webnovel

Kedua MUA

Beberapa jam kemudian. Kini pagi sudah tiba. Jam juga sudah menunjukkan pukul 7. Tadi setelah sholat shubuh banyak yang harus diurus oleh Bianka. Mulai dari membantu ibunya memasak di dapur untuk hidangan para tamu nanti. Padahal ibunya sudah menolak Bianka berulangkali agar tak turut serta dalam hal masak memasak kali ini. Karena sewajarnya pengantin hanya diperbolehkan duduk manis saja di dalam kamarnya. Namun, Bianka yang tak terbiasa duduk manis dan suka dengan lincah berhamburan di rumahnya. Akhirnya ibunya membiarkan Bianka melakukan itu semua.

Kalau ayah Bianka sudah sibuk ke rumah para warga, untuk memberitahu informasi ini dan meminta doa restu kepada semuanya. Berharap orang-orang akan datang untuk menjadi saksi nanti. Bahkan keluarga Betran yang ada di kampung itu awalnya syok ketika mendengar kabar itu. Mereka seperti tak terima dan tak suka dengan cara menikah yang ditempuh oleh Betran, tapi mereka bisa apa? Pokoknya menurut mereka apa kata Betran saja. Kalau mereka menentang pastinya tidak akan berujung baik. Yang ada hanya akan mengakibatkan berantem saja.

Mereka pun terus melanjutkan kesibukan hingga jam yang menunjukkan hampir jam 8 itu. Bianka terkejut dan menoleh ke arah ibunya. Ketika mendengar jam yang berdetak kencang yang ada di dinding dapur itu. Memang di dapur dipasang jam oleh ibu Bihana, menurutnya supaya memasak tepat waktu dan tak telat dalam menghidangkan makanan, karena urusan perut juga yang utama kata ibu Bihana.

"Astagaaaa benarkah itu jam dindingnya Ibu? Sekarang sudah hampir pukul 8? Lalu? Aku harus bergegas ke kamar dong? Jelasnya MUA bentar lagi datang." Mendengar ucapan Bianka yang seperti itu, ibu Bihana mengangguk saja. Dia yang memang tak menyetujui Bianka tadi untuk turut serta membantunya di dapur, lagian acaranya kecil-kecilan saja. Jadi tidak harus banyak bantuan dari orang-orang. Cukup ibu Bianka pastinya akan bisa menyelesaikannya.

"Ya kamu segera ke kamar sana, Nak. Nanti kalau MUA datang biar kamu wangi, masak bau masakan begini. Juga bau asem haha kan malu dong, cantik-cantik kok bau gak enak haha. Sudah masuk ke kamar sana!" perintah ibu Bihana yang mengejek dengan sedemikian rupa. Beliau begitu supaya Bianka mengerti dan tak berkeliaran di dapur. Pokoknya ibunya sekarang tidak suka dibantu oleh Bianka.

Bianka pun mengangguk ketika mendengar penuturan dari ibunya. Setelah itu dia pun pergi ke kamarnya. Dengan berhamburan cepat. Berniat untuk mandi, tanpa melihati ponsel yang berdering dari Betran karena saking gugupnya dia.

Dia pun menyelesaikan mandi dengan cepat. Tanpa bersantai terlebih dahulu. Sedikit terjingkat ketika MUA sudah berada di dalam kamarnya. Bianka yang masih memakai handuk yang hanya sampai menutupi kedua gunung tertawanya. Terkekeh dan menyuruh kedua MUA itu keluar terlebih dahulu. Akhirnya MUA mengerti dan keduanya keluar, menunggu Bianka di luar kamarnya.

Tok, tok, tok. "Nanti kalau sudah selesai segera kabari ya, Mbak," ucap MUA yang berbaju merah muda itu dengan lembutnya.

"Ya, Mbak beres," balas Bianka dengan singkat. Karena dia sudah sibuk membenahi dirinya, mencari baju santai yang tak terlalu jelek agar tak memalukan apabila dilihat kedua MUA.

Memang rumah Bianka tidak besar seperti kalangan orang kaya karena dia memang keluarga sederhana. Makanya tidak ada ruang khusus ganti baju atau semestinya. Lagian di desa itu yang kaya hanyalah pak lurah dan beberapa orang saja. Jadi sudah menjadi sangat wajar dan rumah besar tidak menjadi identik pandangan dari para warga desa ini. Pokoknya sungguh sangat berbeda dengan besarnya di kota, rumah-rumah dengan desainer yang menjulang tinggi dan halaman yang muat menjadi rumah untuk 10 rumah di kampung Bianka itu.

Bianka sekarang sudah memakai bajunya dengan cepat. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja lamanya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukakan pintunya. Supaya kedua MUA bisa masuk. Kedua MUA pun masuk saja karena sudah dipersilahkan oleh Bianka dengan senyuman manisnya sembari tangannya melambai pelan.

"Bagaimana, Mbak, apakah sudah siap?" tanya MUA yang satunya yang berbaju merah dengan memakai rok mini. Keduanya terlihat sangat cantik bagaikan bidadari. Sampai-sampai membuat Bianka merasa iri karena dirinya kusam dan tak bersinar seperti mereka. Bianka juga berandai-andai, andai aku banyak uang, pastinya akan sesekali ke salon dan kedua MUA itu lewat kecantikannya dari dirinya.

"Iya, Mbak, sudah silahkan di rias diriku, pokoknya harus secantik mungkin, oke!" balas Bianka yang intinya dia tak mau kalah cantik dari kedua MUA-nya.

Kedua MUA hanya mengangguk saja dengan mengangkat jari jempolnya. Mereka tersenyum, tak berbicara lagi, karena sudah berubah menjadi keseriusan. Kini kedua MUA pun duduk di depan Bianka. Ketika Bianka sudah duduk mendahului mereka. Semuanya duduk di atas kursi plastik yang sudah berada di dalam kamar Bianka yang tak seberapa luas itu.

Tangan lincah kedua MUA dengan cepat beraksi untuk mendandani Bianka. Tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Bahkan Bianka hanya bisa patuh dan sesekali melirik wajah cantik kedua MUA itu. Dia ingin bertanya tentang skincare mereka apa. Tapi rasanya enggan untuk bertanya, bahkan malu karena serasa dia sungguh kepo sekali.

Namun, karena rasa penasaran Bianka yang menggebu akhirnya dia pun bertanya. "Mbak, kalian pakai skincare apa? Ingin tau saja kok sepertinya kalian cocok pakai itu." Bianka tak menjelaskan sedetail mungkin kalau dia ingin meniru. Hanya berpura-pura ingin tau saja.

Kedua MUA saling bertukar pandangan, lalu menunjuk ke arah skincare yang dia pegang untuk dipakaikan di Bianka sekarang. Makanya kini Bianka tau dan hanya bisa menganggukkan kepala saja. Merasa sudah puas dengan balasan kedua MUA-nya. Bianka nanti akan berinisiatif akan mencoba memakai skincare yang disebutkan tadi, ketika Betran pulang. Dengan begitu Betran semakin mengagumi kecantikannya dan semakin cinta kepadanya.

Dan hanya dalam kurun waktu 30 menit saja lamanya. Bianka pun sudah sangat cantik bagaikan putri raja. Membuat kedua MUA itu tersenyum puas dengan hasil kerjanya sendiri. MUA yang memakai baju pink itu memberikan sebuah cermin kecil ke arah Bianka, supaya Bianka segera melihat wajahnya di dalam cermin tersebut.

Ketika melihat Bianka tersenyum. MUA yang berbaju merah pun bertanya. "Bagaimana, Mbak? Apa Mbak puas dengan hasil kinerja kami? Mbak memang benar-benar cantik. Mungkin karena jarang berdandan. Makanya cantiknya berbeda dari semua orang yang biasanya aku make-up-in. Mbak sungguh sangat bercahaya, pokoknya sip." Pujian dia sangat panjang dan mengenakkan hati Bianka. Rasanya Bianka sungguh GR sekarang.

"Aku cantik? Emang iya dong, Mbak, sejak lahir. Pokoknya aku puas dengan hasilnya. Kalian benar-benar top. Tak salah aku memilih kalian. Benar berarti kata orang-orang tentang kepercayaan riasan kalian. Pokoknya aku akan merekomendasikan kalian ke semua orang-orang nanti. Makasih, Mbak," puji balik Bianka dengan senyuman puas. Kedua MUA membalas Bianka dengan senyumannya dan kini menata baju yang akan dipakai oleh Bianka.

Next chapter