webnovel

Terulang Lagi 2

"Kak.. Tolong, aku tidak mau turun di sini, aku takut"Mohon Diana dengan suara gemetar membuyarkan lamunan Danny. Dia kembali ke akal sehatnya sekarang, di balik kaca spion dia menatap Diana yang pucat.

Danny melajukan kembali mobilnya dengan kesal, bagaimana dia tidak kesal, sesuatu dalam tubuhnya seakan terbangun melihat penampilan Diana yang berkeringat dan rambut awut-awutan. Rekaman kejadian malam panas itu dengan tubuh mereka yang berkeringat dan menyatu kembali memenuhi kepalanya.

Mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi membuat Diana sedikit ketakutan, Pria itu terlihat sangat marah, entah apa yang membuatnya emosi, Diana sungguh tak mengerti.

"Kak…"Diana berusaha memanggil karena mereka sudah melewati halte tidak jauh dari perempatan yang dimaksudnya, tapi pria itu tidak mengindahkannya.

Danny terus melajukan mobilnya menuju kearah puncak, membelokkan mobilnya dari satu tikungan ke tikungan lainnya, menanjak dengan ketinggian yang cukup menggetarkan hati Diana, tapi dia tak berani memprotes karena takut jika nanti Danny malah membuangnya ke jurang.

Sampai akhirnya mobil berhenti tepat di depan sebuah Villa megah, yang tinggi dan nampak begitu angkuh. Sekelilingnya begitu sepi dan tak ada tanda-tanda bangunan yang lain disekitarnya.

Begitu misterius karena berada ditengah kawasan hutan lindung, Diana tidak pernah datang di tempat ini dan dia bingung mengapa Danny membawanya kesini. Tempat ini seakan terisolasi dari dunia luar hingga menimbulkan ketakutan dihati Diana.

Apa yang akan dilakukan Danny padanya? Apakah pria itu akan membunuhnya dan menguburkan mayatnya di sini? Memikirkannya tanpa sadar Diana jadi gemetar.

"Kak.."Diana memanggil Danny yang sudah turun terlebih dahulu dari mobil.

"Turun dan ikut jika kamu tidak ingin bermalam di sini dan di makan oleh hantu gentayangan.." Seketika Diana membuka pintu belakang mobil dan mengikuti Danny dengan berlari.

"I..Ini rumah siapa?" Tanya Diana saat sudah memasuki pintu yang dibuka Danny. Susana dalam rumah nampak temaram karena hanya menerima cahaya dari luar melalui jendela.

Diana belum sempat mendapat jawaban Danny pria itu sudah berbalik dan menciumnya. Diana begitu terkejut dengan perlakuan Danny yang tiba-tiba membuatnya terdesak mundur dan membentur pintu yang baru tertutup.

Untuk sejenak Diana tidak mampu merespon apapun, tapi Danny sudah melumat bibirnya dengan begitu menuntut.

"K..kaaaa..k in..i tidak benar"Sela Diana berusaha mendorong Danny, tapi Danny terlalu kuat untuk dilawannya.

Srett

Kaos yang dipakai Diana di robek dengan paksa dan Danny mulai mencium leher hingga turun ke dada hampir membuat Diana lemas.

"Kak.. hentikan.." Dengan sekuat tenaga Diana mendorong Danny menjauh. Bayangan malam dimana Danny memasukinya dengan kasar sambil meneriakkan nama Maira masih sangat jelas di ingatannya "Bagaimana jika Maira tau.."Gagapnya.

Danny menatap Diana sambil tersenyum meremehkan"Bukankah kamu sengaja datang malam ini untuk merayuku?"

"Tidak.."Diana menggeleng menutup dadanya yang sudah tidak menggunakan apapun.

"Apa menurutmu aku percaya?" Sinis Danny. "Diana.. Diana, kamu luar biasa. Kamu tau aku tidak mungkin bisa melakukan seks kepada Maira, dan kamu dengan suka rela menggantikan dirinya untuk memuaskan hasratku

Kamu memang jalang yang luar biasa, kamu bisa membuatku kehilangan kendali diri hanya dengan melihat wajah memelasmu itu. Kamu… benar-benar menggairahkan, wajar saja jika semua pria ingin mencicipimu.

Aku rasa, menjadi pelacur juga tidak akan rugi untukmu, akupun akan membayarmu setiap memakaimu dengan begitu kita sama-sama di untungkan. Kamu bahkan mendapatkan keuntungan dobel, mendapatkan kepuasan dariku dan mendapatkan bayaran.."

Plak

"Kakak tega menghinaku, Aku tau kakak tidak mencintaiku tapi jangan merendahkan aku seperti ini" Diana berlinang air mata.

Danny menatap Diana dengan marah, tanpa bertanya lagi dia menarik lengan Diana dan membawanya memasuki sebuah kamar dilantai bawah, menghempaskannya keranjang dan menindihnya.

"Bukankah ini yang kamu inginkan? Mari kita melakukannya lagi.."Ucap Danny kembali mencium bibir Diana membuatnya sesak."Bukankah kamu berkata bahwa kamu selalu membayangkan diriku setiap malam, menjadikan tubuhku sebagai imajinasi liarmu?"

Diana berusaha melawan, dia tidak ingin lagi mengulanginya, dia tidak mau mendengar Danny menyebut nama Maira dalam percintaan mereka, dia sudah cukup sakit hati malam itu.

"Lepaskan aku.. "Diana masih juga berusaha meronta, tapi perlawanannya benar-benar sia-sia. Tenaganya habis untuk melawan, hingga dia hanya mampu menitikkan air mata saat Danny memaksanya lagi untuk berhubungan intim.

Danny meloloskan celana panjangnya tanpa kesulitan dan mulai menggaulinya dengan penuh nafsu. Tubuh Diana tersentak-sentak karena dorongan kuat Danny. Perutnya terasa sakit membuatnya meronta, tapi Danny tidak memberinya kesempatan untuk lari.

"Sekarang kamu tidak perlu hanya menghayal saja, kita bisa saling memuaskan satu sama lain" Bisik Danny disela permainannya, dan Diana hanya mampu menekan dadanya yang sesak, dengan air mata sebagai perwakilan sakit hati yang tak bisa dia bagi kepada siapapun.

Entah berapa waktu terlewati, Diana hanya mampu pasrah dengan perbuatan Danny, dia membiarkan Danny menuntaskan nafsunya meskipun hatinya begitu hancur, karena tetap saja Danny memanggil nama Maira dengan keras saat dia mendapatkan pelepasannya.

Puas menuntaskan hasratnya, Danny akhirnya mengembalikannya pada pukul tiga dini hari. Saat akan turun dari mobil, Danny memberikan sebuah kartu ditangannya.

"Belilah keperluanmu dengan uang itu"Ucap Danny sedikit lunak.

Diana menatap pria didepannya dengan perasaan tak percaya. Apakah dia akhirnya mendapatkan tempat di hati pria itu? Tapi Diana masih menunduk, menyembunyikan rona bahagia dihatinya. Untuk sejenak dia lupa dengan rasa sakit hatinya karena Danny yang kembali menyebut nama Maira di sesi akhir percintaan mereka.

"Beli obat pencegah kehamilan.." Danny memaksa kartu itu dengan memasukkannya kedalam saku celana Diana sebelum gadis itu membuka pintu."

"Aku tidak butuh ini, kak.."Tolak Diana mengeluarkan kartu dari celananya.

Danny mendengus dan langsung pergi tanpa mengindahkan Diana lagi. Diana menatap kepergian mobil dan menghela nafas panjang, merasa miris dengan nasibnya."Apakah dia sekarang menjadi gadis bayaran Danny?"

Inikah hasil dari rasa cintanya yang tulus untuk pria itu? Sungguh andai Danny mau memberi sedikit tempat dihatinya, Diana rela melakukan apapun untuk pria itu, menjadi pemuas nafsunyapun dia rela selama Danny bisa bersikap baik padanya seperti yang dilakukannya terhadap Maira.

Tapi mengharap kelembutan pria itu untuknya rasanya sangat mustahil, ibarat dua kepribadian yang berbeda. Maira mendapatkan kepribadian malaikat Danny dan dia menerima kepribadian sebaliknya.

Tit tit

Bunyi klakson mobil kembali mengejutkan Diana, dia baru tersadar ternyata dia masih berdiri di depan rumah anak didiknya dan mobil yang masuk beberapa waktu yang lalu sudah kembali melaju keluar dari gerbang.

Entah berapa lama dia melamun, karena saat dia mendongak menatap langit, awan hitam sudah menebal, pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

Mobil sedan hitam mengkilap itu berhenti disamping Diana dan menurunkan kaca disamping pengemudinya. Barulah saat itu Diana bisa melihat sosok pria tampan dengan kaca mata hitam. Dia menurunkan kacamata hitamnya dengan tersenyum dia menyapa

"Dian, apa kabarmu? lama tidak bertemu.."

Next chapter