Lucas menginjak pedal gas mobil Arjun secara tiba-tiba membuat tiga sosok lain menjerit kaget.
"LUCAS BELOM PERNAH GUE BACOK YA LO?" Sonya memeluk lengan Dino erat, "GILA INI BUKAN SIRKUIT WOYY,"
Sedangkan Mark di kursi penumpang bersorak senang, "WOHO TERUS BRO NAH IYA TABRAK,"
"WOY WOY CAS KALEM," Dino ikut menjerit kaget.
"DAMN LUCAS WOY LUCASSSSSS," napas gadis itu memburu dengan keringat bercucuran, mobil yang di kemudikan Lucas nyaris saja terjun bebas ke dalam jurang jika pemuda itu tidak cepat-cepat menginjak rem.
"GILA LUCAS GILA," Sonya merasakan kepalanya pening karena panik, "Buruan ke apotek, jalannya pelan-pelan aja,"
"Kalo pelan-pelan kelamaan tau," jawab Lucas santai, "Eh udah di depan ternyata,"
"Kaget gue ternyata ada jurang, untung aja nggak nyemplung," Mark mengusap dadanya dramatis.
"Santai sama gue mah aman,"
"Aman palalo," Dino mendengus, membuka mobil sahabatnya lalu melompat turun, dan langsung di sambut oleh beberapa zombie, "Hadeh,"
Dor dor dor dor
"Lucas! Masuk, ambil obat sama minyak anginnya," teriak Mark.
"Oke,"
Mark mengayunkan samurainya beberapa kali, "Awww, senjata makan tuan lagi bangke," pemuda itu meringis, mencabut dengan kasar samurai yang menancap di lengan kirinya, tepat berada di bawah luka sebelumnya.
"Sonya belakang lo," Dino memberi tahu.
"Iya, mati lo anjir," gadis itu melotot garang.
"Zombie nggak akan mati kalo lo pelototin kali Son,"
"Diem Din, lagi konsentrasi nih,"
"DINO UTARA DIN," teriak Mark.
Yang diteriaki mengangguk mengerti, segera berlari ke arah utara.
Bughh
Pemuda itu jatuh tersungkur, namun tak lama kemudian ia kembali berdiri.
Dino meringis kecil merasakan perih pada lutut dan sikunya, "Eh berdarah,"
"Din buruan," desak Sonya.
"Eh iyaiya," Dino meraih senapannya lalu kembali menembaki para zombie yang mendekatinya.
Dor Dor Dor
Suara tembakan saling bersahutan, cukup menarik perhatian beberapa zombie lain.
"LUCAS UDAH BELOM?"
"UDAH AYO," Lucas berlari sekuat tenaga masuk ke dalam mobil Arjun diikuti Mark.
"SONYA! DINO!"
"BENTAR," sahut Dino.
"Guys bilangin yang lain gue sayang mereka, gue juga sayang sama kalian, maaf kalo selama ini gue nyebelin," ujar Sonya dengan air mata yang nyaris tak terbendung.
"Maksud lo apa?" Mark mengernyit, "Buruan masuk mobil, zombienya udah deket itu Son,"
Gadis itu menggeleng lemah, memperlihatkan luka cakaran pada lengannya, "Good bye,"
"SONYA," Dino memeluk gadis itu erat, "Jangan, jangan pergi,"
"NGGAK DINO! BURUAN MASUK MOBIL," Sonya memberontak dalam pelukan temannya, "Gue bukan temen lo lagi,"
"Lo bakalan selamanya jadi temen gue," lirih Dino.
"Dino! Masuk mobil buruan," Mark menatap pemuda itu khawatir.
"Enggak, gue nemenin Sonya di sini,"
"Tapi--"
"Gue punya hemofilia," Dini melirik lutut dan sikunya, "Ntar yang ada gue malah ngerepotin kalian,"
"Enggak nggak akan pernah," Lucas menggeleng, "DINO BURUANN,"
"Nggak! Obat gue bahkan udah habis, bakalan susah nyarinya. Sama aja kan gue bakalan mati. Dari pada nyusahin kalian, mending gue nemenin Sonya di sini," Dino tersenyum, bahkan saat gadis itu menggigit lengannya pemuda itu masih tersenyum, "Gue sayang sama kalian, jaga diri baik-baik, jangan sampe mati, good bye,"
"Dino," lirih Mark.
"BURUAN PERGI! TEMBAK GUE SAMA SONYA! BIAR KITA NGGAK NYUSAHIN," Dino berteriak tepat sebelum dirinya berubah menjadi zombie seutuhnya.
"Cas, gue nggak bisa," Mark terisak kecil.
Lucas menghela napas, membuka kaca mobil semakin lebar lalu dengan tangan gemetar mengangkat senjatanya, "Maafin gue Sonya, Dino,"
Dor dor dor
"Seenggaknya itu permintaannya Dino," Mark menepuk pinggang temannya.
"Gue yang bunuh--"
"Enggak, itu permintaan terakhirnya Dino," Mark menggeleng ribut, "Sekarang mending kita buru-buru balik,"
"Iya,"
***
"Kalian kenapa kok mukanya murung gitu? Tumben banget nggak klakson-klakson," tegur Juwita, "Eh Sonya sama Dino mana?"
Mark dan Lucas menunduk dalam, air wajah mereka tampak menyesal, sedih, dan marah yang bergabung menjadi satu.
"Maaf," satu kata terlontar dari bibir Lucas seakan dapat menjelaskan semuanya.
"Jangan bilang--" tubuh Juwita merosot, tangisnya pecah seketika.
"Cas, bilang sama gue lo bohong kan?" Yuki berjalan mendekati Lucas, memukul dada pemuda itu beberapa kali, "Ini cuma prank kan? Lo bohong kan?"
"Maafin gue, seharusnya gue nggak biarin mereka jadi zombie," Mark berujar, "Gue salah,"
"Nggak, gue yang salah, gue yang nembak mereka,"
"Itu permintaannya Dino sebelum dia jadi zombie Cas, lo nggak salah, gue yang salah,"
"Udah," Arjun menengahi, meneluk tubuh kedua sahabatnya itu dengan erat, "Seenggaknya mereka nggak akan capek lari-lari lagi kan?"
"Ini salah gue," lirih Mark.
"Bukan salah lo Mark," Yeri menenangkan dengan suara seraknya, "Ini udah takdir,"
"NGGAK!" Juwita berteriak, "LO! KALO LO NGGAK MINTA ANEH-ANEH, KALO LO NGGAK NYURUH SONYA SAMA DINO BUAT BELI MINYAK ANGIN, MEREKA PASTI MASIH ADA! LO YANG BUNUH MEREKA!"
"Juwi udah Juw," Yeri dan Yuki mencoba menenangkan gadis itu, "Udah jangan salah-salahan lagi,"
"NGGAK! DIA! DIA UDAH BUNUH SONYA SAMA DINO! DASAR KEPARAT! BITCH! NGGAK TAU DIRI!" Juwita berteriak marah.
"KOK LO JADI NYALAHIN GUE SIH! SALAHIN AJA TEMEN-TEMEN LO MAU-MAU AJA GUE SURUH,"
Plakkk
Satu tamparan sukses mendarat di pipi Keynan, bukan Juwita, melainkan Yeri, kesabarannya sungguh diuji saat ini, "Kita udah baik numpang lo di rumah ini! Kita udah baik ngasih lo makan, nurutin apa yang lo mau! Dan ini rasa terimakasih lo? Oh god, lo bisa mikir nggak? Emang bener kata Juwita! Kalo misal lo nggak nyuruh Dino sama Sonya mereka nggak akan mati sekarang," ujarnya penuh penekanan, menatap Keynan tajam.
"Ayo mending kalian balik ke kamar aja," Arjun berujar, membawa Juwita ke dalam pelukannya, "Udah, Sonya sama Dino pasti sedih liat lo kaya gini,"
"Tapi Jun--"
"Ssttt udah, sekarang istirahat ya,"
Mau tak mau Juwita mengangguk lemah, tidak menolak saat pemuda itu membawanya menuju kamar.
"Sonya sama Dino tadi bilang mereka sayang kalian, jaga diri baik-baik, jangan sampe mati," Lucas menunduk sedih, "Tadi Sonya kena cakar zombie,"
"Dino punya hemofilia, dan dia tadi jatoh sampe lututnya berdarah. Katanya obatnya udah habis, dia nggak mau ngerepotin kita. Akhirnya Dino milih buat nemenin Sonya," lanjut Mark.
"Dino," Yuki mulai terisak, "Sonya,"
"Gue turut berduka cita," Yuda berujar dengan sedih.
"Kita juga," sahut Galang, "Jangan sedih, mereka pasti udah bahagia. Nggak ribet-ribet lagi lawan zombie,"
"Udah ya," Lucas menenangkan Yuki dalam pelukannya, "Mereka pasti sedih liat lo kaya gini,"
"Cas, bahkan gue belum bilang sama Sonya kalo Dino suka dia, gue punya banyak salah sama mereka,"
"Udah jangan gitu,"
"Udah takdirnya oke, jangan di tangisin," Bima menimpali, "Mereka udah bahagia,"