webnovel

I'm Sick Of This Game

Honey mungkin tak menyangka jika kini terjebak pada situasi yang membuatnya takut sekaligus bingung. Ia kalut menghadapi kenyataan jika sekarang ia tengah mengandung bayi seseorang yang tak ia kenal sama sekali. Jika pun ia melaporkan perbuatan pria itu maka ke mana akan mencarinya? Untuk apa?

"Kamu harus tenang," ujar Angelica lembut sambil memeluk Honey yang terus menangis tersedu di dadanya. Angelica tak ingin membiarkan Honey sendirian menghadapi masalah seperti ini. Tapi ia sendiri tak tahu harus membantu seperti apa.

"Aku tidak mau hamil. Aku tidak mau ..." Honey terisak pelan dan terus meremas tangannya sembari menangis.

"Tenanglah, kita pikirkan caranya, okey. Nanti kamu akan sakit jika terlalu stres," balas Angelica begitu perhatian. Ia terus mengelus punggung Honey agar perlahan ia bisa tenang dan berpikir lebih jernih.

Perlahan tangisan Honey jadi reda ia sudah jauh lebih baik. Meski masih berurai air mata tapi Honey sudah tak terisak terlalu keras lagi seperti sebelumnya. Jemari Angelica menyeka sisa air mata di wajah Honey dan sedikit tersenyum padanya.

"Aku akan selalu menemanimu, oke. Jangan menangis lagi." Honey hanya bisa menundukkan pandangan dan menutup matanya. Air matanya terus menetes dari mata birunya yang indah. Angelica lantas memeluknya lagi.

Di tempat berbeda dan di waktu yang hampir tak jauh berbeda, Rei Harristian akhirnya datang ke markas Golden Dragon dalam keadaan kesal, marah sekaligus sedih. Ia sudah menghancurkan ponselnya sendiri dan tak bisa dihubungi.

Rei duduk di salah satu stoll bar di ruang tengah markas Golden Dragon. Tempat yang sudah lama tak ia kunjungi selama ini. Seorang anggota Golden Dragon lantas memberitahukan pada Jayden Lin yang kebetulan ada di sana tentang kedatangan Rei yang tak biasa. Ia malah datang untuk minum.

"Hei, Rei ... tumben kamu kemari?" tegur Jayden begitu ia datang dan langsung duduk di sebelah Rei. Rei yang melipat kedua lengannya di atas meja bar hanya melirik sekilas sebelum matanya menatap gelas wiskinya lagi.

"Kamu datang kemari buat minum?" Rei masih belum menjawab dan malah makin murung. Jayden menarik napas panjang dan memindahkan gelas wiski milik Rei dan memberikannya pada bartender yang berjaga.

"Sudah jangan minum lagi. Nanti kamu jadi sakit seperti ayahmu, jaga kesehatanmu, hhhmm!" ujar Jayden memberi nasehatnya lalu menepuk pundak Rei. Rei tak bisa membantah atau marah jika Jayden yang bicara. Entah mengapa pada Jayden, semua anak-anak anggota The Seven Wolves pasti akan menurut.

"Kamu mau cerita apa yang terjadi? Tidak biasanya kamu datang ke mari, apalagi untuk minum," sambung Jayden masih memandang Rei dari sisi sampingnya.

"Apa Om lihat apa yang terjadi di berita hari ini?" tanya Rei dengan bibir sedikit merengut. Jayden mengernyitkan kening tak mengerti. Seorang anggota Golden Dragon kemudian memberikan ponsel pada Jayden dan memperlihatkan sebuah berita wawancara seorang wanita yang mengakui pada media jika The Midas Rei adalah seorang pria gay.

Jayden lantas menoleh pada Rei dan menyerahkan ponsel itu kembali pada anggotanya.

"Apa benar kamu gay?" tanya Jayden dengan suara rendah. Rei berdecap kesal dan membuang wajahnya ke arah lain.

"Rei, kalau pun iya ... tidak ada salahnya ..."

"Tapi aku bukan gay, Om!" bantah Rei cepat dan kesal. Jayden langsung tersenyum dan mengangguk.

"Iya ... iya, Om percaya. Cuma yang mau Om bilang adalah Om gak ingin kamu menyembunyikan identitas kamu sekalipun itu benar. Kamu punya keluarga yang menerima kamu apa adanya," balas Jayden. Rei menarik napas dan meremas rambut dengan kedua tangannya.

"Om, aku tidur dengan perempuan, bahkan yang terakhir pun perempuan. Aku gak bohong!" sahut Rei masih bersikeras.

"Ya udah, gak ada masalah. Berita kayak gini kan akan hilang dengan sendirinya."

"Gak Om, ini ngerusak reputasiku. Aku The Midas Rei, dan gak mungkin aku biarin orang ngerusak nama baikku seperti ini!" Jayden mengangguk lagi dan memilih meluruskan pandangan daripada berdebat dengan Rei sekarang. Ia tampak kesal dan tak bisa diajak kompromi.

"Om ..." Jayden menoleh pada Rei lagi.

"Hhmm ..."

"Gimana ya rasanya jadi ... " Rei jadi berhenti dan diam mengulum rasa malunya dengan menunduk.

"Kalo soal itu kamu harusnya tanya sama Om Nathan." Jayden menyahut tanpa ragu dan sedikit melirik pada Rei yang jadi salah tingkah.

"Om, gak risih bersahabat sama Om Nathan?" Jayden tersenyum dan menggeleng.

"Nathan itu sahabat Om dari sekolah dulu. Dia orang yang setia, baik dan sangat penyabar. Masalah dia pernah naksir Om, itu urusan lain. Tapi bagi Om, dia adalah belahan jiwa Om yang lain. Om sangat menghormati dia." Rei menaikkan ujung bibirnya dan mengangguk.

"Dia tidak malu mengakui bahwa dirinya berbeda, itu yang membuat dia berbeda dari kebanyakan orang lain." Jayden menoleh pada Rei dan tersenyum.

"Hadapi masalah kamu dengan pikiran dingin, bukan dengan minum dan merusak diri kamu sendiri," sambung Jayden lagi memberikan nasehatnya. Rei hanya bisa diam dan memilin jemarinya. Sampai akhirnya Aldrich datang ikut bergabung dengan Rei dan Jayden.

"Hei ... apa kabar, Nak?" sapa Jayden memeluk Aldrich yang baru terlihat.

"Baik, Om ..."

"Hai, Rei!" Aldrich ikut memeluk Rei sebelum ia duduk di sebelahnya.

"Kamu sangat rapi, baru dari mana?" tanya Rei berbasa basi.

"Princeton ... aku baru memberikan kuliah umum di sana." Rei tersenyum dan mengangguk. Tak hanya Aldrich, Jupiter pun datang setelahnya. Tujuannya adalah mencari Rei yang tak bisa dihubungi.

"Gue punya berita buat lo!" ujar Jupiter yang belum sadar ada Aldrich di sana.

"Please I'm here!" sahut Aldrich menyindir karena Jupiter memakai bahasa Indonesia di depannya.

"Oh, maaf teman. Aku tidak tahu kamu sudah pulang!" Jupiter menyengir saja pada Aldrich yang cuma bisa menggelengkan kepalanya. Sedangkan Jayden masih tersenyum saja melihat anak-anaknya datang.

"Christina sekarang sudah bergabung di Tritone, tebak siapa yang memberikannya kontrak? Tentu saja Dalton dan mantan asisten mu itu, kini menjadi produser Christina!" ucap Jupiter memberikan laporannya dengan menyodorkan sebuah tablet pada Rei. Rei mengernyitkan kening dan membaca laporan yang diberikan oleh Jupiter di tablet tersebut. Dengan kesal, ia setengah melempar tablet tersebut ke depan Jayden dan Aldrich.

"Apa ada yang aku lewatkan?" tanya Aldrich menuangkan wine ke dalam gelasnya.

"Banyak, apa kamu tahu jika Rei dituduh sebagai gay dan dia sudah stres karena itu?" sahut Jupiter kemudian. Aldrich menyesap winenya dengan santai dan tenang.

"Lalu masalahnya?"

"Yang melakukannya adalah mantan kekasih Rei, Christina Megan," jawab Jupiter. Jayden lalu meletakkan tablet di depan Rei dan berdiri dari kursinya. Ia menepuk pundak Rei sebelum bicara.

"Jika ingin membalas, lakukan dengan rapi dan berkelas. Om yakin kamu lebih pintar dari wanita itu!" ucap Jayden tersenyum sambil berjalan meninggalkan ruang bar tersebut.

Next chapter