webnovel

05. Sikapmu

'Manusia cenderung mengeluarkan sifat aslinya dalam keadaan terdesak. Lalu apakah ini kepribadianmu yang sebenarnya?'

"Yoongi, tolong aku."

Sudah lama aku tak mendengar kalimat itu. Terlalu lama hingga ketika kalimat itu muncul lagi sesuatu yang hangat menjalari seluruh tubuh. Rasa 'dibutuhkan' oleh orang lain.

Tepat dihadapanku, seorang wanita yang baru beberapa minggu tinggal denganku sedang memohon padaku. Sama seperti yang pernah dilakukan 'orang itu'. Aku hampir saja berilusi.

Kulirik jendela dibelakang Jang Mi. Tangannya masih berada di kedua sisi lenganku. Ia mencengkeramnya kuat dengan tubuh yang gemetar.

Aku meraih tangan itu. Membawanya menuju jendela untuk keluar dari sini. Ia terkejut setiap kali mendengar bunyi tembakan di luar sana. Atau ketika orang - orang suruhan Kim menghancurkan benda - benda dirumahku.

Kepalaku melongok memastikan keadaan sekitar. Nampaknya Kim hanya mengerahkan anak buahnya di pintu depan dan belakang saja. Mempermudah kami pergi dari sini.

"Kita keluar lewat jendela. Kau masih sanggup melompat kan?"

Aku berbisik padanya. Ia mengangguk ragu namun mengikutiku.

"Kau lihat mobil bak itu? Melompatlah lebih dulu. Aku mengawasimu. Dibawahnya sudah ada matras jadi tidak akan terlalu sakit."

Lagi, ia hanya mengangguk dan menuruti perkataanku. Aku memastikan bahwa Jang Mi baik - baik saja baru kemudian menyusulnya. Sesegera mungkin kubawa Jang Mi pada kursi penumpang dan melajukan mobil bak putih yang sengaja tersedia sebagai kendaraan darurat.

...

Pelabuhan Hong Do, pukul 03.30 a.m

Jungkook, asistenku, menjemputku di pelabuhan dan hendak membawa kami ke penginapan yang sudah ia pesan. Jang Mi masih belum siuman. Ia pingsan di mobil tak lama setelah kami pergi dari rumahku.

"Tunggu! Tidak bisa. Gadis ini sedang tidak begitu sehat. Putar balik, Jungkook!"

Aku hanya tahu satu tempat yang bisa membantu menenangkannya. Rumah kakek itu.

...

"Aigoo, apa yang terjadi pada Jang Mi?"

"Dia pingsan, kek. Mohon maaf kami datang tiba - tiba dengan keadaan seperti ini," ucapku. Kemudian aku menggendongnya ke lantai atas setelah dipersilahkan.

Aku merebahkan gadis itu di ranjang yang sama ketika pertama kali kami kemari. Menutup pintu jendela dan duduk ditepi ranjang.

Badanku baru beranjak dari kasur dan berniat mengambil air putih, namun tangannya menahanku.

"Mau kemana?" lirihnya.

Jang Mi mencoba bangun dan bersandar pada dinding di belakangnya. Aku duduk di tepi ranjang. Menatapnya lalu resah sendiri. Mengapa aku berada disini dan berusaha berbaik hati pada gadis ini? Bagus, Min Yoongi! Kau terlalu mendalami peran sebagai suaminya.

"Ada saat dimana aku ingin berhenti hidup. Hari itu semua orang dikeluargaku berkumpul. Umurku baru genap enam tahun. Tiba - tiba sekelompok orang berbaju hitam datang persis seperti orang - orang dirumahmu tadi. Membawaku dan ibuku masuk kedalam mobil dimana ayah sudah penuh luka tusuk."

Kalimatnya terputus. Kepalanya mendongak kearahku dengan beberapa bulir air mata yang sudah berlinang. Aku masih diam mendengar kisahnya.

"Suara tembakan dan teriakan orang - orang. Pecahan kaca dan deru mobil. Mereka membunuhnya didepan mataku. Mereka masih keluargaku. Bibi, paman, mereka semua. Hari itu, seharusnya.."

"Cukup. Jangan lanjutkan kalau tak sanggup."

Wanita ini memaksakan diri. Aku takut ia .. tunggu! Apa sekarang aku juga mengkhawatirkannya? Kau gila, Min Yoongi!

"Besok. Cerita lagi besok. Kau masih demam," aku mendekat padanya untuk membaringkan tubuhnya kembali. Kemudian mengambil minum di dapur. Sekaligus meminta kakek menemaninya agar ia tertidur lelap.

...

Aku terbangun sebab sesuatu menyentuh pundakku beberapa kali.

"Tuan Yoongi, tidurlah dikamar." Suara ini bukan suara Jang Mi. Benar saja, Taehyung tepat berada dihadapanku.

"Hm, baik." Tak sadar aku tertidur di ruang tamu setelah meniggalkan kakek dan Jang Mi. Lantas melangkah menuju kamar. Aku menatap Jang Mi yang sudah tertidur.

Sesungguhnya ini berat. Berada di ruang lingkup yang sama dengan seorang wanita dengan sebuah status bukan hal mudah. Satu tahun ini akan menjadi tahun yang panjang untukku.

Letih akhirnya memaksaku menyusulnya terlelap sambil tetap menjaga jarak kami.

...

Esoknya, Yoongi membawa Jang Mi ke penginapan yang dipesan oleh Jungkook, asistennya. Sejak tiba hingga kini Jang Mi berdiri di balkon kamar. Ia sungguh tak habis pikir mengapa mulutnya lancar sekali membicarakan masa lalunya pada suami kontraknya itu.

'Bodoh. Untuk apa aku menceritakan itu?' rutuknya dalam hati.

"Aku bahkan meminta tolong padanya. Sial!" Jang Mi kesal sendiri mengingat ulahnya yang sedikit hilang kendali. Semua ini berkat ricuhnya suasana rumah Yoongi kemarin. Oh, jangan lupakan betapa putus asanya ia memohon pada pria itu untuk diselamatkan.

Sebelum menggila, Jang Mi kembali ke kamar bertepatan dengan Yoongi dan Jungkook yang baru saja memarkirkan mobil di basement. Jang Mi membuka hasil laporan orang suruhan Yoongi mengenai keadaan kantor pusat AHN sekarang. Pikirannya mulai berkelana pada isi dalam layar ponselnya hingga tak menyadari kehadiran Yoongi.

"Bagaimana keadaanmu?"

Jang Mi pikir ia menghayal saat mendengar suara itu. 'Bahkan kau bisa mendengar suaranya sekarang. Kau mulai aneh!'

Hatinya terus meyakinkan bahwa ia berhalusinasi soal Yoongi. Sementara pria itu merasa janggal sebab Jang Mi tidak merespon sama sekali. Ia pikir kondisi gadis itu bertambah parah. Maka dirinya mendekat lalu memiringkan kepalanya untuk melihat wajah gadis yang membelakanginya itu.

"ASTAGA!!" Jang Mi terkejut karena wajah Yoongi tepat berada didepannya.

"Ka.. kapan kau datang?"

Yoongi menggeleng dan berdecak heran. Ia berlalu untuk mengganti pakaiannya di kamar mandi. Sementara Jang Mi merebahkan diri dengan perut laparnya. Terakhir kali ia makan adalah tadi pagi dirumah kakek Kim.

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Yoongi seusai mengganti baju.

Sebenarnya Jang Mi berusaha berpikir, namun otaknya tak bagus saat lapar begini. Tapi lelaki itu mengira dirinya masih sakit. Jadi, ia mengurungkan niatnya berdiskusi. "Sebaiknya bicarakan lagi nanti." Lalu mengambil tabletnya.

Namun suara perut Jang Mi yang meronta - ronta mengalihkannya. "Kau lapar rupanya. Ayo turun," perintahnya. Masih menahan malu, Jang Mi mengekori lelaki itu. Kemudian mereka mencari tempat makan terdekat dari penginapan.

...

Kembali ke penginapan setelah makan malam yang tertunda, Yoongi langsung tertidur di kasur miliknya. Jang Mi baru selesai mengganti bajunya ketika pria itu sudah terlelap.

Ditatapnya tubuh yang meringkuk itu. Pikirnya menerawang jauh pada hari pertama ia dikurung digudang. Jang Mi tak tahu kalau mafia ini punya sisi peduli.

"Bagaimana masa lalunya?" Sedikit tak adil karena orang itu sudah tahu rahasianya sedangkan Jang Mi hanya tahu nama dan pekerjaannya saja selama hampir sebulan ini.

"Aish, apa itu penting?"

Gadis itu beringsut menarik selimut dikasur sebelah Yoongi dan berniat menutup matanya. Mereka tidak seranjang, ada dua tempat tidur di kamar ini. Yoongi tidur menyamping kearahnya membuat mereka berhadapan.

Salahkan saja otaknya yang terus menerus mengenang kejadian kemarin. Menurutnya sosok Mr Min yang ia tahu pertama kali sangat berlawanan dengan hari ini dan kemarin. Jang Mi tidak cukup bodoh untuk menangkap perhatian yang diberikan pria itu. Yoongi bahkan menjadi pendengarnya, mengajak makan, menenangkannya. Terlalu baik untuk ukuran hubungan mereka yang bahkan bukan teman.

Ini membingungkan. Jang Mi takut mengartikan macam - macam, maka ia memilih untuk segera mengistirahatkan otaknya.

Sementara Jungkook melihatnya dari balik pintu. Semua yang gadis itu katakan dan lakukan. Dengan gusar di hatinya ia berucap, "seharusnya kau tak melakukan itu, hyung."

*bersambung*

Next chapter