Hinata terbangun oleh dering telponnya. Hinata bangun dan mengerjapkan matanya di dalam ruang yang gelap. Hinata segera meraih tasnya yang terlihat karena cahaya layar ponselnya yang menyala. Hinata kaget melihat nama pemanggil yang tertera di layar ponsel. Sasuke Uchiha. Hinata langsung menekan tombol jawab.
"Hallo Uchiha-san." jawabnya segera.
"Hinata? Oh Syukurlah. Aku cemas karena tidak bisa menghubungimu sejak kemarin. Haruno-san bilang kau juga belum sampai di tempatnya. Kau di mana? Kau baik- baik saja kan?" Bosnya itu bicara panjang lebar.
Hinata tersenyum senang mendengar bos yang disukainya diam-diam itu mancemaskan dirinya.
"Saya baik-baik saja Boss. Maaf, ponsel saya kemarin jatuh dan rusak, saya baru sempat beli yang baru hari ini. Dan saya sekarang menginap di tempat teman saya." Teman yang brengsek tambah Hinata dalam batinnya sambil memutar bola mata.
"Aku tidak tahu kau punya teman di Konoha. Tapi sudahlah. Bisa kau kirimkan alamatnya? Aku akan menjemputmu untuk rapat. Kau bisa kan mm... Satu jam lagi aku jemput." kata Sasuke. Hinata terkejut.
"Bos sudah ada di Konoha? Sejak kapan?" tanya Hinata antusias. Hinata sangat senang dia segera bisa melihat wajah tampan bossnya itu.
"Tadi pagi. Tunggu. Aku akan menjemputmu. Bye." Bunyi tut mengakhiri suara merdu Sasuke di telinga Hinata.
Hinata mendesah kecewa, bosnya terlalu cepat memutus pembicaraan mereka, padahal dia belum membalas salam perpisahan bosnya. Hinata segera mengirimkan email berisi alamat rumah Naruto dan segera bangun untuk mandi dan bersiap.
Naruto menatap Hinata yang mondar-mandir gelisah di beranda.
"Kau terlihat seperti gadis yang akan berkencan untuk pertama kalinya." kata Naruto usil.
"Aku itu mau rapat, bukan kencan!" tegas Hinata. Gadis kembali mondar-mandir, dia terlihat gugup.
Naruto memperhatikan penampilan Hinata di depannya. Gadis itu memakai blus putih dengan lengan menggembung yang terlihat manis dengan pita ungu yang tersimpul manis di dadanya dipadu rok ungu bermotif bunga-bunga kecil selutut berbahan lembut yang sangat serasi dengan warna mata gadis itu. Naruto sedikit terpesona melihat penampilan gadis di depannya itu.
"Tapi penampilanmu seperti orang mau pacaran." kata Naruto. Lelaki pirang itu mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata. Harum wangi lavender tercium dari tubuh gadis manis itu. Hinata spontan menjauh dari Naruto.
"Baumu juga seperti orang yang menyebar feromon untuk menjerat lawan jenis." ejek Naruto, menutupi perasaan terpesonanya pada gadis polos itu.
"Aku tidak mau mendengar pendapat orang yang selalu menyebar perangkap untuk bisa melakukan seks dengan lawan jenisnya." balas Hinata ketus.
"Tiiin!" Suara klakson terdengar dari sebuah mobil Chrisler biru yang parkir di depan pintu pagar rumah Naruto. Seorang pria tampan berkulit putih berambut hitam keluar dari mobil. Pria berjas rapi itu lalu masuk ke halaman melalui pintu pagar yang memang tidak pernah dikunci oleh Naruto. Hinata langsung berlari menghampiri bosnya itu.
"Uchiha-san, akhirnya kau datang." Hinata tersenyum pada bossnya itu.
"Maaf agak telat. Sudah lama menunggu yaa.." jawab Sasuke sambil membelai rambut anak buahnya lembut.
Hinata tersenyum senang dengan perlakuan lembut bosnya itu. Naruto merasa ada rasa tidak suka dalam hatinya melihat adegan itu. Cemburu? Entahlah. Naruto sendiri bingung.
"Hinata, Kau tidak memperkenalkan kami?" tanya Naruto sambil bersandar di tiang beranda rumahnya. Hinata dan Sasuke menoleh ke arah Naruto.
"Oh. Maaf atas ketidak sopananku. Kau pasti Tuan Namikaze. Perkenalkan, nama saya Uchiha. Uchiha Sasuke." Sasuke mengulurkan tangannya yang segera di sambut genggaman mantap Naruto.
"Jangan terlalu formal begitu. Panggil saja aku Naruto." ucap Naruto lalu tersenyum lebar.
"Baiklah Naruto-san. Terimakasih sudah membantu Hinata." kata Sasuke ramah.
"Sebenarnya dia hanya menebus kesalahannya saja." sahut Hinata sinis.
"Hinata. Tolong bicara sopan." Sasuke menatap Hinata.
"Maaf." Hinata menunduk.
"Biarkan saja Uchiha-san. Lagipula semua ucapannya benar. Dan tolong ijinkan Nona Hinata tetap tinggal di sini untuk menebus kesalahanku. Bukankah kantor cabang Perusahaan Uchiha tidak jauh dari sini?" pinta Naruto.
Naruto sudah terjerat pesona gadis lavender itu dan bertekad akan segera membuat gadis itu jadi miliknya.
"Tentu saja akan kuijinkan, kalau Hinata setuju." kata Sasuke yang direspon dengan delikan marah Hinata.
"Nona Hinata, bukankah kau sudah berjanji padaku untuk membantuku perihal Nenekku?" tanya Naruto.
Naruto langsung mengingatkan janji yang di buat Hinata agar gadis itu tidak punya alasan untuk meninggalkannya. Hinata menghela nafas kesal saat ingat janji yang terpaksa di buatnya itu.
"Baiklah. Aku akan tetap tinggal di sini." ucapnya kesal.
"Sekarang bukankah kita harus rapat, Boss?"ucap Hinata. Sasuke tampak baru mengingat tujuannya untuk menjemput Hinata.
"Oh iya. Ayo kita berangka kalau begitu. Naruto-san, kami pergi dulu. Sampai jumpa." Sasuke pamit dengan sopan.
Hinata segera mengekor bosnya tanpa berkata apapun pada Naruto. Naruto mendengus kesal.
"Selamat jalan Uchiha-san dan selamat bersenang-senang Hinata. Semoga bahagia!" serunya. Hinata mendelik kesal. Lalu menoleh kearah Naruto.
"Kami ini mau rapat tau!" teriak Hinata kesal.
Naruto tertawa melihat respon Hinata itu. Meskipun marah, gadis itu tetap manis, batinnya.
"Kau cepat akrab dengan Naruto-san ya? Aku jadi sedikit heran." Sasuke melihat Hinata sambil tersenyum saat mereka sudah berada dalam mobil.
"Dia itu sangat menyebalkan. Sudahlah. Kenapa Bos malah membicarakan Naruto terus sih?" Hinata kesal.
"Kau bahkan sudah memanggilnya dengan nama kecilnya. Dulu kau bahkan tidak menyapaku selama seminggu pertama kau bekerja. Kau bicara padaku hanya karena aku yang menghampirimu dan mengajakmu berkenalan. Apa kau ingat?" Sasuke tersenyum mengingat masa lalu.
"Benarkah? Aku tidak ingat." kata Hinata bohong.
Sebenarnya Hinata ingat betul apa yang terjadi. Saat itu dia terlalu terpesona dengan bos tampan di sampingnya ini hingga tak sanggup bertemu. Bahkan hanya memandang wajah Sasuke, membuat Hinata berdebar-debar.
Hinata mengira rapat itu hanya melibatkan dirinya dan Sasuke. Hinata sudah membayangkan akan berduaan dengan bosnya itu. Tapi harapannya musnah saat mereka berdua sampai di ruang rapat di restoran mewah tempat mereka akan rapat. Di ruang itu sudah menunggu wanita cantik berambut pink yang langsung memeluk Sasuke saat menyambutnya.
"Hey, ada Hinata di sini." seru Sasuke melepaskan pelukan wanita cantik itu.
"Ah. Maaf. Kau pasti nona Hyuga Hinata yang sering di bicarakan Sasuke. Kenalkan. Aku Haruno Sakura."
Hinata pulang menjelang tengah malam. Lagi-lagi Hinata melihat pemandangan yang membuatnya melotot dan hampir menjerit. Di ruang tengah, tampak Naruto tengah duduk dalam keadaan telanjang. Sementara seorang wanita cantik berkulit putih dengan rambut hitam panjang terurai dengan model hime seperti dirinya terlihat sedang memunguti pakaiannya yang tersebar di penjuru ruangan dengan wajah marah. Wanita lalu mengenakan pakaiannya dengan asal.
"Tunggu dulu Sizuka, kau mau ke mana?" tanya Naruto.
Wanita yang dipanggil Sizuka itu mendelik marah ke arah Naruto.
"Diam kau! Dasar lelaki tidak berguna!! Mati saja kau!!" teriak wanita itu pada Naruto.
Naruto hanya menunduk lesu. Wanita itu baru saja akan melangkah keluar saat melihat kehadiran Hinata. Mata hijau wanita itu menatap Hinata beberapa saat lalu kembali menatap Naruto marah.
"Jadi kau melihatku sebagai duplikatnya!? Kau Brengsek Namikaze!? Pergi saja ke neraka!!" ucap wanita itu dengan penuh amarah lalu pergi.
Hinata memalingkan pandangannya dari tubuh telanjang Naruto lalu segera berlari memasuki kamarnya. Hinata membaringkan tubuhnya yang lelah. Seharian dia rapat dan harus menahan kecemburuannya pada Nona Haruno dan sekarang dia harus melihat adegan porno yang dulu biasa dia lewati saat menonton film di laptopnya. Hinata benar-benar lelah.
Hinata berpikir, seks itu hal yang sangat sakral dan hanya boleh dilakukan oleh dua orang yang saling terikat dalam ikatan cinta yaitu pernikahan, untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain. Tapi Naruto melakukannya setiap hari seperti sebuah hoby. Hinata ingin saat melakukannya, dirinya dan pasangannya sama-sama saling mencintai dengan tulus.
Hinata mengusap wajahnya yang terasa panas dengan telapak tangannya, menghilangkan bayangan tubuh atletis Naruto. Tapi dada bidang serta perut sixpack itu dan juga benda besar milik Naruto itu. Ugh? Kini bukan hanya wajah Hinata yang panas, seluruh tubuhnya terasa ikut memanas juga. Hinata langsung lari ke kamar mandi dan berdiri di bawah guyuran air dingin dari shower tanpa membuka pakaiannya dulu untuk mendinginkan dirinya.
"Naruto sialan!" makinya kesal.