webnovel

Go

Juwita sibuk memotong sayuran sembari bersenandung kecil, di sampingnya Yeri asik menghaluskan beberapa rempah-rempah.

Yuki menatap kedua temannya itu memelas, di gendongannya, Gara tampak nyaman tertidur pulas.

"Ayo dong gue kan juga mau bantuin,"

"Nggak usah Ki, lo jagain Gara aja," jawab Juwita tanpa menoleh.

"Biar Gara sama Yuda aja kalo nggak Lucas. Gue nggak mau kalo cuma duduk-duduk aja," gadis itu mencebik kesal.

"Sini-sini Gara sama papa aja," Lucas menyahut dengan tangan yang direntangkan, senyum lebar tak luput dari bibir pemuda itu.

"Dih ayah gula kali," Yeri mencibir.

"Sembarangan,"

"Hahaha tapi emang kalo Lucas jalan sama Yuki keliatannya dia kayak ayah gula," Juwita tertawa lebar, "Muka lo udah kaya om-om sih Cas,"

"Mukanya Yuki kali kek bocah gitu,"

"Udah-udah, nih bawain Gara,"

Sang pemuda mengangguk, segera mengambil alih Gara dari gendongan tunangannya.

"Gue keluar dulu ya sama yang lain, hati-hati sayang masaknya," Lucas mengacak rambut Yuki dengan sebelah tangannya lalu segera melesat menuju teras luas rumah Pak Budi. Teman-temannya tengah bercengkrama di sana bersama sang empunya rumah.

"Haduh udah kayak young daddy lo Cas," Arjun memasang wajah jenakanya.

"Udah cocok kan? Siap nih gue nikah sama bebeb Yuki,"

"Sukses dulu nak baru nikah-nikah," Pak Budi terkekeh, "Itu anaknya?"

"Bukan Pak, ini mah adeknya tunangan saya," Lucas mendudukkan diri di samping Arjun.

"Loh masih kecil gitu kalian ajak jalan-jalan?"

"Sebenernya kita bukan jalan-jalan pak," Bima mencoba menjelaskan, "Di Kota sedang mewabah virus zombie, dan kita ke sini untuk menyelamatkan diri,"

"Virus zombie? Nggak salah kalian? Nggak lagi ngelindur kan?"

"Enggak pak, beneran," yakin Yuda, "Ibu saya sudah jadi zombie, makanya adek saya ajak sekalian,"

"Loh katanya bayi ini adeknya tunangannya Nak Lucas, kok Nak Yuda bilang kalo ini adeknya? Jangan-jangan.."

"Aduh pak jangan salah paham," Lucas terlebih dahulu menyela, "Tunangan saya itu Yuki, nah Gara ini adeknya Yuki dan Yuda,"

"Ohh begitu," Pak Budi mengangguk mengerti, "Tapi zombie itu beneran ada?"

"Beneran, bahkan sudah sangat mewabah di kota,"

Pak Budi mengangguk patah-patah mendengar jawaban Yuda.

"Emm Pak saya mau bertanya," Arjun berujar ragu-ragu, "Di sekitar sini memang ada permukiman lain ya?"

"Setau saya sih tidak ada, memangnya ada apa?"

Seluruh tubuh Arjun total menegang, "Tadi, saya liat permukiman, niatnya kami mau istirahat di sana, namun lebih dulu di usir warga di sana,"

"Dan anehnya yang saya lihat hanya hutan biasa bukan permukiman," Yuda menimpali.

"Ah, itu permukiman hantu, syukur kalian tidak singgah di sana. Kalau kalian tinggal, bisa saja kalian tidak bisa kembali,"

"Hah?" Arjun terperangan, "Shit tadi gue liat hantu dong?"

"Menambah pengalaman Jun," Bima menepuk bahu temannya.

"Pantesan tadi Gara tiba-tiba nangis kejer,"

"Bisa saja dia liat hantu, bentar lagi demam pasti,"

Sontak ucapan Pak Budi membuat Lucas panik bukan main, "Aduh anak gue demam dong, gimana aduh,"

"Anak gue katanya," Yuda mencibir, "Tadi ada kompresan instan gue liat di mobilnya Lucas. Yuki juga pasti udah sedia obat,"

"Lah kapan dia beli?"

"Kemaren bareng waktu dia beli pampers," jawab Yuda, "Yang cowoknya Yuki sebenernya siapa sih?"

Lucas melotot, "Gue lah,"

"Udah mateng nih makanannya,"

"Im coming food," pekik Yuda.

"Nggak ngerti lagi gue sama dia," Bima menggeleng prihatin.

"Gara sama gue dulu sini, lo makan aja," ujar Yuki hendak mengambil alih sang adik.

"Nggak usah, lo makan aja, sekalian suapin gue,"

"Mau lo itu, nggak,"

"Taroh aja Garanya. Gue tau modus lo Cas," sahut Juwita.

Pemuda itu mencebik kesal.

"Di tidurin di kamar pojok saja,"

"Baik Pak, sini biar gue aja yang nidurin,"

"Gue aja, lo cukup nganterin,"

"Terserah,"

"Bucin tuh bucin," sorak Bima.

"Bastard,"

"Language please," Yuki mengingatkan.

"Sorry honey,"

"Ouwwh cringe," Yeri bergidik.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

"Eh rame banget ya,"

"Eh iya bu hehe," Arjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Perkenalkan ini istri saya,"

"Ah iya, saya istrinya Pak Budi, panggi saja Bu Asri," Bu Arsi tersenyum lebar.

"Saya Arjun bu, ini temen-temen saya, Juwita, Bima, Yuda, Yeri, dan itu Lucas Yuki,"

"Ah iya, nggak usah salam satu-satu, lanjutkan saja makan siangnya,"

"Ibu juga,"

"Boleh?"

"Boleh banget eh," Juwita tersenyum malu-malu.

"Hahaha iya,"

***

"PAK BUDI PAK BUDI,"

Mendengar teriakan itu, Arjun segera berlari tergopoh-gopoh keluar rumah mengikuti Pak Budi.

"Oh Angga kenapa?" tanya Pak Budi kepada anak remaja yang baru saja berteriak.

"Di gerbang--hah--ada setan,"

"Hah?" Arjun melongo, "Dek siang-siang begini mana ada setan,"

"Beneran kak! Banyak banget! Berdarah-darah,"

"Wait, jangan-jangan--" Arjun melotot, "Woy Lucas Lucas,"

"Apaan sih? Baru mau tidur siang ni gue," sahut Lucas dongkol.

"Kayaknya zombienya sampe sini deh,"

"HAH? APA?" pekik pemuda itu kaget.

"Apaan sih teriak-teriak," Yeri berjalan mendekati mereka diikuti Juwita, Yuda, dan Bima.

"Zombienya sampe sini,"

"Mana bisa?" pekik Yuki di ambang pintu.

"Mending kita periksa aja," saran Bima menatap punggung Pak Budi yang sudah berlalu bersama Angga.

"Ini Gara gimana dong?" Yuki menatap sang adik.

"Biar sama saya saja," Bu Asri menawarkan, "Kamu pergi saja ndak papa,"

"Eh tapi nanti merepotkan bu,"

"Enggak kok, saya juga sudah lama nggak gendong bayi, jadi kangen,"

"Ah iya bu, maaf jadi merepotkan,"

Bu Asri tersenyum, "Enggak kok,"

"Senjata di mana?" tanya Yuda panik.

"Di mobil gue,"

"Mobil lo mana?"

"Belakang lo," datar Lucas, "Untung tadi sempet gue pindahin,"

"Udah jangan kelamaan ngobrolnya," sinis Yeri.

"Revolvernya ada satu lagi gue pake ya," pinta Bima.

"Jangan, lo pake yang biasanya aja, revolver biasanya buat jarak jauh. Arjun tuh yang udah kebiasaan pake revolver buat nembak jarak dekat," sahut Lucas.

"Samurainya Mark, siapa yang mau bawa?" tanya Juwita.

Yeri menunduk, menghela napas berat gadis itu menyahut, "Gue aja yang bawa,"

"Lo serius?" lirih Yuki.

"Gue serius," gadis itu mengangguk mantab, "Buruan isi peluru,"

"Yuki, mending lo jangan pake desert eagle deh," Arjun menoleh, "Suaranya keras banget. Gedeg gue dengernya,"

"Dan bisa bikin orang sekampung panik," timpal Bima.

"Oke deh, bubay sayangku," Yuki menunduk sedih, lalu meraih asal pistol di dekatnya.

"Seriusan lo pake revolver?" Lucas menatap gadis itu horor.

"Oh revolver, salah, yaudah pake senapan laras panjang aja,"

"Udah lo pake ini aja," Yuda menyodorkan sebuah senjata kepada Yuki, Pistol Raging Bull 454.

"Boleh," gadis itu menyeringai.

"Ayo buruan guys, sebelum ada korban," Yeri memegang erat samurai Mark, menatap satu persatu teman-temannya, "Jangan sampe ada yang mati lagi,"

"Gue nggak akan mati," Lucas berujar mantab, "Kalo gue mati nggak ada yang lindungin Yuki lagi,"

"Ye kingkong masih sempet mau ngebucin aja," sinis Bima.

"Iri bilang bos,"

Next chapter