webnovel

Menjadi Wali

Kakeknya juga bukan pria tua bodoh yang bisa ditipu dengan kecantikan dan fisik mengiurkan Rina. Pernikahan mereka jelas bukan dilandasi cinta itu pasti. Widanta yang bertahan menduda setelah sepinggal nenek kandung Dante tiba-tiba memperistri seorang wanita muda ….semua masih sangat misterius bagi Dante juga keluarga besar. Keputusan mendadak Widanta Jaya untuk menikah lagi cukup mengejutkan keluarga besar. Dan keluarga besar hanya bisa menerima keputusan Widanta tanpa berani mempertanyakan apa alasan Widanta sebenarnya.

"Ya aku tahu kakek, bocah sialan itu adalah pamanku, aku benar-benar sial memiliki dua paman yang tidak berguna".

"Aku ingin kau segera menikah dan mengadopsi Riko sebagai putramu".

"Huk…huk…". Dante tersedak air liurnya sendiri mendengar perkataan Widanta yang sangat tiba-tiba tubuhnya seperti tersambar petir. Dante bangkit berdiri. "MENIKAH". Teriak Dante geram seakan meneriakan hukuman mati yang tiba-tiba saja dijatuhkan padanya tanpa sebab

AKU….!!"

Kekonyolan apa ini kakek, Rina masih muda dan kakek masih hidup. Kalian berdua bisa merawat putra kalian sendiri. Kenapa kau harus melibatkanku! Apa kakek sudah kehilangan kewarasan?

"Tenanglah dulu nak, kenapa kau menangapi permintaan kakek dengan kemarahan kakek bukan meminta sebuah pengorbanan besar darimu, seperti memintamu mengorbakan nyawa".

"Cih..!!, kau tidak bisa seenaknya saja mengatur hidupku dan mengobrak-abriknya. Dante kembali duduk dengan tatapan kesal pada Widanta.

"Itu tidak cukup Dante".

"Apanya yang tidak cukup kakek, harus berapa banyak orang yang kau libatkan untuk merawat putra kecilmu itu". Sampai-sampai kakek datang padaku dengan proposal mengerikan. "Menikah". Dante mengelengkan kepala, untuk lima tahun kedepan aku berpikir untuk tetap seperti aku saat ini, pernikahan masih sangat jauh jadi berhenti meminta sesuatu yang tidak masuk akal.

"Kakek punya alasan kuat nak".

"Apapun itu kakek kau tidak bisa seenaknya mengutarakan keinginan konyolmu itu. Kau baru saja sukses merusak mood pagiku dengan kedatanganmu dan juga ide konyolmu".

Widanta menghela napas. Kau tahu pamanmu Marwan yang membuat kakek takut dan medatangimu dengan proposal pernikahan.

"Ooh God", Dante menepuk jidat dengan keras. Aku lupa betapa aneh dan mengerikan keluarga Jaya, apa tidak ada yang bisa kakek lakukan untuk menghentikan paman Marwan dengan semua rencana busuknya kau memiliki kekuasaan kakek tapi kau selalu saja membiarkan Marwan bertindak sesukanya"

Widanta menatap Dante dengan tatapan kosong. Ada banyak hal yang tidak bisa kakek ungkapkan nak jadi jawabannya, maafkan kakek

"Aahhh". Teriak Dante frustasi aku memiliki paman yang seorang bocah dua belas tahun dan satu paman lagi yang gila dan kejam. Ada apa sebenarnya dengan keluarga ini!

Tanpa mempedulikan ucapan Dante, Widanta meneruskan perkataannya. Pamanmu Marwan membuatku sangat mengkhawatirkan nasib Riko.

"Paman Marwan tidak akan berani menyentuh Riko, "kakek!" selama kakek bersama Riko".

"Ya nak kau benar, tapi bagaimana saat aku tidak lagi ada untuk Riko?, hal itu membuatku frustasi dan kau Dante satu-satunya jalan keluar yang bisa aku pikirkan".

"Sebenarnya apa yang kakek khawatirkan?, Kakek masih hidup dan sehat, berhenti memikirkan hal-hal yang tidak penting". Itu hanya akan mempersingkat umurmu

"Nak!!!". Kakek tidak pernah mebeda-bedakan kasih sayang yang kakek miliki untuk anak-anak kakek. Kakek memiliki cinta yang sama besarnya untuk mereka dan untukmu, juga kedua putra pamanmu Marwan, walau pamanmu Marwan sudah sangat menyakiti hatiku.

"Sayangnya kasih sayang yang kakek miliki membuat kakek menutup mata untuk semua kejahatan yang dilakukan paman Marwan". Marwan bukan hanya keterlaluan kakek tetapi sudah diluar kendali, dan itu semua salah kakek, seharusnya sejak dulu kau menghukum Marwan agar tidak lagi bisa melakukan kejahatan.

Widanta menghela napas. Aku tidak bisa menyakiti salah satu dari mereka karena mereka adalah hidupku. Juga ada sebuah alasan yang tidak bisa aku katakan padamu yang mengikat kakek". Bagi kakek kehilangan satu putra sudah cukup buruk, Kakek tidak ingin lagi kehilangan… Dante!"

Saat papamu meninggal, duniaku seakan kiamat semua terlihat tidak ada artinya lagi, tapi Tuhan sangat baik karena Ia mengirimkan dirimu sebagai gantinya, dan akulah yang menjaga dan melindungimu, sekarang kau harus membalas budi padaku nak.

Dante mengeleng, "apa maksud dari kata-kata pria tua bangka ini "balas budi", Apa kakek baru saja melakukan penagihan padaku? Cihhh… kau benar-benar keterlaluan pria tua sialan". Jadi kau membesarkanku dengan niat terselubung dan hari ini kau ingin menagihnya!

"Tidak, tidak seperti itu nak, kau salah, lihatlah kakek". "Pamanmu Riko seperti yang kau katakan tadi "Riko" hanya seorang bocah dua belas tahun yang tidak berdaya menolong dirinya sendiri. Putra kecilku yang malang saat aku tiada nanti Riko adalah santapan empuk".

"Kakek bisa mengirim Riko dan Rina keluar negeri itu akan membatasi pergerakan Marwan atau kakek juga bisa mempekerjakan pengawal-pengawal setiamu untuk melindungi Riko, bukan malah datang dengan ide koyol dan kekhawatiran berlebihan yang menguncang kehidupanku yang nyaman dengan proposal pernikahan yang mengelikan seperti ini".

Widanta mengeleng kalut. Ttidak anak muda itu tidaklah cukup, mereka hanya orang-orang upahan saat aku tiada nanti kesetiaan merekapun akan beralih, aku tidak akan pernah merasa tenang sebelum kau menjadi wali sah paman kecilmu "Riko".

Dante mengeleng-gelengkan kepala dengan keras, "lalu kenapa aku harus menikah untuk jadi wali sah Riko?".

"Itu pertanyaan bodoh nak, kau seorang pria lajang hukum di negara kita tidak memperbolehkan seorang pria lajang mengadopsi seorang anak".

"Kalau begitu mintalah putra paman Marwan mengadopsi Riko, dia sudah menikah dan putra mereka hampir seumuran Riko seterusnya aku yang akan menjaga Riko, bagaimana, kakek?". Dante memberi solusi yang menguntungkan dirinya

Widanta menatap tajam Dante. .Apa kau baru saja mengusulkan padaku agar mempercepat kematian Riko dengan mengirim paman kecilmu ke sarang macan?.

"Sudahlah kakek ini terlalu mendadak, Kita bicarakan ini nanti". "Dimataku kakek terlihat sangat sehat terlepas dari tongkat yang selalu menemanimu, Jadi berhenti melebih-lebihkan keadaan. Kakek akan hidup sepuluh atau lima belas tahun lagi dan disaat itu Riko tidak akan membutuhkanku untuk melindunginya, terlalu cemas hanya akan memperpendek umur kakek".

Widanta merosot dikursinya. "Sabtu kakek akan kembali lagi Dante".

"Sabtu ini aku sangat sibuk kakek dan berhenti menghantuiku dengan proposal sialanmu itu".

"Sabtu", ulang Widanta tidak ingin dibantah.

Keluarga Jaya memang sangat kaya dengan harta yang tidak akan habis sampai tujuh turunan akan tetapi dimasa lalu keluarga Jaya penuh dengan konflik, juga drama keluarga yang mengerikan.

Menikah katanya aku baru tiga puluh dua tahun masih sangat senang melajang dan menikmati hidupku dengan tidak membuat diriku terikat dengan pernikahan. Dasar pria tua bangka sialan. Apa dia pikir aku mau jadi pengasuh sekaligus pengawal pribadi bocah sialan itu

Next chapter