Manik biru menggeliat penuh tanda tanya. "Dasar wanita aneh. Memangnya apa sih yang mau dia beli sampai aku tidak boleh melihatnya?" Tanyanya entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian di depan supermarket sembari bersedekap dada.
--
Setelah dibuat menunggu beberapa saat dengan berbagai pertanyaan yang bergelayut manja. Flower keluar dengan kantong plastik di tangan. "Sudah?" Darren bertanya dengan sangat lembut.
Flower mengangguk.
Tanpa di sangka dan tanpa di duga langsung merebut kantong plastik tersebut kemudian mengeluarkan isinya. "Ini apa?"
Flower tidak menjawab kecuali menutupi wajahnya dengan telapak tangan.
"Apakah ini kue?" Darren bertanya dengan polosnya.
Pertanyaan lucu yang baru saja menggelitik pendengaran membuat Flower tidak bisa menahan gelak tawa.
"Ms. Flower, saya bertanya serius. Apakah ini kue?"
Flower masih saja menahan tawa. Tidak sanggup di suguhi wajah tampan yang menunggu jawaban darinya. Ia pun mendekatkan wajahnya berirama dengan bisikan. "Itu pembalut, Mr. Gilbert."
Dengan segera meraih kantong plastik tersebut. Ia pun setengah berlari meninggalkan Darren. Namun, dengan secepat kilat Darren dapat mengejarnya dengan mudah.
"Tunggu, Ms. Flower!" Mencekal pergelangan tangan. "Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sembari menikmati minuman hangat di sana?"
Flower membuang tatapan ke arah yang sama. Sebelum menjawab, melirik terlebih dahulu pada arah jarum jam di pergelangan tangan.
"Ini masih sore, belum terlalu larut." Setengah menyeret lengan ramping menuju cafe tersebut.
"Sebaiknya saya meletakkan ini dulu ke atas." Melirik pada kantong plastik di genggaman.
"Hal itu akan memakan waktu, Ms. Flower."
"Tapi β¦ "
"Biar saya saja yang membawakannya."
Tanpa rasa canggung dengan santainya membawa kantong plastik tersebut. Tak ayal banyak pasang mata yang melirik ke arahnya. Tak sedikit juga yang saling melempar senyum geli bermanjakan seorang CEO penyandang gelar billionaire di tengah malam memakai baju tidur dengan menenteng kantong plastik berisikan pembalut.
Ekor mata Darren tampak melirik ke sekeliling. Di tatapnya setiap sudut ruangan. Entah setan mana yang merasukinya saat ini. Dia pun tertarik untuk memilih tempat duduk out door sehingga bisa memanjakan mata dengan pemandangan malam Kota London.
Flower mengerutkan kening. "Anda yakin?" Yang di jawab dengan kerlingan. Dia pun membimbing Flower menuju ke ruangan tersebut. "Silahkan duduk, Ms. Flower."
"Thank you." Yang di balas dengan seulas senyum hangat.
Flower tersentak dengan penampilan Darren yang hanya memakai baju tidur. Ia pun membuang pandangan ke arah lain akibat tidak bisa menahan senyum geli. Oh My God, kenapa aku baru menyadarinya?
Sementara semua pasang mata yang ada di cafe tersebut juga menatapnya dengan tatapan yang sama. Darren di buat bertanya-tanya. Memangnya apa yang salah dengan penampilanku?
Dia pun melirik pada dirinya sendiri. Seketika itu juga tersentak ketika hanya berbalut baju tidur. Oh My God, jadi karena ini mereka semua menatapku geli. Begitu juga dengan kau, Ms. Flower. Batin Darren.
Seolah acuh dengan penampilannya yang terlihat sangat menggelikan. Dia pun bersikap biasa-biasa saja. "Anda mau minum apa, Ms. Flower?" Menyerahkan buku menu.
Flower memesan green tea latte, begitu juga dengan Darren. "Jadi, Anda penyuka green tea latte?"
Flower mengangguk.
"Anda juga?"
"Tidak, hanya saja malam ini saya ingin mencobanya. Setidaknya saya tahu seenak apa minuman apa yang di sukai oleh ikon model BM Magazine." Mengerling genit.
Flower pun di buat tersipu malu hingga pipinya merona di buatnya. Sementara itu bibir kokoh tak henti-hentinya menyungging senyum khas membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Flower pun di buat meleleh karenanya.
"Oh, iya apakah Anda mau memesan menu makan malam?"
Flower menggeleng.
"Camilan?"
Flower kembali menggeleng.
"Saya tahu pasti model seperti Anda di tuntut untuk menjaga berat badan, iya kan?" Berpadukan dengan tatapan meminta persetujuan Flower. Sementara yang di tanya tidak banyak berkata-kata kecuali menanggapinya dengan seulas senyum tipis. Sangat tipis hingga Darren saja tidak tahu bahwa Flower Carnabel sedang tersenyum.
Sembari menunggu pesanan datang. Keduanya tampak asyik berbincang seputar kehidupan masing-masing. Ternyata Flower tidak sesombong dan seangkuh yang terlihat. Setelah mengenalnya, gadis itu pun penuh dengan kelembutan dan tentunya kehangatan. Begitu juga dengan Darren. Lelaki itu tidak semenyebalkan yang ia pikirkan. Dia sangat manis dan tentunya hangat. Selain itu dia juga sangat tampan. Bahkan ketampanannya membuat para wanita memujanya bak Dewa Yunani.
"Permisi, Ini Pesanan Anda. Silahkan di nikmati." Ucap sang pelayan sembari menyembunyikan senyum di kulum.
"Thank you."
"Your are welcome, Miss. Saya pemisi."
Setelah kepergian sang pelayan. Flower memajukan wajahnya berirama dengan bisikan. "Sepertinya semua orang menatap geli ke arah Anda."
"Begitu juga dengan Anda." Mengangkat sebelah alisnya yang ditanggapi dengan kekehan-kekehan kecil.
"Ceritakan bagaimana Anda memulai karir sebagai model hingga menyandang gelar super model dan menyandang gelar ikon BM Magazine. Kita semua tahu bahwa BM Magazine menjadi salah satu magazine paling bergengsi saat ini."
Tidak ada yang salah dengan yang Darren tanyakan. Hanya saja pertanyaan tersebut bagaikan mengorek kembali luka di masa lalu. Luka yang dengan susah payah coba ia balut.
Bermanjakan wajah cantik berselimut kesedihan mendalam telah membuat Darren di sergap rasa bersalah. "Apakah ada yang salah dengan pertanyaan saya, Ms. Flower?"
Flower menggeleng berpadukan dengan seulas senyum yang terkesan di paksakan. Darren mendekatkan wajahnya. Lebih tepatnya menelisik wajah cantik mencari jawaban jujur di sana. "Are you sure?"
Flower mengangguk.
Tanpa dapat tertepis manik hazel memanas dan hal itu pula yang memaksa Flower mengerjap supaya air mata tersebut tidak sampai jatuh membasahi pipi. Flower tidak suka terlihat rapu di hadapan siapa pun, terlebih lelaki.
"Are you okay?"
Tidak mau membuat Darren curiga. Bibir ranum mengulas senyum hangat. "Saya baik-baik saja."
Saya tahu bahwa Anda sedang tidak baik-baik saja, Ms. Flower. Terlihat dengan sangat jelas bahwa sorot mata Anda memancar kesedihan. Dan saya akan segera tahu, hal apa saja yang menjadi penyebab dari kesedihan Anda ini. Batin Darren penuh tekad kuat.
Larut ke dalam perbincangan telah membuat keduanya lupa bahwa malam sudah semakin larut. Mengingat besok pagi ada pemotretan. Flower langsung berpamitan untuk pulang.
"Mari saya antar." Mengulurkan sebelah tangan yang langsung di sambut hangat. Saat ini keduanya berjalan beriringan dan sekilas keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat romantis.
Karena kurang hati-hati. Tubuh ramping hampir saja menjadi santapan liar mobil sedan hitam. Beruntung Darren bergegas menopang. Lelaki itu pun menggeleng-gelengkan kepala. "Ini yang ke-3 kalinya saya menyelamatkan Anda. Anda harus berhati-hati, dan sepertinya Anda ini memerlukan seorang bodyguard." Goda Darren dengan mendekatkan wajahnya. "Bagaimana kalau saya saja yang menjadi bodyguard Anda, hum?" Godanya dengan mengangkat sebelah alis.
πππ
Next chapter ...
Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Darren. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!