webnovel

Chapter 7 : Kembali Ke Kampung Halaman

Pria yang lain terbiasa dengannya peminum, namun dia tidak akan mabuk sebanyak apapun dia minum. "Kamu akan mabuk selama perjalanan?"

Pria itu tertawa. "Ayo bertanding, aku akan mengalahkanmu."

Pria yang lain segera menggejek. "Aku tidak akan pernah melawan seseorang sepertimu. Membuang-buang uangku."

"Kamu benar-benar pelit. Bagaimana bisa kamu akan menikahi seorang Istri jika kamu benar-benar pelit."

"Hei, lidahmu sangat baik. Coba lihat dirimu, apakah kamu bisa menikah dengan Ger seperti itu."

Lalu peminum berat itu tertawa. "Aku tampan, aku bisa mendapatkan Ger manapun yang aku sukai."

Yang lainnya segera tertawa. "Zhang bahkan sudah menikah lebih dulu darimu. Kamu mengatakan bahwa kamu yang akan menikah. Lihat dia sudah memiliki putra."

Peminum berat, "...." Tiba-tiba aku tidak bisa berkata-kata.

Song Tianchen dan yang lainnya tertawa. Peminum berat benar-benar menuangkan botol anggur. "Ayo minum. Besok kita akan kembali,"

Song Tianchen dan yang lainnya segera mengarahkan gelasnya. Mereka semua minum. Tidak sampai mabuk, mereka saling bercerita. Salah satu dari mereka merasa sedikit tidak nyaman. Song Tianchen didekatnya.

Dia bertanya. "Ada apa denganmu? Kamu terlihat tidak bahagia?"

Pria yang lain bernama Baiyu segera menjawab. "Dia tidak bisa meninggalkan kekasihnya. Mungkin dia merasa sedih."

Pria yang bersedih itu menjawab. "Omong kosong."

Song Tianchen menatapnya. "Jika kamu menyukainya, kenapa kamu tidak mengatakan itu padanya. Apakah dia menolak atau menerimamu, itu adalah masalah selanjutnya. Yang terpenting adalah kamu sudah mengatakan apa yang kamu simpan padanya."

Pria itu, "...." itu benar.

Yang lainnya segera memeluk bahunya. "Jangan khawatir. Ada banyak Ger di kampung halaman kita."

Pria itu cemberut. "Bagaimana itu sama dengan yang ada di desa?"

Pria Baiyu itu menggodanya. "Jangan khawatir, dia mungkin hanya menganggapmu orang lewat. Kamu tidak perlu khawatir."

Pria itu. "....."

Song Tianchen menatap mereka. "Ayo kembali dan beristirahat. Besok kita akan pergi."

Semuanya berdiri. "Ya, perjalanan akan memakan satu bulan. Jadi kita akan datang bertepatan musim tanam yang baru. Aku tidak sabar untuk menyentuh cangkul."

Pria yang lain segera tertawa. "Kamu membual."

Lalu terdengar tawa dari ruangan itu, semuanya kembali dan mereka tertidur. Song Tianchen menatap bulan. "Mao, Dabao, Erbao, aku akan segera datang."

______

Keesokan paginya, mereka bersiap. Mereka pergi dengan satu gerbong kereta dan 5 kuda. Song Tianchen menatap kearah para prajurit yang mengirim mereka pergi. Ada beberapa yang bersedih karena Jendral Zhu Qiang akan pergi.

Lalu tidak lama kemudian, Song Tianchen melihat kearah Ger yang bersembunyi-sembunyi di balik pohon. Song Tianchen menatap pria disampingnya, kebetulan pria itu menatap Song Tianchen.

"Tianchen ada apa?"

Song Tianchen tersenyum. "Ada seseorang ingin bertemu denganmu."

"Siapa?"

"Kamu bisa melihatnya sendiri."

Pria itu menatap kearah sosok yang dikatakan oleh Song Tianchen. Dia melihat bahwa itu adalah Ger yang dia suka. Jantungnya berdebar, dia turun dari kuda. Song Tianchen tersenyum. Lalu dia berbicara dengan beberapa temannya.

Pria itu bernama Li Hong, dia berjalan kearah pohon. Ger itu malu-malu dan menyembunyikan dirinya. Li Hong berbicara, "Apakah ada yang ingin kamu sampaikan padaku?"

"Apakah kamu tidak akan kembali lagi ke sini?"

Li Hong tersenyum masam. "Aku tidak akan kembali."

Ger itu sedih, dia menyerahkan kantong yang sudah dijahitnya. "Ini hadiah dariku."

Li Hong melihat bahwa itu adalah kantong uang, dia menatap kearahnya. Sulaman tangan itu sangat indah. Li Hong tersenyum. "Terima kasih."

______

Ger itu sedikit sedih, namun jantungnya berdebar. Jika dia tidak mengatakannya, dia tidak akan pernah melihatnya lagi. Ger itu menatapnya dengan serius.

"Li Hong, aku.... suka padamu." Ketika Li Hong mendengarkan ini, dia menatap tidak percaya. Ketika Ger itu melihat ekpresi Li Hong. Dia sedikit kaget dan takut mendengarkan jawabannya. Lalu dia berbicara denganku. "Um... aku...."

Li Hong memegang tangannya dan mengendongnya dengan satu tangan. Dia mengambil leher Ger itu dengan tangan yang lain yang mereka berdua berciuman. Mata Ger itu terbuka lebar. Lalu tidak lama kemudian, siulan terdengar di tentara.

Teman-teman Li Hong segera bersiul. Li Hong melepaskan ciumannya. Dia segera tersenyum. "Aku juga menyukaimu. Aku selalu menyukaimu."

Wajah Ger itu memerah seperti persik merah, mendengar siulan dari para tentara, dia sangat malu dan memeluk leher Li Hong. Dia merasa Ger sepertinya sedikit liar. Dia ingin menggali lubang dan mengubur dirinya.

"Maukah kamu pergi bersamaku? Aku akan memperkenalkanmu sebagai menantu keluargaku."

Wajah Ger itu memerah, "Aku... harus bertanya pada orang tuaku."

Li Hong menganggukkan kepalanya. Dia menurunkan tubuh Ger itu. Lalu berjalan bersama menuju Song Tianchen, ketika pria itu menatap keduanya. "Apakah kalian ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Wajah Ger itu memerah, Li Hong sedikit malu. Dia berbicara. "Bisakah aku pergi sebentar ke desa Xiao Lin."

Song Tianchen menganggukkan kepalanya. "Ya, kamu harus meminta izin pada orang tuanya jika kamu ingin membawa putra mereka."

Baik Li Hong dan Ger Lin memerah. Song Tianchen melihat bahwa Li Hong sangat bahagia, dia segera tersenyum lembut. Li Hong membawa Ger Lin ke kudanya dan dia membawanya ke desa mereka.

Desa Lin sangat miskin, karena perang berpanjangan, mereka tidak memiliki kekayaan dan tanah yang tandus. Sangat sulit untuk mendapatkan makanan disini. Kadang beberapa orang akan menjual Ger mereka untuk mendapatkan beberapa uang. Sungguh kehidupan yang malang.

Ketika beberapa orang melihat Ger Lin didepan seorang pria yang mereka kenal. Beberapa segera bergosib. Kuda dianggap barang yang sangat mahal, bahkan yang terbaik harganya 80 tael. Itu benar-benar mahal.

Jadi orang yang memiliki kuda sendiri dianggap terbaik. Ger Lin segera turun begitu mereka datang ke depan rumahnya. Orang tua Lin yang tahu bahwa Ger mereka akan pergi. Mereka menunggunya.

Kehidupan di sini juga tidak baik, lebih baik membiarkan Ger Lin mereka menikahi seseorang dan tinggal diluar desa. Ketika Li Hong melihat kearah kedua orang tuanya. Dia menatap dengan bingung.

"Orang tuamu sudah menunggu?"

Ger Lin tersenyum. "Ayo masuk."

Li Hong dan Ger Lin masuk ke dalam. Kedua orang tua Lin menyambut kedatangan mereka. Tidak ada apapun di rumah mereka. Mereka sangat miskin, Li Hong tersenyum. "Kedua orang tua."

Mereka berdua tersenyum, Ger Lin adalah satu-satunya Ger di rumah mereka. Sisa anak mereka adalah putra yang berusia 10 dan 8 tahun. Ger Lin adalah yang tertua, 14 tahun.

Orang tua Lin. "Tentara Li."

Li Hong merasa malu, dia tersenyum. "Orang tua Lin, aku bukan lagi tentara. Kamu bisa memanggilku Li Hong atau Hong."

"Baiklah anak Hong."

Li Hong menatap kearah Ger Lin. Lalu menatap kearah kedua orang tuanya. "Orang tua Lin, aku datang ke sini untuk melamar Ger Lin. Aku juga akan membawanya kembali ke kampung halamanku."

Orang tua Lin tersenyum. "Ya, Ger Lin kami sudah dewasa. Dia memilih sendiri jalannya. Dia mengatakan bahwa dia ingin mengikutimu. Kami sebagai orang tua, hanya bisa mendukungnya."

Li Hong menatap kearah Ger Lin. Pemuda itu segera menjadi malu. Dia memalingkan wajahnya. Li Hong tidak tahu bahwa Ger Lin memang sudah memikirkan untuk bersamanya. Dia menjadi lebih bahagia.

Li Hong dengan serius berkata. "Orang tua, aku berjanji, aku akan selalu membahagiakan Ger Lin, jika aku melanggar janjiku, aku berharap petir akan menyerangku."

Kedua orang tua itu terkejut, di jaman sekarang mereka percaya pada sumpah. Ketika mereka melihat betapa seriusnya pria ini pada putra mereka. Keduanya tersenyum. "Kami percaya padamu."

Li Hong menyerahkan uang sebanyak 10 tael. "Orang tua, ini adalah maharku."

Kedua orang tua Lin dan juga adiknya tercengang. Bahkan mereka tidak pernah melihat uang sebanyak ini. Kedua orang tua itu segera menggelengkan kepalanya. "Ini adalah mahar Lin Er, kamu harusnya memberikannya padanya."

Li Hong menatap Ger Lin, "Ini adalah mahar Ger Lin, tapi aku yakin Ger Lin ingin menyerahkannya pada orang tua."

Ger Lin segera menganggukkan kepalanya. "Ayah, Daddy, ini adalah maharku dan aku akan menyerahkannya pada kalian berdua."

Mata Orang tua Lin sedikit memerah, mereka tidak tahu bahwa Ger mereka akan membalas mereka. Orang-orang didesa sangat miskin, mereka akan menjual Ger mereka untuk hidup. Sedangkan mereka, lebih baik miskin daripada menjual anak mereka.

Kedua orang tua itu segera menganggukkan kepalanya. Namun Daddy Lin masih menangis. Li Hong menyodorkan sesuatu, ini adalah 3 mu tanah lahan subur. Dia menyerahkannya. "Orang tua, ini adalah maharku yang lain."

Orang tua Lin segera menolak. "Tidak, tidak, ini terlalu mahal."

Li Hong tersenyum. "Aku mungkin tidak akan kembali lagi ke sini, jadi aku akan menyerahkan tanah ini pada orang tua. Orang tua, kamu harus menerimanya."

Ayah dan Daddy Lin saling berpandangan, mereka berdua menatap kearah Ger Lin. Ger Lin menganggukkan kepalanya. Kedua orang tua itu berterima kasih kepada Li Hong.

Karena keduanya sudah sepakat, mereka akhirnya berpisah. Karena perjalanan Li Hong akan Panjang. Kedua orang tua itu mengantarkan Li Hong dan Ger Lin. Di luar, ada kelompok yang menunggu mereka.

Song Tianchen maju dia membungkukkan sedikit tubuhnya, "Orang tua Lin, kami akan pergi sekarang."

Kedua orang tua itu segera membungkuk. "Jendral Zhu Qiang, Jendral Zhu Qiang jangan terlalu formal. Kami akan malu."

Song Tianchen tersenyum. "Aku bukan lagi Jendral, jadi jangan terlalu sopan."

Song Tianchen berbicara sebentar, lalu kedua orang tua Lin melambaikan tangan perpisahan keduanya. Ger Lin berada dibelakang Li Hong. Dia sudah hidup bersama orang tua-nya selama 14 tahun.

Tentu saja dia merasa sedih. Dia menangis ketika meninggalkan desanya. Li Hong menghiburnya. Lalu dia tertidur diperjalanan.

Li Hong meminta Zhang Hao untuk membiarkan Ger Lin di dalam gerbong. Kebetulan hanya Istri Zhang Hao dan putranya yang ada. Mereka berdua langsung melanjutkan perjalanan mereka.

Song Tianchen melihat pemandangan, dia tersenyum. Dia akan segera bertemu dengan Istri dan putranya. Di dalam perjalanan, tentu saja mereka menemui beberapa masalah. Namum mereka adalah tentara yang sudah melihat kekejaman.

Jadi mereka adalah hewan buas, para bandit bukan apa-apa dimata mereka. Song Tianchen dan kelompoknya membersihkan masalah sepanjang jalan.

____

Di perdesaan.

Karena Yan Mao tidur larut malam. Bahkan ketika matahari mulai muncul dia masih tidur dengan nyenyak. Kedua anak itu bangun lebih awal, ketika dia melihat Daddy mereka masih tertidur.

Keduanya turun dari tempat tidur dan pergi mengganti pakaian mereka. Keduanya mengganti pakaian terbaik mereka. Meskipun tidak terlihat bagus dan sedikit kusam, setidaknya lebih baik dari pakaian bertambal.

Ketika keduanya masih melihat Daddy mereka tertidur. Keduanya segera membangunkannya. "Daddy, bangun. Kita akan ke pasar."

Yan Mao membuka matanya, dia melihat kedua anak itu sudah berganti pakaian. Keduanya begitu bersemangat dipagi hari. Yan Mao tersenyum. "Kalian begitu bersemangat di pagi hari. Ini masih awal."

Kedua anak itu saling bertatapan. "Daddy, matahari sudah muncul. Jika kita terlambat, kita tidak akan dapat kereta sapi Paman Qian."

Yan Mao membuka matanya dengan cepat. Dia lupa bahwa ini adalah jaman kuno. Bagaimanapun orang-orang di sini selalu bangun lebih cepat dari ayam berkokok. Yan Mao bangun dan pergi ke dapur untuk mencuci wajahnya.

Dia mengganti pakaiannya dan ketiganya keluar dari rumahnya. Ketika Yan Mao menutup pagar, dia memegang tangan kedua putranya. Mereka berdua sangat bersemangat karena ini pertama kalinya mereka pergi ke pasar. Tentu saja mereka sangat bersemangat.

Orang desa biasanya baik dan jujur, meskipun beberapa memiliki omong kosong dan pembicara besar. Namun kebanyakan mereka sangat ramah. Baik tulus maupun tidak. Beberapa Ger dengan anak mereka juga pergi ke kota.

Next chapter