webnovel

Sahabat

Tiara mengabaikan celoteh Siska. Lift sudah membuka ayo masuk!". Aku harus cepat sampai di ruanganku ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Masalah hemat. Kau tahu sendiri penghematan sekecil itu tidak berpengaruh pada hutang-hutang papa Siska.

"Aku hanya ingin membantu Tiara?. Aku merasa kasihan melihat kalian selalu dikejar-kejar rentenir dan hidup berpindah-pindah seperti itu.

"Aku tahu Siska dan aku sangat berterima kasih padamu sahabatku sayang. Kau selalu saja peduli padaku juga adik-adikku, tapi sunguh aku dan adik-adikku tidak bisa membuatmu terlibat dengan masalah kami Siska. Aku tidak ingin kau merasa ketidaknyamanan yang kami rasakan.

Siska hanya menatap sedih Tiara. Aku tidak pernah keberatan untuk itu sayang.

"Aku tahu kamu tidak akan keberatan Siska. Tapi aku sangat keberatan, kau satu-satunya sahabat yang aku punya Siska dan aku menyayangimu?". Jadi mari kita tutup perdebatan yang tidak pernah kita temukan untuk kata sepakat. Tiara merangkul pundak Siska.

Siska menatap Tiara dengan raut wajah serius, jumat kemarin kenapa kau mendadak menghilang begitu saja?, kau tahu kau membuatku sangat khawatir terlebih pagi sebelumnya kau terlihat sangat pucat dan murung. Kau membuatku hampir terkena serangan jantung mendapati handphonemu tidak aktif dan kamu tidak ada kabar sama sekali?.

Tiara terlihat bingung dengan perubahan arah pembicaraan mereka. Apa yang harus katakan pada Siska. Otak Tiara bekerja keras mencari alasan yang bisa membuat Siska tidak terus mendesaknya. Itu aku ada urusan mendadak Siska, kalau masalah handphoenku yang tidak aktiv itu karena handphoneku kehabisan batre dan aku lupa mengaktifkanya kembali. Maafkan aku karena sudah membuatmu menjadi khawatir, kau mau kan memaafkan diriku yang suka teledor ini Tiara memasang wajah memelas mengemaskan

Siska mengeleng-gelengkan kepala. Kau tidak tahu betapa paniknya aku Tiara?. Aku kira terjadi sesuatu padamu. Seharian aku berpikir yang tidak-tidak dan membuatku tidak bisa tidur. Sepanjang hari aku terus mencemaskanmu juga adik-adikmu.

Tiara merasa tidak enak karena Tiara tahu Siska sangat mempedulikannya dan juga kedua adiknya. Maaf aku tidak bermaksud membuatmu khawatir. Sorry….please. Tiara memasang wajah lebih memelas dari sebelumnya.

Siska menatap kesal melihat Tiara yang memasang wajah memelas. Ahh sudahlah yang terpenting tidak terjadi apa-apa padamu. Tapi Tiara aku masih sangat penasaran kenapa hari itu kamu tampak sangat tertekan. Kamu belum cerita apapun padaku.

"Hari itu aku hanya sedang sensitive Siska". Aku hanya membutuhkan pelukkan darimu.

*****

Tiara mendaratkan bokong di atas kursi kerja. Senin desahnya frustasi hari yang panjang dan awal yang sangat melelahkan. Tiara mengerutkan kening melihat teman-temannya yang sedang berkumpul. Ada apa dengan mereka?, tunjuk Tiara pada orang-orang yang sedang berkumpul di pojokan.

Miko melihat arah yang ditunjuk Tiara. Kau selalu saja ketinggalan informasi Tiara!. Sesekali kau harus memperhatikan sekitarmu.

"Jawab saja Miko…!", bentak Tiara kesal.

Miko mendelik mendapat bentakan dari Tiara. Ada apa denganmu Tiara, apa kamu sedang PMS?,

"Ini senin Miko?". Siska mengingatkan dari depan pintu ruangan mereka.

Miko menatap bingung Siska. sejak kapan kau disini?.

"Barusan saja…". Aku sedang tidak ada kerjaan jadi aku mendatangi kedua sahabatku. Untuk pertanyaan Tiara tadi biar aku yang menjawabnya Miko. Karena nona tidak tahu apa-apa kita ini baru kembali dari planet antah baranta. Baiklah nona tidak tahu apa-apa kenapa mereka berkumpul di pojokan itu karena tiga hari yang lalu negara kita baru saja kehilangan orang terkaya yang sangat berpengaruh. Yaitu : "Pemilik Jaya Groups". Bos dari bos kita. Beliau meninggal dunia tepat pada usianya 88 tahun. Jadi mereka sedang membicarakan sesuatu yang mengemparkan dan yang sangat aku yakini tidak akan kau pedulikan.

Tiara hanya ber-oohh…ria. Aku kira ada berita apaan, orang pada ngumpul-ngumpul gitu. Jadi Cuma karena pemilik dari seluru Jaya Group meninggal dunia.

Siska menatap geram Tiara. Walau Siska sudah meprediksi bagaimana respon menyebalkan ala Tiara. Siska masih geram mendapi sikap acuh Siska. Hanya begitu saja responmu???".

Miko keheranan mendengar oooh santai Tiara. Kamu benar-benar mahluk ajaib yang paling menyebalkan Tiara. Kamu tahu berita meninggalnya Widanta Jaya menjadi head line dan disiarkan di seluruh stasiun TV. Tapi kamu menanggapinya hanya dengan ooh singkat seakan kepergian Widanta Jaya hanyalah berita sepele yang tidak perlu direspon.

Tiara menatap kedua sahabatnya dengan malas. Responku cukup normal dasar kalian saja yang terlalu melebi-lebihkan. Itu wajar saja kan Widanta Jaya orang yang berpengaruh di negara kita, nah yang tidak wajar jika kematianmu Miko jadi head line, itu baru aku akan antusias dengan beritanya. Karena sangat tidak mungkin kau yang bukan siapa-siapa masuk berita bukan???

Miko hanya mengeleng mendengarnya. Terserah kau saja lah Tiara.

Tiara menatap heran Siska yang masih bersantai di ruangan mereka. Siska kenapa kau belum kembali ke ruanganmu?.

"Aku bebas tugas hari ini".

Tiara mengerutkan kening. Apa seorang sekretaris bisa bebas tugas saat jam kerja?

"Bisa dong". CEO tampan kita sedang tidak membutuhkanku Tiara. Dante sedang tidak ditempat, dari yang aku tahu di sedang di Jepang mengurusi cabang perusahaan Jaya Groups yang ada disana.

"Jadi itukah alasan kenapa semalam Dante tidak membutuhkanku". Dante berangkat ke jepang dan tidak memberitahuku. Aahh…mana mungkin Dante memberitahuku yang bukan siapa-siapanya. Sadarlah Tiara siapa dirimu bagi Dante jangan menganggap dirimu terlalu tinggi… kau hanyalah jalangnya.

Siska menjentikkan jadi di depan wajah Tiara. Hey…..berhentilah melamun, aku perhatikan sekarang kau sering melamun Tiara?, Apa ada masalah sayang?.

Tiara mengeleng. Tidak ada Siska aku hanya sedang banyak pekerjaan.

Siska memincingkan mata. Kalau begitu berhentilah melamun dan selesaikan pekerjaanmu.

Tiara mengangguk.

****

Ini sudah seminggu dan Dante belum juga ada kabar. Dante pasti sangat sibuk di Jepang. Tiara menghela napas. Kenapa juga aku harus memikirkan Dante. Seharusnya aku bersyukur Dante disibukan dengan pekerjaannya dengan begitu aku bisa hidup dengan tenang.

Setiap harinya Tiara berkerja seperti biasa di kantor. Statusnya sebagai nyonya Jaya tidak merubah apapun tentu saja karena pernikahan mereka dirahasiakan sehingga tidak ada yang mengetahui status barunya. Tiara hanya staf biasa di perusahaan Jaya Groups tidak ada yang istimewa.

Kesulitan Tiara hanyalah letak mansion Dante yang jauh membuatnya mengeluarkan biaya lebih untuk transport pulang pergi dari kantor. Tiara mulai pusing menghitung biaya bulanannya yang semakin membengkak. Bagaimana aku bisa menabung uang dari setiap gajiku kalau pengeluaranku bengkak seperti ini. Dante tidak marahkan kalau aku menggunakan kartu debitnya untuk kebutuhanku sehari-hari, lagipula seperti kata Dante waktu itu dia tidak akan bangkrut meskipun aku membeli rumah mewah dengan kartu tipis ini. Mulai besok aku akan menggunakan uang dari kartu ini untuk setiap kebutuhanku dan gajiku akan aku tabung.

Next chapter