'Dibalik jiwa yang kuat terdapat luka yang terpahat.'
Jang Mi berbaring diatas ranjangnya mencoba mengistirahatkan tubuhnya. Otaknya menemukan jalan buntu ketika memikirkan siapa yang hendak mencelakainya di pelabuhan kemarin. Pening dirasakannya sebab liku hidup yang melebihi drama televisi bahkan hingga berakhir dengan mafia yang seharusnya membunuhnya. Terkadang ia bertanya - tanya apakah masih ada niatan membunuh dalam diri Mr Min. Toh, pulau ini sudah menjadi hak miliknya seutuhnya. Menghabisi nyawa gadis itu jauh lebih mudah ketimbang repot - repot mengurus dendamnya.
Tak mau semakin kusut, Jang Mi memilih menutup tubuh dengan selimut tebal berusaha melelapkan diri yang sayangnya selalu gagal. Ada saja yang terlintas di kepalanya. Sekarang nuraninya malah terasa lemah kala membayangkan sosok Yoongi. Aneh, bukan?
Jang Mi belum sampai ke tahap sayang tentu saja. Ia belum segila itu sampai menyayangi seorang mafia. Wanita itu hanya baru menyadari bahwa Mr Min sudah banyak berkorban untuknya. Bukan dua tiga kali Yoongi menariknya dari jurang hitam. Kemudian muncul tanya lagi, apa mungkin hanya karena ikatan kontrak semata lelaki itu merasa memiliki tanggung jawab terhadapnya. Benarkah sebuah status menjadi alasannya?
Ini mulai gawat, sebab dirinya semakin terjebak dalam perasaannya sendiri. Min Yoongi, si mafia dingin yang perintahnya tak bisa dihiraukan namun entah mengapa selalu ada saat Jang Mi kesulitan. Contohnya saja ketika ia hampir ditabrak.
"Tolong jangan ada emosi dalam pernikahan ini, Tuhan"
...
Matahari masih malu - malu untuk menampakkan diri ketika mereka keluar rumah. "Kita mau kemana?" tanya Jang Mi pada lelaki yang sibuk dengan ponselnya.
"Nanti juga tahu," jawabnya lalu menghubungi seseorang yang dipanggilnya dokter.
Tak butuh waktu lama hingga mobil porsche hitam mendarat didepan mereka. Yoongi mengajak Jang Mi untuk masuk ke mobil dimana sudah ada Jungkook di kursi pengemudi. Jang Mi cukup terkejut dengan penampilannya. Lelaki itu terlihat santai dengan kaos hitam polos dan jeans yang melekat ditubuhnya. Tak beda jauh dengan pria disebelahnya yang tampak segar dengan kaos birunya.
"Aku disini sebagai teman Yoongi hyung."
Nampaknya Jungkook menyadari raut muka Jang Mi yang keheranan melihat penampilannya.
...
Mereka mampir di sebuah supermarket lalu turun dari mobil dan bertemu dengan seseorang sebelum masuk ke dalam.
"Yoongi hyung! Oh, Jungkook ikut juga?"
Seorang pria yang tingginya menyamai Jungkook, menyapa lelaki itu. Mereka bertiga nampak seperti sahabat lama dilihat dari cara interaksi mereka yang akrab. Jang Mi hanya tersenyum melihatnya.
"Kenapa tidak langsung saja kesana?" tanya pria yang ternyata bernama Jung Hoseok.
Mereka kini sudah masuk kedalam supermarket 24 jam. Yoongi tengah memilih beberapa snack bersama Jungkook. "Kau lupa disana tidak ada toko ataupun kedai?" sahut Yoongi pada Hoseok.
Jang Mi sedari tadi hanya mengekori tiga pria itu tanpa tahu harus berbuat apa. Merasa sedikit terasingkan namun juga sesekali menimpali gurauan Hoseok yang ternyata sangat ramah.
"Kau mau apa? Ada yang kau inginkan?" Yoongi berbalik dan bertanya pada Jang Mi.
Jang Mi hanya menggeleng pelan sebab merasa bingung. "Kubelikan apapun untuk sarapan dan makan siang nanti, ya."
'Loh, kenapa harus membeli makan siang sekarang? Apa mereka mau piknik?' batinnya.
...
Dalam perjalanan, Hoseok yang duduk disebelah Jang Mi terus berceloteh tentang indahnya Pulau Hong Do seolah baru pertama kemari. Gadis itu cukup senang dengan kepribadian lelaki bermarga Jung yang mencairkan suasana.
Sambil tersenyum menatap jendela, Jang Mi menikmati pemandangan. Namun matanya membulat seketika saat menyadari arah yang ditempuhnya. Jalan yang menyempit dengan pohon - pohon besar dikanan kiri. Bukan apa, ia mengenal sekali sesuatu yang terdapat dibalik ujung jalan ini.
"Tunggu dulu, mengapa kita kemari?" mulutnya spontan bertanya, membuat semua menoleh kearahnya.
Hoseoklah yang menjawab pertanyaan itu. "Oh ya, aku lupa memberi tahumu. Aku psikiaternya Yoongi hyung. Nanti kita akan ke tempat favorit Yoongi hyung untuk melakukan sesi konseling."
Gadis itu malah semakin bingung. Ditatapnya Yoongi yang fokus memandangi jalanan sambil mengarahkan Jungkook pada tujuan mereka. Sebelum Jang Mi kembali bertanya, pria itu lebih dulu berbicara. "Aku belum memberitahunya, dokter Jung."
...
Mereka berada di lapangan hijau yang menghampar luas sejauh mata memandang. Beberapa pohon rimbun berdiri kokoh memperlihatkan bahwa lembah ini sudah ada jauh sebelumnya.
Yoongi memejamkan matanya sambil menghirup udara segar yang berkeliaran bebas. Inilah tempat teraman versi Min Yoongi. Yakni sebuah lembah di pulau Hong Do yang kini sudah menjadi miliknya.
"Kau tidak mau duduk disitu?" tanya Hoseok yang menunjuk pohon besar persis didepan danau. Mereka pun menuju kesana diikuti Jungkook yang matanya masih berkeliling mengagumi alam sekitarnya.
Semua sudah duduk terkecuali Jang Mi yang masih terkejut. Dadanya naik turun berusaha mengatur napasnya. Segala memori tentang indahnya masa kecil berputar - putar dikepalanya. Termasuk wajah ayah dan ibunya yang sudah tiada. Dirinya mencoba tenang untuk menghampiri tiga pria didepan sana.
"Kau tidak membawa pistol kan kali ini?" ucap Hoseok disampingnya. Yoongi menggeleng, "tentu saja."
"Tempat apa ini, hyung?" kali ini Jungkook yang bertanya. Ia sudah mengabdi pada Yoongi sejak kecil, namun belum pernah sekalipun datang kesini. Karena tiap Yoongi kesini dengan Hoseok, Jungkook tak diperbolehkan ikut. Sementara Jang Mi ikut penasaran dalam hatinya, 'tempat apa ini bagimu? Mengapa kau bisa mengetahui tempat ini?'
Yoongi menghela napas sejenak kemudian menjatuhkan pandangannya pada danau dihadapannya. Ia membutuhkan rasa aman yang besar bila ingin mengingat masa - masa pahitnya. Cicitan burung sesekali terdengar menepis sunyi. Jung Hoseok sangat tahu bahwa Yoongi hanya perlu waktu untuk mengorek kembali lukanya. Menjadi dokter Yoongi sejak lama tentunya membuat dirinya hampir mengetahui semua hal yang dialami Min Yoongi. Pengkhianatan, pelarian, serta keterasingan yang melekat sejak ia belum bersekolah. Lebih lagi kekerasan dari keluarganya sendiri. Bertahan hidup ditengah amukan ayah yang selalu menuduh ibunya selingkuh bukan setahun dua tahun dilalui oleh Yoongi. Tak kunjung damai hidupnya, bahkan ia sempat dititipkan pada adik perempuan ayahnya yang juga sangat tempramen.
20 tahun lalu
Sebuah mobil melaju kencang dijalanan sore yang sepi. Seorang pria menyetir dengan cemas sambil terus memperhatikan spionnya. "Kau baik - baik saja kan Yoongi? Paman pasti akan membawamu pergi dari sana. Ucapnya pada anak laki - laki yang duduk di kursi belakang.
Naasnya, janji itu tak mungkin ditepati dikarenakan mobil sang paman menabrak bebatuan yang luput dari pandangannya akibat menyetir terlalu terburu - buru. Kendaraan roda empat itu menghantam terlalu keras untuk membiarkannya tetap hidup.
Sementara anak lelaki dibelakangnya mengerjapkan matanya. Dia tidak menangis meski perih di beberapa bagian tubuhnya. Keluar seorang diri dari mobil dan menemukan kenihilan manusia yang bisa dimintai bantuan. Yoongi kecil berjalan keseberang mengarungi selokan besar untuk mencari rumah warga. Cukup pesimis karena hanya ada beberapa pohon besar, sebuah danau dan rumput hijau disana. Sebentar lagi malam tiba. Ia tak tahu harus bagaimana.
Tangannya bergerak mengusap dahinya yang penuh luka, mengakibatkan ia meringis. Bajunya kini tercemar bekas darahnya sendiri. Ia baru menyadari kepalanya terluka. Mengetahui hal itu, dirinya bergerak menuju danau dan membasuh lukanya.
Tenteram. Padahal ini tempat asing yang anehnya malah menghadirkan rasa aman tersendiri bagi Yoongi. Ia masih duduk memeluk lututnya diatas rumput di tepi danau ketika malam semakin larut. Langit hari ini lumayan cerah berhias bintang. Ditambah lagi suara - suara jangkrik yang entah berada dimana sehingga waktu tak dilaluinya dengan sepi. Dibawah payung langit, semua hal disana, di lembah itu, menjadi saksi bagi anak lelaki yang kesepian dan terluka. Sebab selalu ada luka dibalik jiwa yang kuat.
*bersambung*
Haii! Terima kasih telah membaca. Mohon hargai karyaku ya dengan memberikan dukungan. ^^ <3