webnovel

4

***

Hikaru terdiam di atas tempat tidur, dengan wajah kosong tanpa ekspresi. alat pernapasan di wajahnya yang membatasi segala geraknya, dan beberapa alat lainnya yang terus menerus menopang Kehidupannya. rasanya sangat berat, sangat tidak nyaman. seolah kehidupan Hikaru hanya bergantung pada benda-benda itu. benda yang bahkan tidak diketahuinya.

Hikaru mengalihkan tatapannya pada dokter yang sedari tadi terlihat sibuk.

Hikaru tidak mengatakan apapun, hanya merasakan Kehidupannya terasa begitu menyedihkan. Hingga dokter pergi, tanpa mengatakan apapun lagi lagi. Seperti Hikaru tidak pantas untuk mengetahui apapun, Hikaru hanya memandangi langit langit dengan mata hitamnya. Hikaru...nama yang terlalu indah untuk seseorang sepertinya.

nyatanya Hikaru bukanlah anak yang ceria, Hikaru hanyalah berbohong.

kebahagiaan itu apa ya-?

Hikaru menatap dengan tatapan datar ke arah pintu yang perlahan terbuka. menampilkan sosok Kazuya yang datang dengan wajah sendunya, wajah itu. Hikaru tidak ingin melihatnya. Hikaru benar-benar membuat repot semuanya.

Kazuya duduk di sebelahnya, bahkan Hikaru tidak bisa tersenyum melihatnya. wajahnya terasa mati rasa, semua pergerakkannya terasa menyulitkan, semua tubuhnya seakan mati rasa. dan semua kulitnya pucat karena kehilangan darah. mungkin karena Hikaru tidak bisa menahan rasa sakitnya sehingga malah melukai dirinya sendiri, ah... Hikaru bahkan bisa mengingat semua rasa sakit yang dirasakannya, Hikaru tidak ingin merasakannya lagi. rasanya seperti mau mati saja. berada di ambang kematian, bergerak sedikit saja maka Hikaru akan jatuh di dalamnya.

"Kazuya...apa aku akan merasakannya lagi?" bisik Hikaru dengan wajah Kosong nya. Kazuya hanya diam, tidak mengatakan apapun. Hikaru sudah tau, Kazuya hanya selalu diam padanya.

Hikaru mengalihkan tatapannya ke arah Kazuya di sebelahnya. rambut hitam panjang yang terlihat berantakan, wajah pucat dan mata yang terluka dengan perban dimana-mana. Hikaru tau betapa dirinya begitu menyedihkan, Hikaru mengerakkan perlahan tangannya yang tertusuk infus. memegangi baju Kazuya, dengan senyuman yang dipaksakan.

"Kazuya..apa yang kau sembunyikan dariku?" gumam Hikaru pelan, berharap suatu jawaban dari Kazuya. namun lagi lagi Kazuya hanya diam, menatap dengan wajah penuh kesedihan yang bisa dilihatnya, Hikaru lagi lagi hanya menutup mulutnya tanpa berniat untuk mengatakan apapun, karena jawabannya akan selalu sama, Hikaru melepaskan tangannya, dan berbalik menatap ke arah langit langit kamarnya.

"Kazuya...apa kau membenciku?" gumam Hikaru pelan. tanpa perasaan, karena Hikaru sudah membiasakannya.

kalau suatu saat Hikaru akan mengetahui bahwa Kazuya sebenarnya memang membencinya. makanya Kazuya hanya selalu diam, Kazuya tidak pernah mengatakan apapun padanya.

karena Kazuya membencinya.

Hikaru sudah mempersiapkannya, jika suatu saat Hikaru akan berakhir sendirian. lagipula Hikaru juga tidak mengingat apapun tentang dirinya.

Dirinya bukanlah Hikaru. lagipula dirinya terlalu menyedihkan untuk disebut sebagai laki-laki, sekarang pun Hikaru tidak bisa melakukan apapun selain berbaring dengan ribuan alat yang terus menerus di tancapkan kepadanya. Hikaru seperti sebuah robot, dengan banyaknya benda yang seperti sedang menusuk dirinya dan membuatnya begitu kesakitan, benda tajam yang menusuk kulitnya yang begitu rapuh.

apa Hikaru akan hancur-?

Kazuya mengeleng cepat disana.., "Tidak, aku tidak membencimu!" seru Kazuya dengan cepat menepisnya.

Hikaru merasakan mulutnya yang terasa begitu kering di balik masker oksigen.

"lalu apa-?" tanya Hikaru. Kazuya yang lagi-lagi hanya terdiam, Hikaru sudah mengetahuinya. bahwa sampai kapan pun, Kazuya tidak akan mengatakannya.

ada sesuatu yang dianggap tidak perlu di ketahui oleh Hikaru selamanya.

apa Hikaru tidak sepantas itu untuk mengetahui tentang dirinya sendiri-?

"Maaf Hikaru...aku... tidak bisa mengatakannya.." seru Kazuya dengan nada yang terlihat begitu bersalah.

Hikaru hanya menatap jendela dengan kedua mata hitamnya yang memudar.

"tidak apa Kazuya , aku mengerti" seru Hikaru. Hikaru mengerakkan kepalanya yang terasa berat ke arah Kazuya dan perlahan mulai mengukir sebuah senyuman. senyuman yang terasa begitu berat saat dilakukannya, hingga terasa begitu menghancurkan dirinya.

saat Hikaru terus melakukannya. senyuman yang membohongi dirinya sendiri. membohongi orang lain, dan membohongi perasaannya. Hikaru merasa kalau dirinya bukan Hikaru lagi, dirinya seperti orang lain yang bahkan tidak diketahuinya. perlahan Hikaru merasa tidak mengetahui dirinya lagi.

"lagipula kita sahabat bukan?" seru Hikaru. dengan sebuah kebohongan yang lagi-lagi di tunjukkan nya, Kazuya hanya tersenyum simpul. senyuman yang menyembunyikan kesedihannya.

"Benar, aku harap kau cepat sembuh Hikaru...aku harus pergi dulu ya?" seru Kazuya. meletakan makanan yang di bawanya di atas meja, berjalan ke arah pintu keluar. dan melambaikan tangannya sebelum meninggalkan Hikaru yang sendirian di sana.

lagi-lagi tidak ada siapapun...

dia sendirian di kamar ini. kamar yang terasa begitu menyesakkan. dengan warna putih yang mendominasi, dan beberapa alat yang memompa dirinya, padahal rasanya menyakitkan. Hikaru ingin lepas dari semuanya, namun jika ia melepaskannya apa yang akan terjadi-?

kenapa dirinya begitu menyedihkan-?

bahkan Hikaru tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, semuanya hanya diam membungkam mulutnya. seolah apa yang terjadi pada Hikaru tidak boleh diketahui olehnya.

Senyuman Hikaru yang masih terlukis di wajahnya. melihat dengan tatapan yang semakin memudar ke arah makanan itu. bahkan sekarang, Hikaru tidak bisa mencium aromanya. rasanya hambar.

kami berdua berbohong. penuh dengan senyuman yang menyakitkan.

menyembunyikan segalanya dibaliknya, yang terasa begitu menyakitkan.

***

Next chapter