webnovel

LAMPU RUSAK LAGI?

"Ya, sudah. Aku minta maaf, aku nggak tau kamu sampai bisa mendengar suara hati manusia,"

Virna akhirnya meminta maaf, ketika ia mendengar apa yang diucapkan oleh Pangeran Jeelian barusan.

"Ya, sudah. Istirahat. Aku tidak akan mengganggu jika kamu juga bisa menjaga tanganmu itu!"

"Menjaga tanganku? Memangnya, aku melakukan apa?"

Merasa tidak terima, Virna sampai mengulang kalimat itu dengan nada suara tegas.

"Kamu tidak sadar? Tangan kamu tadi menyentuh bokongku?"

Wajah Virna merah padam mendengar apa yang diucapkan oleh si pangeran kucing itu.

"Aku minta maaf, itu tidak sengaja, aku bukannya mau memegang bokong milikmu, memangnya aku suka melakukan itu?"

"Mana aku tahu?"

"Ya, udah! Daripada kita bersentuhan lagi, mending aku tidur di lantai aja!"

Kesal, karena disangka sengaja menyentuh bokong Bee, Virna bangun dan bangkit. Tapi karena situasi gelap dan dia tidak menyalakan senter ponselnya, kakinya yang ingin melangkah justru tersandung kaki Bee, hingga tidak ayal lagi, tubuh Virna oleng, dan....

"BRUKK!!"

Tubuh Virna jatuh menimpa Bee dengan suksesnya, membuat Bee menjerit karena merasa tidak siap dengan benturan keras tubuh Virna pada tubuhnya yang di beberapa bagian terluka.

Sedangkan Virna? Karena lagi-lagi mengulangi kesalahan sudah menyentuh tubuh Bee, yang separuh tertutup selimut, buru-buru ingin bangkit, tapi gerakkannya yang kesana kemari justru membuat sesuatu dalam tubuh Pangeran Jeelian bergejolak.

Sesuatu yang menuntut meminta lebih dari sekedar apa yang sekarang mereka lakukan.

Pangeran Jeelian menyentakkan tubuh Virna, dan dalam sekejap, wanita itu justru berada di bawah tubuh kokoh Pangeran Jeelian, yang mengurung dirinya dalam gelapnya situasi kamar.

Dalam kegelapan situasi kamar itu, Virna bisa melihat kedua mata Bee menyala berwarna kuning kehijauan! Persis sorot mata kucing abu-abu yang ia tolong jika radar berburunya bangun!

Pria ini sedang terpancingkah?

"Kamu benar-benar cari masalah? Aku berusaha untuk menahan diri, karena aku sudah bilang, aku juga punya nafsu pada lawan jenis, tapi kalau kamu tidak bisa menjaga batasan, jangan salahkan aku untuk menyerang kamu! Wahai manusia!"

Detak jantung pria perwujudan Bee itu sampai terdengar di telinga Virna. Jantung itu berdegup kencang. Membuat Virna seperti berada di bibir jurang kematian.

"Ap, apa maksud dari kata menyerang itu?" tanya Virna dengan suara tergagap.

"Aktivitas makhluk yang bisa berkembang biak, kamu mengerti?"

Sambil bicara seperti itu, Virna merasakan hembusan nafas Bee semakin mendekati wajahnya.

Khawatir sesuatu dan lain hal terjadi, Virna segera meraba.

Wajah Bee begitu dekat dengan wajahnya! Pantas saja ia bisa merasakan nafas lelaki itu yang menyapu wajahnya hangat.

"Bee. Lepasin aku!" pinta Virna sembari berusaha untuk mendorong tubuh sang pangeran dengan kedua tangannya.

Tapi, tubuh itu diam tidak bergeming seolah-olah berubah menjadi batu yang sulit untuk digerakkan.

"Bee, aku mohon lepaskan aku. Kalau emang kamu benar-benar Bee, kucing abu-abu itu!"

"Kamu tahu, nafsu bangsaku juga sulit untuk diatasi jika sudah terpancing, jadi jangan sekali-kali memancingnya kalau kamu tidak mau menjadi pelampiasan nafsuku! Aku minta kamu istirahat sejak tadi, meskipun kita tidur di kasur yang sama, jika kamu tidak melakukan hal-hal aneh, aku tidak akan melakukan apapun padamu, jadi ingat itu!"

Pangeran Jeelian menggulingkan tubuhnya hingga tubuh Virna terbebas dari cengkramannya dalam sekejap.

Virna segera menepi. Sial! Ia bahkan tidak bisa mengatasi debaran jantungnya! Apa itu tadi? Ingin melakukan aktivitas makhluk hidup untuk berkembang biak?

Otaknya langsung dipenuhi oleh hal-hal yang benar-benar membuat Virna berubah jadi seseorang yang berotak kotor. Bah!

Untuk sesaat, Virna tidak bisa bergerak. Ia memunggungi Bee tidak mau lagi-lagi salah meraba, hingga membuat naluri kelelakian Bee bangkit.

Memang, Bee lebih tampan daripada Parjo! Tapi, tetap saja, Virna tidak mau ada aktivitas makhluk hidup yang berkembang biak seperti yang dituturkan oleh pria yang mengaku sebagai Pangeran Jeelian itu.

Azan subuh berkumandang. Virna bangkit. Mati lampu masih saja mewarnai. Nyaris semalaman Virna tidak bisa tidur sama sekali. Ia khawatir tidur lalu tidak sadar memeluk tubuh Bee, seperti yang dilakukannya pada malam-malam sebelumnya.

Benar-benar situasi yang bisa membuat gadis itu gila!

Dengan hati-hati, Virna beranjak melangkahi tubuh tinggi Bee yang kelihatannya masih tertidur di bawah selimut yang menutupi tubuh polosnya.

Di luar, ia melihat kerlipan cahaya yang berasal dari kamar Parjo. Cahaya lilinkah?

Penasaran, dengan bantuan senter ponsel, Virna pergi mengeceknya. Membuka pintu di depan. Alangkah terkejutnya ia, karena di sekitar kamarnya, semua lampu menyala.

Artinya listrik sudah menyala, atau bahkan listrik tidak mati sama sekali sejak tadi malam?

Apakah hanya kamarnya saja yang gelap gulita?

Penasaran, Virna keluar dari kamarnya. Menghampiri seorang tetangganya yang sepertinya sedang membersihkan beranda depan akibat sisa hujan tadi malam yang turun begitu derasnya.

"Mbak! Tadi malam itu mati lampu dari jam berapa ya?"

Wanita yang disapa Virna seketika berpaling.

"Cuma sebentar, Vir. Waktu ada petir itu lho. Mungkin khawatir ada yang kesambar, jadi padam sementara,"

Wanita yang bekerja di sebuah instansi pemerintah itu menyahut.

"Sementara? Kok, kamar saya masih padam ya?"

Wanita itu menatap ke arah kamar Virna, seolah baru sadar kamar Virna masih gelap.

Satu-satunya kamar yang masih gelap di antara kamar lain yang lampunya sudah menyala semua! Bahkan kamar Parjo saja sudah terang benderang.

Kilatan cahaya yang tadinya terlihat dari kamar Virna bukan lilin, seperti dugaan Virna, akan tetapi lampu listrik milik kamar Parjo yang sudah menyala.

Lantas kenapa kamarnya lagi-lagi mati lampu?

"Lampu kamu rusak mungkin, Vir? Semua udah normal lho, mati lampu juga nggak sampe setengah jam tadi malam."

"Nggak nyampe setengah jam? Di saya semalaman mati, sampai sekarang, saya sampe pake ponsel buat bikin penerangan,"

"Berarti, lampu kamu yang rusak, beli lagi gih, beli lampu yang awet, Vir. Jangan yang harga murah tapi sekali pake bolanya putus, rugi kita, beli-beli terus!"

Si wanita tetangga Virna menasehati, sembari pamit untuk masuk ke dalam kamarnya karena ingin bersiap untuk bekerja.

Virna tergugu di tempatnya. Ia menatap ke hadapan di mana semua rumah, semua kamar yang terlihat penuh dengan lampu yang menyala.

Tidak bisa ia bayangkan dan tidak ia duga ternyata sekarang, ia sangat merindukan hal yang ia anggap sangat tidak mungkin bisa ia alami lantaran listrik mati itu buatnya hal wajar.

Yang tidak wajar adalah, mengapa lampunya selalu saja mati? Lampu itu lampu terbaik dan baru saja ia pasang. Hutang pula pada Pak Hanzie, sekarang lampu itu lagi-lagi mati tanpa diketahui penyebabnya!

Note: Ada sebab ada akibat. Jika ingin menelusuri sebab maka diperlukan pemikiran yang jernih agar tidak sembarangan menyimpulkan.

( Mengapa lampu kamar Virna lagi-lagi mati? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)

Next chapter