webnovel

Perdebatan

Dante mendengus menatap sayang pada pria tua yang terbaring lemah dengan wajah pucat. Memancing keributan dalam keluarga bukanlah kebiasaanku kakek. Aku bukan pria yang kurang kerjaan yang punya banyak waktu untuk mendengarkan semua gossip murahan seperti Marwan putramu. Aku setuju melakukan permintaanmu hanya demi kau pria tua. Aku akan menerima perang ini dan aku pastikan aku akan keluar menjadi pemenangnya itu janjiku padamu.

"Terima kasih Dante". Aku tahu kau pasti bisa nak, dengan begini aku bisa pergi dengan tenang

"Sudahlah kakek jangan berterima kasih padaku. Aku masih sangat kesal dengan pernikahan yang akan aku lakukan sebentar lagi". Hal ini belum terpkir dibenakku.

"Cepat atau lambat kau juga harus menikah Dante untuk meneruskan keturunan Jaya".

Dante mengernyit mendengar ucapan Widanta seolah hanya tinggal dirinya sendiri yang menyandang nama Jaya. Sudah ada dua sepupuku yang meneruskan generasi Jaya dan satu lagi ada putra kecilmu, jadi kau tidak perlu takut kehabisan stok pria tua.

Widata hanya tersenyum tipis menangapi perkataan Dante. Widanta memberi isyarat pada Rina untuk mendekat dan memibisikan permintahnya.

Rina meminta semua anggota keluarga untuk berkumpul di kamar tempat Widanta sedang terbaring lemah.

Tiara melihat seorang pendeta juga ikut masuk. Apa saatnya sudah tiba. Tiara melihat Dante yang sedang berbicara serius dengan pendeta yang tadi ikut masuk. Tiara menatap pria tua yang terbaring lemah jadi dialah orang terkaya yang sangat terkenal itu. Widanta masih terlihat tampan diusianya sekarang, garis-garis ketampanannya masih terlihat dan mata itu sama persis dengan mata milik Dante

Widanta Jaya menatap lembut ke arah Tiara. Di dalam tatapan Widanta yang terlihat sangat lemah tersirat penuh permohonan. Apa itu hanya perasaanku saja? pikir Tiara yang tersenyum lembut pada Widanta.

Pendeta bediri disisi Windata. Menarik semua pusat perhatian padanya. Baik hari ini kita berkumpul dalam ruangan ini, sebagai saksi dari penyatuhan Dante Jaya bersama Tiara Larasati dalam mahligai pernikahan.

Tiara tertegun mendengar pengumuman pendeta yang sangat mendadak dan tak terduga. Menikah aku dan Dante, bukan kah seharusnya pendeta melakukan perjamuan kudus khusus. Tiara mengernyit tidak mengerti dengan pengumuman pendeta barusan. Tiara melihat ke arah Dante yang tidak bereaksi mendengar pengumuman pendeta. Aku pasti salah dengar.

Setelah pengumunan itu ruangan menjadi gaduh tampak orang saling melihat satu sama lain. Mereka tak kalah bingung seperti Tiara.

Rina bangkit berdiri berjalan menghampiri Tiara. Ayoo Tiara ikut aku kedalam. Aku kan mempersiapkanmu

Tiara terlihat pasrah dalam kebingunan yang masih menderanya. Tiara tidak menolak saat Rina menuntunnya masuk ke dalam sebuah kamar yang terlihat sangat mewah. Sesaat Tiara dibuat takjub dengan ruangan yang dimasukinya: waouhhh ini kamar yang sangat besar bahkan rumah kontrakannya terlihat sangat kecil dibandingkan dengan kamar ini.

"Aku akan mulai meriasmu Tiara". Kau sangat cantik sayang, kalian akan menjadi pasangan yang serasi puji Rina

Semua orang yang berkumpul di kamar Widanta terlihat sangat terkejut mendengar pengumuman pernikahan Dante. Semua sangat mendadak. Tidak ada satupun yang memperkirakan itu. Apa-apaan ini papa, Marwan mendekat terlihat tidak suka. Apa ini sebuah lelucon tidak masuk akalmu?.

Widanta mengeleng. Aku hanya ingin Dante menikah sebelum aku tiada Marwan. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi nak lihatlah tubuh tua ini. Aku tahu waktuku sudah tidak lama lagi Marwan.

Marwan masih tidak terima dengan keinginan Widanta untuk menikahkan Dante. Iya papa tapi tidak mendadak seperti ini, kita harus mempersiapkan pesta yang sangat mewah untuk pernikahan Dante dia adalah cucu seorang Widanta Jaya. Lebih baik sekarang papa konsentrasi pada kesembuhan papa baru setelahnya kita membicarakan soal pernikahan Dante. Jangan memaksa Dante seperti ini papa.

"Terima kasih untuk perhatiannya paman". Aku tidak masalah dengan pernikahan sederhana ini, potong Dante tegas. Aku hanya ingin melihat kakek bahagia… hanya itu saja. Lagipula aku lebih menyukai pernikahan private seperti ini, aku benci publikasi tentang kehidupan pribadiku.

"Ayolah nak ini sebuah pernikahan, sebuah ikatan suci yang dilakukannya hanya sekali untuk seumur hidup, sebuah pencapain terbaik dalam hidupmu nak. Setelah ini kau akan menjadi seorang suami yang memiliki tanggung jawab besar untuk keluara Jaya dimasa depan.

"Ayolah jangan terlalu serius paman, ini hanya sebuah pernikahan berhenti mebesar-besarkannya". Aku juga tidak tahu berapa lama aku akan mempertahankan pernikahan ini kelak, mungkin enam bulan atau hanya sebulan. Aku melakukan semua ini hanya untuk menyenangkan hati kakek dan sesekali menunjukan pada semua keluarga kalau aku bisa juga menjadi cucu yang berbakti seperti kedua sepupuku.

Marwan tidak termakan sindiran Dante.

"Dante". Kau tidak boleh memperlakukan sebuah pernikahan sebagai sebuah permainan nak!", tegur Citra. Kau harus menghormatinya nak. Di keluarga kita belum ada pasangan yang berpisah atau bercerai karena mereka melakukannya dengan sepenuh hati dan kesiapan penuh. Jangan melakukan pernikahan hanya kerena kau hanya ingin menyenangkan hati papa. Itu tidak baik nak. Kalau kau tidak ingin melakukannya papa juga pasti tidak akan memaksamu nak.

Dante hanya tersenyum. Aku tidak tahu kalau kalian benar-benar peduli padaku. Tapi maaf tante Citra aku tidak bermaksud demikian. Aku akan melakukan semua ini dengan sepenuh hati

Citra duduk di sisi papa mertuanya. Papa… aku dan Marwan bisa mencarikan Dante wanita yang lebih baik dan lebih cantik juga berkelas dari pada wanita yang tadi, dan kita bisa merencanakan sebuah pesta mewah untuk mereka nantinya. Aku sangat menyayangi Dante seperti putraku sendiri, aku tidak bisa melihat salah satu putraku menikah tanpa persiapan seperti ini.

"Aleks…!!!", panggil Widanta dengan suara lemahnya mengabaikan protesan Marwan dan menantunya. Aleks adalah seorang pria tua ia sudah bekerja sangat lama pada keluarga Jaya. Aleks satu-satunya pengacara yang sangat dipercaya Widanta Jaya. Apa semua berkas-berkasnya yang aku minta sudah siap?.

Aleks mendekat dengan map yang cukup tebal. Iya tuan, semua sudah sesuai dengan keinginan anda.

"Papa!!!", Citra masih berusaha mengubah keinginan Widanta.

Widanta menatap lekat Citra. Aku tahu Citra kau memikirkan kebaikan Dante, tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Keputusanku sudah bulat dan kalian semua harus menerimanya

"Ayolah papa, papa akan baik-baik saja dan kita bisa merayakan pernikahan Dante dengan sangat meriah dengan mengundang semua kolega binis papa". Marwan terus mencoba

Widanta Jaya mengeleng. Ini sudah menjadi keputusanku Marwan ucap Widanta tegas dengan wibawa yang tidak pernah luntur. Dante juga sudah menerimanya, jadi berhentilah mengganggu-ku dengan protesan kalian yang sia-sia. Widanta menatap putranya yang masih sangat muda, mata itu terlihat sedih dan kecemasan sangat ketara disana. Riko masih sangat muda batin Widanta. Anak yang malang

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Berliana_Manalucreators' thoughts
Next chapter