Mark melompat dari mobil Arjun tepat di halaman rumah Yeri.
"GUE KE RUMAH JUWI YA,"
"OKE, DON'T FORGET TO PICK ME DUDE,"
"CILL," balas Arjun segera melajukan mobilnya.
Mark menghela napas, "Pantesan Arjun sama Juwi awet, sama-sama mirip pasien bipolar ternyata,"
Pemuda itu menatap sekitarnya, cukup sepi jika di bandingkan dengan kompleks perumahan tempat Arjun tinggal, mengingat letaknya yang berada di jantung kota, sedangkan rumah Yeri berada di pinggir kota dengan jumlah penduduk tidak terlalu padat. Juga dengan beberapa pohon besar yang membuat kawasan itu tampak asri.
Beberapa zombie tampak berjalan terseok-seok mendekati Mark, pemuda itu dengan sigap mengayunkan katananya, membelah kepala beberapa zombie sekaligus.
Ia kembali menoleh ke sana ke mari, memastikan tidak ada lagi zombie yang mendekat lalu mulai melangkah memasuki rumah Yeri.
"YERIANA?" panggil Mark, "Oh iya dia ngumpet di kolong meja makan-OH SHIT TANTE?"
Pemuda itu terlonjak kaget, "Aduh tan saya kudu gimana ya tan? Tante kan baik, saya jadi nggak tega mau bunuhnya, yaudah saya mau nyamperin Yeri aja ya tan, tante jangan ngikutin saya terus dong, YERI,"
"MARK," histeris Yeri, wajahnya sembab dan suaranya masih seserak sebelumnya, "Mama?"
"Gue nggak tega mau bunuhnya, mending sekarang kita keluar, lari buruan," titah Mark.
Yeri mengangguk, mengikuti Mark keluar rumahnya melalui pintu belakang. Gadis itu melotot kaget kala mendapati puluhan mayat hidup melintas di depannya.
"Oh shit di belakang malah makin banyak," Mark mendengus, "Yer, lawan mereka pake ini," pemuda itu memberikan pistol milik Arjun kepada temannya, "Pelurunya full kok, barusan gue isi,"
"Tapi Mark gue nggak bisa," Yeri menggeleng ribut.
"Plis Yer, gue nggak bisa lawan mereka sendirian," desak Mark.
Yeri menimbang-nimbang lalu dengan ragu menerima pistol yang di sodorkan Mark padanya.
Dor dor dor
Yeri melepaskan tembakannya dengan tangan gemetar, "Maafin Yeri ya om tante duh maaf ya,"
"Don't feel guilty. They deserve to die," Mark terkekeh kecil melihat Yeri yang terus meminta maaf pada setiap tembakannya, "Tembak kepalanya,"
"Apa bedanya sama nembak yang lain?" tanya Yeri yang tengah sibuk mengatasi para zombie yang semakin mendekatinya.
"Nggak tau sih, tapi kalo kata Arjun tembak kepalanya aja," jawab Mark polos, "Terinspirasi dari film walking dead kali,"
"Ohh oke," Yeri mengangguk, "OM ADAM? TANTE MEYRA!"
"Tembak Yer,"
Gadis itu menelan ludahnya susah payah lalu perlahan menarik pelatuk pistol di genggamannya.
Dor dor dor
"Ayo lari," Mark menarik lengan Yeri, lalu segera berlari secepat kilat.
"Mereka ngikutin Mark," histeris gadis itu, "MEREKA MAKIN BANYAK!"
"Keep calm oke, jangan panik. Sekarang kita ke tempat Juwita," balas Mark.
"RUMAH JUWITA JAUH GILA!" teriak Yeri, "WOY ITU DARI PEREMPATAN BANYAK BANGET ZOMBIENYA!"
"DUH MATI GUE MATI! ARJUN MANA SIH?" Mark terpaksa berhenti, keduanya seakan terjepung dari dua arah berlawanan.
"Sementara kita lawan mereka sampe Arjun sama Juwi dateng," final Mark.
"Gila lo! Mereka banyak banget Mark,"
"Bahkan tadi di rumah Arjun lebih banyak Yer," Mark dengan santai mengayunkan samurainya, "Say bye the world guys,"
Dor dor dor
Yeri menembakkan peluru dengan asal, perutnya mual setengah mati, bau busuk dan anyir berbaur menjadi satu membuat gadis itu siap memuntahkan isi perutnya kapan saja.
"You okay Yer?"
"Gue...mau muntah,"
"Muntah aja gapapa, kalo bisa ke zombienya," jawab Mark tanpa menoleh.
"Dasar nggak ada-HOEKK,"
Yeri mengerjab beberapa kali, gadis itu benar-benar memuntahkan isi perutnya tepat kepada zombie di hadapannya.
"Nah good,"
"Gila lo," Yeri menggeleng prihatin.
Tanpa pikir panjang gadis itu segera kembali melayangkan tembakannya tanpa pandang buku.
"WOHOO AWASS ARJUN GANTENG MAU LEWAT" keduanya menoleh bersamaan.
"ARJUN WOY," Mark melambaikan tangannya.
"OY MARK NGAPAIN LO DI SANA?" tanya Juwita, "ADUH YERI JUGA, CEPETAN NAIK,"
Mark menarik Yeri, berlari dengan mengibaskan samurainya asal, "AWAS MARKUEL GANTENG MAU LEWATT,"
"GILA LO MARKK," jerit Yeri.
"YANG PENTING SELAMAT," Mark melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan temannya, membuka pintu belakang mobil Arjun lalu segera melompat naik.
Tanpa pikir panjang Yeri segera mengikuti. Menghempaskan dirinya pada kursi belakang mobil pemuda itu, "Shit,"
"More than shit," sahut Juwita, "Bisa di jamin ntar malem gue nggak bisa tidur,"
"Apalagi gue," Yeri mengacak surainya kasar, "Kita mau kemana?"
"Ke rumah gue,"
"Gila lo?"
"Gue waras Yer, seratus persen," Arjun tersenyum lebar, "Gue udah nyiapin ini sejak 2 hari yang lalu,"
"Maksud lo?" Juwita mengernyit, "Bukan lo kan yang nyebarin virus zombie kan?"
"Sorry babe, gue nggak segila itu," balas Arjun, "Gue tau bakalan ada virus ini sekitar seminggu yang lalu-WOY MINGGIR ANJING MALAH NGUMPUL KEK MAU SUPORTERAN,"
"AYO GAS AJA JUN GAS," Mark ikut berteriak keras.
"WOY JELASIN DULU," Yeri memekik kesal, "NAGNGGUNG BANGET TAI,"
"BENTAR, AWAS WOHOOO MAMPUS SALAH SIAPA NGALANGIN JALAN PANGERAN ARJUN,"
Juwita memijat pangkal hidungnya yang berdenyut nyeri, di saat mobil Arjun melaju kencang, sang empunya justru berteriak bak orang kesetanan, tidak peduli dengan mobil SUV miliknya yang beberapa kali berguncang hebat, "ARJUN PELAN-PELANNN,"
"NGGAK BISA! BIAR CEPET,"
Drrtt Drrrt
"HAPE GUE ITU! JUW ANGKAT JUW,"
Juwita menghela napas, meraih ponsel milik Arjun yang bergetar. Lalu segera menerima panggilan telepon. Dari Yuki. Syukurlah, Juwita sangat lega ketika sahabatnya itu menelepon.
""Halo?" sapanya ragu ragu.
"Eh...Juwita?"
Gadis itu tersenyum lebar kemudian, tidak dapat menahan rasa syukurnya, "Yuki? Kenapa Ki?"
"Arjun dimana?"
"Di samping gue nih. Mau ngobrol Ki?"
"Kalian di mana sekarang?"
"Di jalan. Mau ke rumah Arjun," jawab Juwita.
"Kalian bawa senjata?"
"Ada banyak pistol di sini Ki. Lo ada senjata nggak? Kalo nggak kalian nyusul kita aja. Ke rumah Arjun ya," tawar gadis itu
"Oh god thank you. Oke gue ke rumah Arjun. Tunggu di sana ya. Kalian habis dari mana?"
"Habis dari rumah gue sama rumah Yeri. Bentar lagi kita nyampe. Lo di mana sekarang,"
"Same. On my way. Tunggu ya,"
"Yuki. Di dashboard mobil Lucas ada empat pistol di sana. Gue yang naroh," dari seberang sana Arjun menyahut cepat, "Kalian gunain itu. Ada pelurunya," sahut Arjun cepat.
"Oke makasih Arjun i know gue bisa ngandelin lo di saat kaya gini,"
Arjun hendak membalas namun Yuki sudah terlebih dahulu mematikan sambungan telepon mereka, "Bokap nyokap lo di mana Mark? Udah coba di hubungin?"
"Mereka lagi ke luar negeri. I think they don't care about me so why am I thinking about them? It's just a waste of my time," Mark mengedikkan bahunya acuh.
"They are your parents Mark," Yeriana mengingatkan.
"I know,"