webnovel

part 6

Ouryne tersentak mendengar pekikan keras itu, gadis itu kemudian menoleh kepada Querro yang juga sedang menatapnya.

“Kau baik-baik saja pangeran?” tanya Ouryne bingung.

Querro menggeleng pelan lalu kembali duduk dan melanjutkan makannya.

“Aneh,” gumam Ouryne lirih.

Ouryne dan yang lainnya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan makan mereka karena sebentar lagi kelas akan kembali di mulai.

“Aku jadi penasaran, apakah hanya aku dan Aera yang terlempar ke bumi sebelas tahun yang lalu? Lalu kami sebenarnya punya hubungan apa sebelum terlempar ke bumi? Dan juga, kami ini apa dan siapa?” tanya Ouryne beruntun.

Seisi meja menghentikan kompak makan mereka saat mendengar pertanyaan Ouryne, termasuk Aera yang hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Ouryne. Ouryne tersenyum sinis ketika melihat para member royal family menghentikan makan hanya karena pertanyaannya

“Sudah kuduga, kalian pasti tau sesuatu, dari kalung kita yang memiliki model yang sama sampai kemiripan antara Querro dan Aera membuatku yakin kalau kalian ada hubungannya dengan masa lalu kami,” kata Ouryne kembali membuat mereka terkejut.

Mereka kini sudah menyimpulkan sesuatu, bahwa Ouryne adalah gadis jenius yang bahkan bisa menarik kesimpulan yang tepat hanya dengan sekali lihat.

Aera mengernyit bingung, “eh, kenapa kau seyakin itu? Lagian kok kamu bisa membuat kesimpulan hanya dalam beberapa jam saja sih?” tanya Aera tak mengerti.

“Terkadang kamu bisa membuatku nyaris gila hanya dengan kelambananmu itu, dari dulu kesimpulanku tidak pernah salah kan?” sarkas Ouryne.

“Oh iya, bisa jadi kali ini kamu juga benar,” Aera mulai menyadari point-nya lalu menatap para member royal family, “jadi ada hubungan apa antara kalian dan kami?” tanya Aera.

Mereka semua hanya bisa bungkam, sampai akhirnya Ouryne berdiri dan membanting sendoknya dengan keras sebelum akhirnya berlalu pergi dari cafeteria.

Aera menghela nafas pelan, “maaf ya, dari kemarin emosi Ouryne sedang tidak stabil, ia sangat terguncang setelah tahu bahwa kedua orang tua yang merawatnya sampai mengorbankan nyawa bukanlah orang tua kandungnya,” ucap Aera meminta maaf.

“Mengorbankan nyawa? Maksudnya?” tanya Flora tak mengerti.

“Uncle Michael, ayah angkat Ouryne meninggal ketika mencoba menyelamatkan, aku, Ouryne dan aunty Alice, ibu angkat Ouryne,” jawab Aera dengan mata yang menerawang lurus ke depan.

Mereka syok mendengar perkataan Aera.

“Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Stella dengan suara sedikit serak.

Aera tersenyum sendu sambil menatap arah sahabatnya pergi tadi, dan Aera mulai menceritakan kejadian yang bahkan masih terekam jelas di benaknya walaupun sudah bertahun-tahun berlalu sejak kejadian itu.

Flashback on.

Aera dan Ouryne kecil baru saja pulang dari sekolah dasar, mereka berdua memutuskan untuk bermain Bersama di rumah Ouryne.

“Mama, papa, Ryne pulang,” teriak Ouryne dari depan pintu.

Alice yang mendengar teriakan putrinya langsung berjalan menghampiri Ouryne.

“Mama kan udah pernah bilang, jangan teriak-teriak sayang,” tegur Alice.

Wanita paruh baya itu lalu menyapa Aera dan menyuruh kedua gadis kecil itu untuk kembali ke kamar dan segera berganti baju.

Saat Ouryne dan Aera sedang asyik main di kamar, mereka berdua di kejutkan dengan suara dobrakan pintu yang di susul dengan suara ledakan di lantai bawah. Kedua gadis itu terkejut dan segera berlari ke lantai bawah untuk mengecek apa yang sedang terjadi. Mereka di kejutkan dengan sekelompok orang berjubah hitam yang berdiri di depan Alice dan Michael yang terlihat duduk di lantai, kemungkinan kedua orang itu terjatuh saat ada suara ledakan tadi.

Ouryne melotot terkejut, “menjauh dari orang tuaku dasar jahat!” teriak Ouryne lantang.

Melihat putrinya berdiri di tangga Bersama Aera membuat Michael panik,lelaki paruh baya itu hendak berteriak menyuruh mereka pergi, namun suara dari salah satu orang berjubah hitam itu membuat Michael tidak dapat mengeluarkan suaranya.

“Jadi tuan putri kita sudah datang ya,” kata salah satu dari mereka dengan nada yang mengerikan.

Wajahnya yang tertutup tudung dari jubahnya membuat mereka tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi dari orang itu.

“Jangan coba-coba mendekati putriku!” ancam Michael.

“Putrimu? Jangan membuatku tertawa Michael,” sarkas orang yang lainnya.

Michael menghiraukan kicauan orang itu dan segera mengarahkan tangannya kea rah mereka. Ouryne dan Aera terkejut ketika melihat bola api yang meluncur dari tangan Michael dan berhasil membuat orang-orang itu terpental kebelakang.

“Bukankah sudah kuperintahkan untuk menjauh?!” sinis Michael.

“Sial,” umpat salah satu dari mereka.

Alice menghampiri Aera dan Ouryne lalu merengkuh mereka berdua dan mengajak mereka untuk turun dan berlindung di balik tubuh suaminya.

Ouryne dan Aera kembali tercengang ketika melihat orang-orang berjubah hitam itu menulurkan tangannya dan meluncurkan sebuah bola api hitam ke arah Michael.

“Papa!” pekik Ouryne ketika bola api hitam itu menabrak api biru dari Michael.

Ouryne dan Aera tidak dapat mencerna apa yang terjadi sekarang ini, tapi ketika orang-orang berjubah itu semakin bertambah, Ouryne mulai khawatir jika sang ayah tidak bisa menangani mereka sendirian.

Ouryne berbalik dan menatap Alice dengan mata berembun, “ma, bantu papa,” pinta Ouryne pilu.

Alice mengangguk lalu tangannya mulai bergerak dan secara mengejutkan, puluhan jarum es meluncur dari tangan Alice dan menusuk orang-orang berjubah hhitam itu. Darah berceceran dimana-mana, membuat Ouryne dan Aera semakin tidak bisa berkata-kata, sesaat kemudian tangan Alice kembali meluncurkan puluhan jarum es yang berhasil membunuh puluhan orang berjubah hitam. Tapi jumlah mereka yang terus bertambah membuat Alice dan Michael kewalahan.

“Aku gak tau sampai kapan aku bisa menahan mereka,” kata Michael yang kini sudah berada di samping istrinya dengan dua gadis kecil yang sedang bersembunyi di belakang mereka.

Alice mengangguk menyetujui, kali ini ia bahkan meluncurkan bola-bola es yang berbentuk menyerupai landak yang sedang bergelung. Alice membunuh puluhan orang dalam sekali serang, begitu juga api biru Michael yang bahkan membunuh lebih banyak orang dalam sekali serang. Tapi karena mereka belum mmenutup portalnya, orang-orang itu terus bertambah dan membuat mereka kelelahan.

Alice jatuh terduduk saat sebuah serangan berhasil mengenai perutnya, Ouryne berteriak histeris melihat keadaan ibunya yang jauh dari kata baik-baik saja. Gadis kecil itu kemudian memeluk Alice sambil menangis

“Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini mama?” tanya Ouryne di sela tangisnya.

Alice hanya tersenyum lembut kepada putrinya itu, “tidak ada yang terjadi sayang, jangan khawatir, mama dan papa akan melindungimu dan juga Aera,” kata Alice mencoba menenangkan putrinya.

“Ryne cuma gak mau mama sama papa kenapa-napa,” balas Ouryne.

“Kita semua akan baik-baik saja,” ucap Alice kembali mencoba untuk menenangkan Ouryne.

Michael tampak berbalik dan menatap mereka sekilas, mulutnya bergerak mengucapkan sesuatu yang mereka fahami meskipun Michael mengucapkannya tanpa suara. Dan setelah itu sebuah cahaya memancar dari tubuh Michael, cahaya yang berhasil menghabisi semua orang berjubah itu dan menutup portal. Tapi tubuh Michael ikut hancur menjadi debu tepat di hadapan mereka.

“Papa!”

Flashback off

Next chapter