webnovel

Hurt

Lucas membantu Yuki yang jatuh tersungkur dengan kepala membentur tanah. Beberapa bagian tubuhnya terluka membuat pemuda itu segera membawa sang gadis untuk duduk bersandar pada pohon yang tak jauh dari sana.

"Nggak Cas, biar gue bantuin,"

"Nggak! Lo duduk aja. Badan lo lecet-lecet gitu,"

"Cuma lecet dikit Cas, plis yaa," Yuki memelas.

"Astaga Ki, udah duduk aja. Lagian cuma dikit kok zombienya,"

"Nggak," gadis itu berdiri, "Ayo lawan bareng-bareng,"

"Jangan lo lagi--"

"Plis sayang,"

"Iya deh," pemuda itu menyerah, berjalan mengikuti Yuki mendekat ke arah gerbang.

"Cuma dikit ternyata,"

"Iya, tapi lo tetep harus hati-hati,"

"Iya Lucas astaga,"

Yuki mengangkat senjatanya, segera menembaki para zombie yang mendekatinya.

"Yuki lo sebelah kanan, gue kiri, kalo udah habis tutup gerbangnya,"

Tanpa ba bi bu lagi, gadis itu segera berlari mendekati sisi kiri gerbang, suara tembakan yang saling bersahutan tidak luput dari pendengarannya.

Bughh

Gadis itu mendorong sesosok zombie yang hendak mendekatinya, "Mati lo anjir,"

Dor dor dor

Yuki melepaskan pelurunya dengan kesal, "Jangan deket-deket gue, kalian bau,"

"Udah belum Ki?"

"Bentar,"

Dalam dua tembakan terakhir, Yuki segera berlari mendekati gerbang.

Beberapa zombie tampak hendak berjalan masuk, namun Yuki terlebih dahulu menutup gerbang lalu menguncinya.

Dor

"ARRGHHH," Yuki memekik keras, gadis itu mengusap pipinya yang terasa panas.

Sebuah peluru sukses menggores pipinya lalu menancap di batang pohon tepat di belakang tubuh Yuki.

"YUKI KENAPA?" jerit Lucas histeris.

"Gue nggak papa, sekarang bunuh dulu zombienya," balas Yuki mencoba tenang.

"Udah," pemuda itu mendekati sang gadis, "Astaga kok bisa?"

"Gue nggak tau, ada yang nembak gue dari luar gerbang,"

"Shit, sekarang mending kita balik ke rumah Pak Budi dulu,"

"Yang lain gimana?"

"Udah, obatin dulu luka lo oke,"

"Iya deh,"

"ARRGHHH,"

"Siapa?" Yuki mendongak menatap Lucas, matanya tampak khawatir.

"Semoga aja Arjun nggak papa, habis ini kita nyamperin dia dulu ya,"

"Iya,"

***

Di sisi lain, Juwita dan Yeri tengah duduk santai diatas kap mobil tanpa berniat untuk melompat turun.

"Menurut lo kenapa zombienya tiba-tiba sampe sini?" Yeri memecah keheningan.

"Gue nggak bisa mikirin soal itu, i mean tadi Arjun bilang nggak ada permukiman lain di sekitar sini kecuali permukiman setan kan? Yakali setan bisa jadi zombie,"

"Ya terus? Nggak mungkin juga zombie-zombie dari kota jalan sampe sini. Kita aja yang manusia butuh perjuangan buat sampe sini," Yeri mendramatisir.

Juwita memutar bola matanya malas, "Tapi bener sih, nggak mungkin kalo mereka dari kota, lah terus dari mana dong?"

"Ya gue nggak tau. Mungkin aja dari daerah sekitar sini,"

"Kalo gitu berarti virus zombie udah keluar dari kota dong?"

"Semoga aja enggak,"

"ARGHHHH,"

Keduanya reflek berbalik, mencari sumber suara.

"Yuki?"

Juwita menatap Yeri khawatir, "Yuki kenapa?"

"Gue nggak tau, semoga aja dia cuma jatuh atau apalah,"

"Yuki nggak mungkin teriak heboh kalo cuma jatuh," gadis itu menggigit bibirnya khawatir.

"Jangan negthink oke," Yeri menenangkan, "Di sana ada Lucas juga kok, Yuki insyaallah aman,"

"I wish,"

"ARGHHH,"

"Arjun," Juwita mengerjab, segera berlari dan melompat dari kap mobil, "Gue harus cek,"

"Hey hey Juw jangan gegabah, ntar kalo zombienya masuk desa gimana?"

"Gerbangnya udah di kunci," gadis itu membalas tanpa menoleh, "Gue nggak bisa diem aja, udah banyak yang jadi korban, jangan lagi,"

Yeri menunduk, sekelebat kenangan bersama teman-temannya tiba-tiba melintas, membuat air matanya kembali menetes deras tak terbendung, "Ayo kita cek,"

"Yaudah ayo, kita ke Arjun dulu,"

Yeri tidak membalas, namun ikut berlari bersama Juwita menuju gerbang kiri tempat Arjun berada.

"Juwi! Yeri!" seru Yuda saat mereka berpapasan.

"Yuda,"

"Arjun sama Yuki kenapa?" tanya Bima khawatir.

"Kita baru mau cek, ayo ke Arjun dulu," Juwita segera melanjutkan langkahnya, "ARJUN LO KENAPA ASTAGA,"

"Tadi ada yang nembak gue dari luar, jadinya gini deh," pemuda itu memegangi pahanya yang mengeluarkan darah cukup banyak.

Juwita menatap tunangannya khawatir, dan tanpa pikir panjang gadis itu merobek lengan bajunya lalu menutup luka Arjun dengan itu.

"Astaga ayo buruan balik ke rumahnya Pak Budi," Yuda dan Bima segera membantu pemuda itu.

"Astaga Arjun,"

"Yuki lo kenapa?" Yeri melotot.

"Oh ini nggak papa kok," gadis itu tersenyum menenangkan, "Sekarang buruan bawa Arjun balik,"

"Udah di kunci semua kan gerbangnya?"

"Udah Jun, sekarang pikirin diri lo dulu," pekik Lucas kesal.

"Gimana ceritanya lo bisa ketembak?" tanya Juwita, "Lo nggak kena senjata makan tuan kan?"

"Enggak, tiba-tiba tadi ada peluru yang ngenain gue, nggak tau siapa yang nembak,"

"Sama gue juga gitu," sahut Yuki, "Tapi kayaknya dia penembak amatiran deh, meleset gitu,"

"Udah syukur Ki meleset, dari pada kena jidat lo, bolong ntar," Bima menyahut.

"Ya nggak gitu konsepnya, mau nangis aja gue,"

"Lebay Cas, tapi seriusan, gue aja yang baru setahun ikut kursus nembak aja jarang meleset loh,"

"Mungkin gara-gara objek tembaknya gerak-gerak kali,"

"Enggak Yer, nggak sesulit itu nembak objek yang gerak, melesetnya juga pasti nggak jauh," Yuki mengusap darah yang mengalir di pipinya kasar, "Gue yakin objek tembaknya kepala gue, tapi meleset ke pipi,"

"Gue setuju," Arjun menyahut, "Pasti objek tembak dia perut gue, kalo nggak dada gue, kan itu organ vital, tapi kenapa dia nembak paha gue coba?"

"Make a sense sih, tapi buat apa coba dia nembak lo sama Yuki?"

"Mereka Juw, nggak mungkin kalo cuma satu, orang selang waktu ketembaknya gue sama Arjun nggak jauh, nggak mungkin buat satu orang lari dari gerbang kanan ke gerbang kiri dalam waktu secepat itu,"

"Tapi, bukannya di gerbang ketutup sama zombie ya? Gimana mereka nembak kalian?" Yuda menatap teman-temannya.

"Dari atas? Masuk akal kan? Di sekitar sini banyak pohon, dan nggak mengurangi kemungkinan buat dia manfaatin celah-celah gerbang buat nembak Yuki sama Arjun," Bima berujar.

"Bisa jadi," Yuki mengangguk, "Tapi, apa mereka nggak takut kena virus? I mean, banyak zombie di luar, kalo misal dia di atas pohon, pasti harus lewatin zombie-zombie itu dulu baru bisa naik kan?"

"Tapi zombie di gerbang kanan sendikit Ki,"

"Di gerbang kiri juga,"

"Ah gue ngerti sekarang," Yeri menjentikkan jarinya, "Tapi sekarang kita obatin mereka dulu, keburu parah ntar, tuh udah keliatan rumahnya Pak Budi,"

"Aww baru kerasa sakitnya dong sekarang," Yuki meringis.

"Jangan di pegang-pegang, iritasi," Lucas terlebih dahulu mencekal lengan Yuki yang hendak mengusap lukanya sendiri.

"Lagian lo luka ngapain di pegang-pegang sih? Nggak perih apa?" gerutu Yuda.

"Ya kan kalo di pegang jadi nggak sakit,"

"Teori dari mana itu?" Yeri mendengus kesal.

Next chapter