri dan bertarung dasar reptil!"

Kobold itu masih memberi gesture yang sama.

"Hei, lihat! Dia bahkan  berlutut! Kenapa kita tidak ampuni mereka saja!?"

Disaat Delta masih menatap Kobold yang masih berlutut, sebuah tas pinggang yang dibawa oleh pemimpin Kobold itu terbang dan menghantam wajah Delta yang sedang lengah.

"Lemparan yang bagus" Kataku.

Setelah terkena hantaman tas itu. Reaksi Delta selanjutnya terlihat begitu aneh, dia tersenyum puas ke arahku.

"Terimakasih! Hahahaha lihat tubuh ini"

Tubuh? Aku seketika menatap pemimpin Kobold untuk memastikan sesuatu dan benar saja pemimpin Kobold itu terbaring layaknya sedang tertidur.

"Ha-hantu sungguhan!?"

"Bukan, ini lebih seperti mantra astral yang pernah aku baca"

"Jadi bukan han-"

Swing! Trang!

Pedang besar sudah melayang ke arahku dengan cepat, tapi aku berhasil menahannya.

"Hei, Aku sedang berbicara"

"Gerakan yang bagus!"

Jika ini bukan hantu melainkan mantra sihir, berarti tidak ada yang perlu ditakutkan.

Pedang kami masih beradu dan saling mengadu kekuatan.

"Kau masih bisa menahan pedang ini!? Hahaha kukira kau lebih lemah dari pria berotot ini!"

"Kau... Meski kau meminjam tubuh si bodoh ini, tapi aku yakin kemampuan berpedangmu tidak sama"

Saat pedang kami masih bergesekan satu sama lain, aku mendorong pedangku kesamping membuat pedang kami bersentuhan dengan tanah dengan gerakan yang cepat aku mundur beberapa inci kemudian melompat sambil menghunuskan pedangku.

Saat pedangku melayang ke arah lehernya, tubuh Delta dengan terburu-buru menghindar, seranganku gagal mengenainya, namun tubuh Delta kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Aku menginjak dada Delta dan menghunuskan pedangku ke lehernya

"Keluar atau kutebas?"

"Hahaha tebas saja! Lagipula ini kan tubuh temanmu!"

Srakk!

Aku menusuk pergelangan tangan tubuh Delta.

Aku sengaja mengarah titik yang tidak fatal

Jika lukanya hanya sebatas itu dengan beberapa ramuan obat kurasa luka itu akan cepat terobati.

"Arkhhhh! A-apa yang kau lakukan!"

"Sudah kuduga kau berbagi rasa sakit dari tubuh Delta.

" Mungkin aku tidak akan membunuh tubuh temanku tapi kurasa aku masih bisa memberikan luka yang akan terus kau ingat. Bagaimana? Mau mengetes seberapa kuat kau menahan rasa sakit?"

Jika ini sihir yang merasuki tubuh seseorang dengan jiwanya, bukankah itu berarti jiwa itu sendiri bisa keluar dengan kehendaknya?

"... Haaa... Haaaa... Bangsat! Ini kan tubuh te-arkhhh!"

Aku menusuk pedangku lebih dalam.

"Jika hanya luka sekecil ini temanku mampu menahannya... Tapi bagaimana denganmu?"

"Hei! Itu kan tubuh Delta! Apa yang kau lakukan!" Fiona terlihat panik

Jujur saja, jika lukanya hanya sebatas ini Delta pasti mampu menahannya. Lagipula... Dia sudah beberapa kali hampir mati. Aku hanya perlu menggertak dan membuat orang tersebut keluar dengan sendirinya

"Tenang saja pria bodoh ini tidak akan mengeluh jika hanya karena luka kecil"

"Itu tidak akan membantu! Kau harus menghancurkan tas yang ia bawa!"

"Kenapa kau tidak bilang dari awal?"

"Kenapa kau tidak tanya dari awal!"

"Baiklah, baiklah. Ini salahku" Dia kelihatan begitu marah

"baiklah, selagi aku menahannya, kau yang hancurkan tas itu dengan bola api milikmu"

Fiona hanya mengangguk kesal dan kemudian merapalkan mantranya.

"K-kau pikir aku akan membiarkannya!?" Delta mencoba menarik tusukan pedangnya menggunakan tangan satunya sambil berteriak menahan rasa sakit.

Kekuatannya hampir setingkat Delta.

"Menyerah saja, kau pikir hanya dengan itu bisa melepaskan tusukan pedangku?"

"B*ngsat! Kau bilang menyerah!? Kau tidak tahu usahaku selama ini!?"

"Tidak, dan aku tidak ingin tau"

Sesaat dia mulai menarik sekuat tenaga pedang yang menancap di pergelangan tangannya, Fiona terlihat sudah selesai membaca mantranya dan dari tangan yang ia julurkan itu, tangannya mengeluarkan bola api kecil berwarna merah dan melesat dengan cepat ke arah tas milik sosok misterius itu.

Saat bola api tersebut membakar tas itu, tubuh Delta tersentak dan pingsan.

Kami berdua menatap satu sama lain.

"Delta mungkin akan bangun sebentar lagi, kita harus menyembuhkan lukanya sebelum dia bangun. Lain kali kalau ada kejadian seperti tadi, kau tidak boleh bertindak gegabah! Mengerti!?"

"Iya, iya, aku mengerti"

"Apa kau benar-benar mengerti?" Fiona menatapku curiga.

"Apa raut wajahku ini mengatakan kalau aku tidak mengerti?"

"Wajahmu terlihat menjengkelkan"

Sesaat Fiona sedang mengoleskan obat ke luka Delta, Tiba-tiba Delta terbangun.

"Whaaa! Apaa itu tadi!"

"Apanya?"

"Ingatan kakek tua itu...  Aku melihat sekilas ingatan kakek tua itu! Aaah tanganku! Apa ini?"

Fiona menatapku dan aku secara refleks mengalihkan pandanganku.

" Pertarungan tadi yang membuatmu begitu. Kesampingkan hal itu, apa yang kau maksud dengan ingatan tadi?"

"Aku melihat sedikit ingatan tentang Kakek tua yang sedang merapal sihir di dalam gua"

"Jadi dia itu seorang kakek Tua? Lalu dimana tubuh si tua bangka itu?"

"Kemungkinan dia sudah mati. Ingatan terakhir yang aku lihat adalah saat dimana dia dimangsa oleh seekor Yeti raksasa"

Seketika aku bergetar mendengar kalimat tersebut. Berarti yang kulawan barusan adalah hantu!?

Apa ini berarti aku akan dihantui oleh sosok kakek tua itu?

"H-hei Fiona"

"Apa?"

"Apakah kau tahu cara menangkal hantu?"

X--X

Ini hari terakhir kami berada di Termalaine. Dan kejadian heroik yang kami lakukan di dalam tambang itu semakin membuat kami terkenal.

Aku tidak tau apakah ini hal yang baik atau buruk, tapi hal yang terjadi biarlah terjadi.

"Ini dia bos sesuai pesanan anda"

Saat aku melihat senjata yang kupesan di pandai besi tempo hari, senjata tersebut tidak bisa disebut sebagai pedang kecil melainkan belati.

Meski begitu belati yang dibuat oleh pandai besi disini cukup bagus. Senjata tersebut layaknya es yang dibuat sedemikian rupa menjadi belati dan gagang pedangnya terbuat dari kayu Lonelywood yang dilapisi oleh kulit hewan.

Meski tidak sesuai harapanku tapi setidaknya belati es ini cukup bagus.

"Berapa harganya?"

"Karena kau menyelamatkan kota kami, kuberi kau diskon. Cukup 10 koin emas saja"

Aku mengambil kantong emas milikku dan dan memberikannya sesuai dengan harga yang diberikan.

Jika dilihat lebih jauh lagi entah kenapa kami sekarang terlihat seperti seorang petualang daripada seorang Ksatria.

Setelah melakukan salam perpisahan kepada warga kota, kami sekarang sudah bersiap menuju kota Targos tempat dimana teman Oaurus berada. Sebelumnya Oaurus juga sudah memberi kami surat yang ditujukan kepada temannya itu. Di bagian depan surat terdapat kalimat "untuk Gildart"

Oaurus bilang Gildart adalah seorang nelayan di Targos dia mempunyai bekas luka sayatan di pipi kanannya.

Kurasa dengan informasi itu sudah cukup bagi kami untuk menemukan orang tersebut.

Entah petualangan apalagi yang menanti kami disana, tapi yang jelas aku harus menyelesaikan pekerjaanku dan pergi dari tempat ini.

Next chapter