webnovel

10. Situasi Darurat

'Banyak hal yang tersembunyi dibalik sebuah tuturan manusia. Kita hanya belum mengetahui kejujuran hatinya saja.'

Dua minggu berlalu begitu saja setelah kejadian suram di dapur malam itu. Yoongi tak memiliki jadwal di kota Seoul, maka ia memutuskan untuk membuat kopi dan memiliki pagi yang santai di Hong Do. Sambil memegangi cangkir, ia melangkah menuju teras belakang rumah. Duduk menyilangkan kaki di salah satu kursi kayu sambil mendengarkan cuitan burung.

Banyak hal aneh yang ia temukan semenjak menghindari Jang Mi. Pertama, gadis itu cukup sering keluar rumah di malam hari yang menurutnya berbahaya. Terlebih lagi jikalau komplotan mafia lain ada di pulau ini walau kecil kemungkinannya.

Kedua, pria itu sering kedapatan menunggu suara pintu masuk terdengar di telinganya barulah ia bisa tidur lelap. Apa tinggal dengan wanita membuat ia mendapat kebiasaan baru? Hal aneh yang ia maksud disini adalah dirinya sendiri. Ia mulai mempertanyakan kesetiaan dirinya pada kontrak nikah mereka. Sebab Yoongi mulai melanggar privasi wanita itu secara tidak langsung dengan memiliki rasa penasaran akan hari - harinya gadis itu.

'Ngomong - ngomong dimana dia?'

Astaga, Yoongi frustasi dengan otaknya yang semakin diluar kendali. Mungkin ia harus lebih banyak menyesap pahitnya kopi supaya mengembalikan kewarasannya.

Tak lama saku celananya bergetar menunjukkan sebuah pesan masuk. "Mister, sesuai rencana. Namjoon hyung masuk di perusahaan. Sekarang ia bersama Jang Mi di kafe XXX untuk membicarakan beberapa hal."

Nah, terjawab sudah pertanyaannya barusan. Maka diletakkannya cangkir itu asal - asalan di atas meja. Lelaki itu kini mempunyai alasan untuk ke Seoul.

...

"Jang Mi, bagian itu bisa kau serahkan padaku. Meretas web adalah keahlianku," ujar pria tinggi yang hendak menduduki kursi disamping Jang Mi. Ia menanggalkan setelan jasnya, menyisakan kemeja biru yang pas dibadan.

"Oke. Thank you, Oppa."

Jungkook menemani mereka berdua di sebuah kafe untuk membahas tugas Kim Namjoon di perusahaan Jang Mi nantinya. Sementara lelaki itu cukup geli mendengar kata 'oppa' dari mulut sang wanita. Jika Mr Min tahu, akan seperti apa reaksinya. Namjoon bahkan bisa langsung dekat dengan wanita ini hingga berani memanggilnya oppa.

"Kita pulang bersama Mr Min," kata Jungkook pada wanita didepannya yang terlihat seru membincangkan ini dan itu dengan Namjoon. Mereka berdua mendongak mendengar kalimat Jungkook.

Setelah mengangguk samar, Jang Mi kembali disibukkan dengan file serta catatan yang harus diperhatikan kedepannya. Pengunjung kafe siang ini cukup ramai hingga tak satupun dari tiga orang itu yang menyadari kehadiran mata - mata diantara mereka. Ialah pria bermasker hitam yang kini menyalakan earphone bluetooth-nya. "Iya, wanita itu ada disini."

Tak sampai setengah jam kemudian, dua pria masuk ke kafe. Jungkook yang tersenyum menanggapi lelucon Namjoon kini merubah raut wajahnya menjadi terkejut. Matanya menangkap sosok dua pria yang jelas dikenalnya itu.

"Nona Ahn, ada Mr Min Jun Gi dan orang suruhannya disini. Jangan menoleh, bersikaplah seperti biasa. Namjoon hyung sebaiknya kau pergi dulu," mulutnya memerintah yang kemudian dituruti oleh keduanya.

Jungkook berdiri untuk memberi hormat pada pria tua yang baru tiba dihadapannya. "Nona Jang Mi?" panggil pria itu. Yang disapa pun berdiri lalu membalikkan badannya. Ia menyahut, "Ah ya?" Dirinya membungkukan badan untuk kembali bertanya, "maaf, anda ..?"

Cukup terkesiap, Min Jun Gi tidak menyangka bahwa Jang Mi tidak mengenalinya --lebih tepatnya pura - pura tidak mengenalinya. "Oh, boleh saya duduk dan memperkenalkan diri?"

Ini situasi darurat, batin Jungkook. Ia baru selesai mengirimi pesan pada tuannya mengenai hal ini yang kemudian segera dibalas, "aku sudah dekat."

Diliriknya Min Jun Gi yang sudah berjabat tangan dengan Jang Mi. Jungkook masih berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. "Maaf tidak mengenalimu, tuan," sesal gadis itu yang dibalas tawa remeh dari pria didepannya.

"Karena kau sudah tahu, aku penasaran. Siapa yang menginginkan pernikahan ini? Bahkan aku ayahnya tidak tahu kabar ini sama sekali."

Suara itu mengintimidasi, Jungkook gelisah memikirkan cara gadis itu menanggapi omongan ayah Yoongi nantinya. Namun Jang Mi terlihat cukup tenang. Dengan sopan ia menjawab, "kami berdua yang ingin menikah. Saya minta maaf sebab tidak memberitahu Anda."

Pria itu memalingkan wajahnya dan kembali bertanya, "atas dasar apa kalian menikah, hm? Kau bahkan tidak tahu ayah mertuamu sendiri." Sejujurnya Jun Gi mempunyai pertanyaan lain yang ingin dilontarkan pada gadis itu. Seperti, 'apa kau tahu hal tersakit yang dialami anakku' misalnya.

Setiap ujaran dari mulut pria itu menimbulkan kecemasan bagi Jungkook. Batinnya sungguh tidak tenang layaknya sedang olahraga jantung.

"Apakah hal itu cukup penting untuk diberitahukan?"

Syukurnya Tuhan berbaik hati. Yoongi tiba dengan sebuah tanya retoris pada sang ayah. Cukup untuk menyita perhatian pengunjung.

Pria yang masih duduk disamping Jang Mi itu menoleh ke arah sumber suara. "Kau berperan sebagai ayah sekarang?" kalimat yang meluncur dari mulut Yoongi sukses menarik seratus persen perhatian orang - orang disana.

Lelaki itu menarik lengan Jang Mi untuk berdiri berdampingan dengannya. "Kau pikir aku menikah karena apa selain cinta?" Ada penolakan dalam hati Yoongi kala menyebut kata cinta. Itu menjadi hal paling menggelikan yang pernah ia ucapkan seumur hidup. Tapi apa daya, ia terpaksa. Ayahnya tak boleh mengetahui pernikahan palsu ini.

Ayahnya kini berdiri bertatapan langsung dengan sang anak. Mereka berperang dalam diam. Sementara Jang Mi terus - terusan menunduk malu sekaligus memutar otak. Memikirkan situasi macam apa yang sedang ia hadapi kini.

"Bagaimana cara membuktikan cinta konyolmu itu, Tuan Min yang terhormat?" sahut Jun Gi.

Yoongi tak memiliki plan A ataupun plan B kecuali sebuah kalimat yang tiba - tiba melompat keluar dari pikirannya, yakni 'lakukan saja'. Apapun yang terjadi biar menjadi urusan nanti jadi lakukan apapun yang kau bisa. Maka didepan para pengunjung dan ayahnya, ia menarik gadis yang digandengnya demi mengikis jarak antara mereka. Memiringkan kepala dan menutup matanya sebagai aba - aba untuk adegan selanjutnya.

Jang Mi menerima setiap tindakan itu. Saat bibirnya bersentuhan lembut dengan milik Yoongi. Sebuah tindakan diluar nalarnya yang datang tiba - tiba dan mungkin akan disesalinya nanti. Tangan lelaki itu sedikit bergetar memegangi lengan wanitanya. Mereka berdua menutup matanya agar tidak saling menunjukkan ekspresi terkejutnya. Sementara itu, sang ayah dan sekertaris meninggalkan kafe setelah melihat hal yang dilakukan Yoongi. "Menjijikan," sahutnya.

Tersirat berbagai jenis perasaan dibalik satu kalimat itu. Kecewa, sedih, marah dan lega. Sebenarnya sang ayah cukup lega sebab anak lelakinya nampak sudah menjadi manusia sewajarnya. Setidaknya ia bahkan sudah bisa mencium wanita dihadapan ayahnya sekarang.

Saat hendak memasuki mobil yang terparkir didepan kafe, Jun Gi berujar pada sang sekertaris. "Hentikan penyelidikan." Kemudian pria yang membukakan pintu untuknya itu membalas, "baik Tuan."

Sebelum mobil melaju terlalu jauh, ujung mata Jun Gi sempat menangkap sepasang manusia yang kini nampak berpelukan didalam kafe. Sudut bibirnya melengkung sedikit untuk menunjukkan bahwa setidaknya rasa bersalahnya sedikit berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu dibalik ujaran yang terucap dari mulut manusia. Kita hanya belum mengetahui kejujuran hatinya saja.

Selagi itu, Jang Mi panik sebab lelaki yang ada dipelukannya kini pingsan tak sadarkan diri. "Mr Min?!" teriaknya.

*bersambung*

Haii! Terima kasih telah membaca. Mohon hargai karyaku ya dengan memberikan dukungan. ^^ <3

Hana_Lestari_5455creators' thoughts
Next chapter