Rindi duduk di atas alas tidur yang di gelar di lantai. Rindi memilih mencari tempat tinggal sementara, karena Rindi sendiri memang tidak memiliki tujuan akan kemana. Ponselnya masih di biarkan mati, Rindi butuh menenangkan dirinya sambil berpikir apa yang akan dia lakukan ke depannya.
Dia tidak mungkin terus-terusan bersembunyi. Rindi masih harus kuliah dan itu sudah pasti akan membuatnya bertemu Victor sahabat dari suaminya.
Rindi membaringkan tubuhnya yang lelah. Rindi merapatkan selimut kemudian memandang kosong ke langit-langit kamar sewanya. Rindi sedang memikirkan Stefano sekarang. Jam segini biasanya Stefano baru pulang dan akan meminta Rindi menemaninya makan malam.
Tanpa Rindi sadari air matanya menetes, Rindi membiarkan itu.
"Nanti saat semuanya sudah berlalu, Aku akan baik-baik saja. Stefano juga akan tetap baik-baik saja tanpa Aku," ujar Rindi bermonolog.
Rindi kemudian memejamkan matanya, dengan harapan Dia akan segera terlelap.
***
Stefano sedang duduk di ruang tv, semalaman Dia tidak bisa terlelap. Pikirannya hanya tertuju pada Rindi. Stefano benar-benar khawatir dengan kondisi perempuan yang masih berstatus istrinya itu. Walaupun memang benar mereka berdua belum mendaftarkan pernikahan mereka. Tetap saja langkah Stefano dari awal bukan permainan.
Fano mengusap wajahnya gusar, Stefano kemudian melirik jam dinding. Ternyata sudah subuh, Stefano berdiri dan menuju kamarnya sekarang. Untuk pertama kali Stefano duduk bersimpuh di dalam ibadahnya begitu lama. Stefano mengadahkan tangannya mengikuti apa yang dia lihat dan dia pelajari dari Rindi.
"Aku tahu, Aku belum sepenuhnya menjadi hambamu. Tapi yang Aku tahu Engkau maha penyanyang. Kehilangan Rindi dengan cara seperti ini membuatku sakit. Kembalikan gadis itu menjadi istriku, dan maafkan Aku yang mempermainkan pernikahan suci ini," ucap Stefano mengucap do'a.
Setelah selesai berdo'a, Fano mengusap wajahnya. Lagi-lagi itu Dia tiru dari Rindi. Tapi Stefano menutup wajahnya sedikit lebih lama. Beberapa detik kemudian bahu Stefano naik turun, terdengar isak tangis dari Fano pelan.
Laki-laki dingin dan irit bicara itu benar-benar kehilangan Rindi. Stefano takut mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Masih banyak yang harus Stefano balas pada Rindi. Bukan karena sudah membantunya keluar dari masa krisis karena skandal. Tapi karena Stefano merasa belum membalas rasa sayang Rindi padanya yang begitu tulus.
***
Victor dan Jay sedang berada satu mobil. Bukan Victor namanya kalau tidak bisa menemukan Rindi. Laki-laki muda itu seorang dosen seni yang sedikit cerdik. Walaupun sudah berselang beberapa hari setidaknya Victor bisa menemukan lokasi Rindi sekarang.
"Beruntungnya Rindi bukan tipe mahasiswi yang melalaikan semua tugas-tugasnya, Hyung," ujar Victor dengan tetap fokus menghadap ke depan mengemudikan mobilnya.
Jay menganggukkan kepalanya, mensetujui perkataan Victor. Rindi yang begitu disiplin dan tidak pernah sekalipun melalaikan tugasnya. Mengirim tugas melalui daring pada semua Dosen-Dosen sksnya. Dari situlah Victor bisa melacak keberadaan Rindi, melalui Ip address perangkat yang dia gunakan. Tentu saja itu karena kecerdikan Victor.
"Kau sudah menghubungi, Stefano Hyung?" tanya Victor lagi.
Lagi-lagi Jay masih menganggukkan kepalanya menanggapi. Tangannya masih sibuk menekan tombol di ponselnya. Dia sedang mengirim pesan pada Stefano yang bilang juga akan segera menyusul mereka menemui Rindi.
"Dia bilang, sekarang Dia juga sedang menuju lokasi Rindi," tukas Jay menoleh ke arah Victor.
Victor tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Harapan Victor Rindi belum pergi dari lokasinya sekarang. Karena kalau benar-benar sekarang Rindi tidak di temukan, Victor khawatir gadis itu benar-benar menghilang. Karena menurut informasi yang Dia dapat, Rindi mengajukan cuti kuliah.
***
Stefano melajukan mobilnya menuju lokasi yang Jay katakan tadi. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Seoul. Fano tahu betul Rindi memang tidak bisa pergi jauh karena keterbatasannya pengetahuannya pada Seoul.
Stefano menginjak pedal gas dalam menambah kecepatan mobilnya. Fano takut Rindi akan pergi lagi kalau sampai kedua sahabatnya itu tidak berhasil membujuk Rindi pulang.
Rindi membulatkan matanya terkejut karena saat membuka pintu di depannya sudah ada Jay dan Victor yang menghela napas lega melihat Rindi.
"Bagaimana kalian bisa tahu Aku di sini?" Tanya Rindi pelan.
Victor tersenyum kemudian menepuk-nepuk dadanya yang bidang merasa bangga. Jay memukul lengan Victor pelan, saat ini bukan waktunya Victor membanggakan diri sendiri. Victor tertawa kecil sambil sedikit meringis merasa lengannya yang sedikit panas.
Jay mengalihkan pandangannya pada Rindi sekarang. Perempuan Indonesianya ini bahkan terlihat sangat tirus walaupun hanya beberapa hari saja mereka tidak bertemu.
"Kenapa Kau harus pergi dari rumah? Kau tahu Stefano sangat mengkhawatirkan dirimu?" ucap Jay sedikit bernada marah.
Jay bukan marah karena Rindi kabur, tapi Jay marah pada situasi yang tidak dia pahami karena apa. Stefano yang uring-uringan dan tidak melakukan apa-apa selain mencari Rindi sudah seperti mayat hidup yang bahkan tidak menyentuh makanan sedikitpun. Semakin menambah frustasi pada Jay.
Ketiganya sedang duduk di teras depan kamar kecil yang Rindi sewa. Di pikiran Victor bagaimana caranya Rindi bisa menemukan rumah sewa ini. Padahal Rindi belum pernah pergi sejauh ini setau dirinya.
"Minum teh kalian, maaf Aku tidak bisa menyuguhkan lebih dari pada ini," ucap Rindi sembari tersenyum.
Jay mendengus kesal mendengar perkataan Rindi. Jay kemudian menatap tajam Rindi penuh selidik.
"Kenapa Kau pergi dari rumah dan sembunyi di tempat seperti ini? Fano melakukan kesalahan padamu?" Tanya Jay kemudian.
Rindi tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Victor sendiri yang sudah mengetahui pernikahan kontrak yang di lakukan Rindi dan Stefano menghela napas pelan kemudian membuang pandangannya ke depan.
Jay yang menyadari kalau Victor mengetahui sesuatu, beralih menatap Victor saat ini.
"Kau tahu sesuatu? Kenapa Kau diam saja dan tidak menceritakannya padaku?"
Lagi-lagi nada bicara Jay yang sedikit tegas penuh selidik membuat Victor memandang Rindi seakan meminta persetujuan untuk menceritakan semuanya.
Rindi memegang lengan Jay pelan, Jay menoleh ke arah Rindi. Dua orang ini memang jarang bertemu dan berintetaksi seperti Rindi dan Victor. Tapi tetap saja Jay itu sudah seperti Kakak laki-laki Rindi di Korea ini. Jay selalu memperhatikan Rindi dalam diamnya, bahkan penghasilan sampingan yang Rindi dapatkan lebih banyak dari perusahaan Jay.
"Jangan marah-marah dan menatap Victor seperti itu. Dia tidak salah kalau tidak menceritakannya padamu, karena itu permintaanku juga. Sebenarnya Aku dan Chan tidak benar-benar menikah, kami menikah kontrak untuk menghilangkan skandal waktu itu."
Jawaban Rindi itu sukses membuat Jay membuka lebar matanya. Dia memandang Rindi tidak percaya sekarang, Jay kemudian beralih memandang Victor seakan minta penjelasan. Victor hanya menghela napas kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Jay semakin tidak percaya dirinya sendiri yang tidak mengetahui hubungan Rindi dan Stefano sebenarnya.
"Itu 10 bulan lalu, Hyung. Sekarang Aku benar-benar ingin menikah secara resmi dan tidak main-main lagi dengan Rindi."
Suara Stefano itu membuat ketiga orang yang sedang berbincang itu menoleh bersamaan ke arah Stefano. Rindi membulatkan matanya melihat suaminya juga ada di sini saat ini. Walaupun sebenarnya Rindi sudah menduga kalau Jay dan Victor pasti sudah memberi tahu Fano. Tetap saja Rindi tidak percaya kalau hari ini Dia juga akan bertemu Stefano di sini.
Stefano berjalan mendekat ke arah Rindi. Dia ikut duduk bersila di hadapan Rindi. Fano tidak berkedip memandangi wajah perempuan yang dia cari beberapa hari ini. Fano menghela napasnya lega melihat Rindi baik-baik saja walaupun sedikit tirus. Stefano mengulurkan tangannya mengusap kepala Rindi pelan.
"Kenapa pergi dari rumah? Kenapa tidak berpamitan padaku dengan benar? Aku tidak harus merepotkan mereka seperti sekarang untuk mencarimu, Rin," ujar Fano lirih.
Jay dan Victor terdiam mendengar perkataan Stefano. Mereka tidak pernah menyangka Fano akan seperti ini saat di tinggalkan Rindi.
"Kita pulang, kontrak kita memang sudah selesai. Tapi pernikahan kita tidak sampai di sini. Hanya masa kontrak kita yang kadarluarsa, bukan perasaanku padamu yang baru tumbuh ini yang kadarluarsa," sambung Stefano lagi.
Rindi menatap Stefano tidak percaya dengan apa yang Dia dengar. Tapi sedikitpun Rindi tidak melihat kebohongan di mata suaminya itu.
"Aku mohon ijinkan Aku memperbaiki kesalahanku terlebih dahulu. Kalau Aku masih melukaimu tinggalkan Aku sesukamu," tukas Fano lagi dan kemudian memeluk Rindi erat. Fano melepas rindunya pada istrinya dengan pelukan erat. Jay dan Victor hanya bisa menghela napas lega. Mereka meyakini diamnya Rindi sudah pasti karena Rindi memang tidak bisa kehilangan Fano juga.
***