webnovel

20. Bahagia Bersama Denganku.

/Aku baru saja pulang dari caffe tempat dimana pacarmu bekerja./

/Apa kau butuh semua infomasi yang ku dapat?/

Yoon Seok mengirim pesan pada Tae Woo karena dia datang dan pergi hanya karena permintaan teman yang sudah dia anggap adiknya sendiri. Pukul dua siang sekarang, dan Yoon Seok sedang mengirim pesan pada Tae Woo di sela-sela lalu lintas yang padat dan lampu merah pemberhentian.

Pertemanan Tae Woo dengan Yoon Seok sebenarnya sudah sangat lama, simbiosis yang terjadi antara Tae Woo dengan Yoon Seok benar-benar hubungan yang membuat mereka sama-sama diuntungkan.

Tae Woo melakukan apa yang Yoon Seok inginkan dan begitupun sebaliknya, lucunya diantara keduanya, tidak ada yang dirugikan sama sekali.

Tae Woo yang saat itu sedang tidak sibuk justru memilih melakukan panggilan telefon daripada pembalas pesan dari Yoon Seok.

"Aish, pria sialan itu." Yoon Seok terlihat kesal menyadari jika Tae Woo memilih menelfonnya dsripada membalas.

Untuk menghindari kecelakaan, pada akhirnya Yoon Seok menepi dan menerima sambungan telefonnya lebih dulu.

"Sialan, aku harus menepi karena panggilan darimu," ucapnya sedikit memaki-maki Tae Woo membuat pria yang tidak berdosa sama sekali itu memilih terkekeh mengingat apa saja yang baru saja dia selesaikan.

"Maafkan aku Kak, aku hanya ingin cepat," jawabnya karena Tae Woo tidak memiliki banyak waktu. "Tolong limabelas menit saja," lanjutnya lagi, dan untuk keselamatan dirinya sendiri Yoon Seok memilih mematikan mesin mobilnya dan mulai meladeni apa yang Tae Woo inginkan.

"Kau sudah menbelikan makanan kesukaan Jung Ki?" tanya Tae Woo langsung menanyakan apa yang Jung Ki terima dengan jalan keluar yang dia miliki lebih cepat. "Jung Ki tidak pernah tidak suka dengan apa yang ku belikan untuknya, Tae Woo. Walaupun itu darimu," jelas Yoon Seok membuat Tae Woo menyadari apa yang dia tanyakan bukanlah harus Yoon Seok jawab. "Ya, iya-iya."

"Bagaimana luka yang Jung Ki dapat, bukankah kau melihatnya? Dia seperti tidak baik-baik saja bukan?" Yoon Seok terkekeh, pria itu hanya bisa terkekeh tanpa suara dan meladeni perasaan khawatir yang sejak tadi menyelimuti isi kepala dan perasaan Tae Woo. "Walaupun Jung Ki pria, jangan menganggap Jung Ki pria yang lemah, Tae Woo."

"Karena jika kau menganggap Jung Ki lemah, kau akan sulit menyadari apa yang sebenarnya Jung Ki berusaha berikan padamu. Percaya padaku," minta Yoon Seok pada Tae Woo agar pria itu lebih membiarkan Jung Ki berekspresi bebas dan tidak memperlihatkan kekhawatirannya pada pria itu.

"Aku mengkhawatirkannya karena aku mencintainya!" Tae Woo memberi pernyataan jauh lebih mendasar agar Yoon Seok memberi sedikit celah untuk dirinya berbicara pada Yoon Seok mengenai Jung Ki semakin jauh.

"Aku juga mengkhawatirkannya." Yoon Seok menjawab dengan rasa khawatir yang sama yang Tae Woo tunjukkan pada Jung Ki juga. "Tapi aku tidak mencintainya," sambungnya lagi, Tae Woo tertawa kecil menyadari jika Yoon Seok memang sudah seharusnya tahu batasan dan mendengarkan apa yang Yoon Seok lakukan untuk Tae Woo.

"Diamlah, Kak." Kesal dengan celotehan Yoon Seok karena tidak serius dengan caranya berbicara pada akhirnya Tae Woo kembali berbicara dengan serius.

"Baiklah."

"Aku tahu perasaan khawatirmu terhadap pria yang kau cintai, tapi kau harus tahu batas wajarnya. Jung Ki masih bisa berjalan dan bekerja, itu masih menjelaskan jika pria itu baik-baik saja." Yoon Seok terus menjelaskan pada Tae Woo jika Jung Ki masih baik-baik saja walaupun luka di wajahnya tidak lebih sedikit dari yang terakhir kalinya.

Dan itu menjelaskan juga jika Yoon Seok huga sama khawatirnya pada Jung Ki apa yang Tae Woo khawatirkan.

"Kak," panggil Tae Woo kali ini ingin meminta lebih. "Kenapa?"

"Apa kau menanyakan tentang masalalunya? Aku ingin tahu sekarang," celetuk Tae Woo meminta pada Yoon Seok mengenai masalalu pacarnya untuk mendapat infomasi tambahan saja. "Sudah ku bilang sebelumnya bukan? Aku tidak bisa mengatakannya, aku tidak ingin menghancurkan pertemananku dengan Jung Ki hanya karena sebuah infomasi yang kau inginkan," jawab Yoon Seok pada Tae Woo karena pada dasarnya keduanya memang memiliki batas-batas privasi mereka masing-masing. Tapi mereka masing-masing saling membutuhkan.

"Kak, kau dengannya berteman sangat lama," keluh Tae Woo seperti kehabisan akal karena dirinya sama sekali tidak bisa menemukan jalan lain selain meminta Yoon Seok bertanya pada Jung Ki atau pria itu sendiri yang akan memberitahu pada Tae Woo.

"Karena itu aku tidak bisa melakukannya Tae Woo." Terlihat sangat jelas dimana Tae Woo menghela nafasnya berat karena dia sama sekali tidak bisa mendapatkan apa yang dia tunggi-tunggu setiap saat. "Pria itu menyukainya," ucap Yoon Seok kengatakannya lagi.

"Dan, aku ada pesan dari Jung Ki untukmu," ucap Yoon Seok bersedia sebagai perantara antara Tae Woo dengan Jung Ki. "Kau tahu mengenai ponsel yang tidak dibawa oleh Jung Ki kan?" Tae Woo terdengar menjawabnya dengan deheman kecil karena pria itu tahu.

"Jung Ki akan menjawabnya jika dia sudah pulang dari tempatnya bekerja," balas Yoon Seok memberi sebagian infomasi milik Jung Ki agar Tae Woo tidak salah paham dan banyak berpikir negatif tentang Jung Ki.

"Kau ingin mengirim pesan padanya?" tanya Yoon Seok terlihat dia tahu jika Tae Woo bukan pria yang bisa bertahan tanpa menghubungi seseorang termasuk Jeon Jung Ki. "Tentu, apa kau meninggalkan ponsel yang selalu ku beli untuk Jung Ki untuk kepentungan mendesak? Bukankah kau memberikannya padanya?" tanya Tae Woo terlihat mengingat apa yang dia simpan dan titipkan pada Yoon Seok untuk itu.

Dan sekarang adalah harinya.

"Jung Ki mengatakan padaku jika dia akan mengembalikannya nanti malam, berkirim pesanlah dengan nomor dan ponsel yang kau titipkan padaku, aku memberinya padanya tadi," jelas Yoon Seok memberi titipan pesan yan Tae Woo berikam pada Jung Ki dan Jung Ki berikan pada Tae Woo.

"Sialan kau Kak," celetuknya yang saat itu mennadi sangat terkekeh mendapatkannya. "Aku baik padamu, Tae Woo." Yoon Seok bahkan tahu apa yang dia lakukan untuk kedepannya tanpa Tae Woo katakan.

Mungkin saja pria itu sudah melupakan ponsel yang sudah Yoon Gi pegang hampir dua tahun lebih.

"Terimakasih banyak, Kak Yoon Seok. Kau adalah malaikat mautku," candanya membuat Yoon Seok memutar bola matanya malas. "Kau meminta padaku untuk membunuhmu atau apa?" tanya dengan suara datar dari mulut Yoon Seok yang saat itu membuat Tae Woo terkekeh kecil. "Aku hanya bercanda, Kak." Yoon Seok memutar bola matanya malas.

"Bercandamu tidak lucu, bodoh!" Selesai memaki Yoon Seok langsung mematikan sambungan telefonnya dengan Tae Woo karena ada seseorang yang mengetuk kaca jendela mobilnya. "Permisi tuan," sapanya pada Yoon Seok yang saat itu membuat pria itu menganggukkan kepalanya pelan.

"Kau tidak menjalankan mobilmu hampir sepuluh menit yang lalu, apa ada masalah dengan mobillmu, tuan?" Pertanyaan itu ternyata keluar dari pria berbadan tinggi, dengan helm yang dipakai di kepala, pakaian kepolisian yang lengkap berserta dengan kedudukannya yang terlihat jelas dipakai dengan rapi.

"Tuan maafkan aku." Yoon Seok memperlihatkan riwayat panggilan sebelumnya saat sedang berbicara dengan Tae Woo. "Aku mengangkat panggilan telefon lebih dulu," jawab Yoon Seok membuat pria tadi tersenyum dan pamit pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Yoon Seok menghela nafasnya lega menyadari apa yang dia dapatkan adalah sebuah teguran jika dia tidak perlu mengangkat telefon saat sedang berkendara dan menepi jika pria itu adalah Kim Tae Woo.

Tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi dengan Yoon Seok Tae Woo memilih mengirim pesan pada ponsle baru pacarnya yang saat ini sedang membawa ponsel miliknya. Pria itu mengirim pesan lebih dulu untuk memulainya.

/Bagaimana keadaanmu, apa kau sudah baik-baik saja?/

Tae Woo hanya menayakan keadaan Jung Ki, pria itu hanya membutuhkan kabar dari pria manisnya, dan setelahnya semuanya akan berjalan lebih baik dsri sebelumnya.

Benerapa pesan masuk muncul berkali-kali dari Jung Ki, sekarang hati Tae Woo menghangat karena hal itu.

/Kak Tae Woo, terimakasih makanan spesialnya./

/Apapun yang Kak Yoon Seok bawakan padaku melalui titipan dari Kak Tae Woo, semuanya terimakasih. Aku sangat menyukainya, lebih dari apapun./

/Jangan khawatirkan lukaku, ini hanya luka kecil. Pria sepertiku mendapat luka bukankah sudah menjadi hal biasa?/

/Seharusnya Kak Tae Woo lah yang menjaga diri Kak Tae Woo sendiri, jangan sampai terluka Kak Tae Woo. Karena aku mencintai Kak Tae Woo./

"Sialan," kesal Tae Woo menyadari jika apa yang Tae Woo dapatkan sekarang adalah sikap manis dsri Jung Ki yang tidak Tae Woo harapkan seperti sebelumnya. "Bagaimana bisa dia tidak marah dan memilih mengatakan hal lucu dan mengemaskan seperti ini," keluhnya kali ini, Tae Woo mengetik beberapa pesan untuk Jung Ki hanya untik menanyakan hal lain juga.

/Aku tidak bisa terluka, karena jika aku terluka, semua itu akan sembuh olehmu. Maafkan aku./

/Kemarin aku sibuk di kantor, dan aku sama sekali tidak bisa datang ke kafe. Aku bangun terlalu siang, dan sejak tadi pagi pun aku merindukanmu. Maafkan aku./

/Aku mencintaimu, Jeon Jung Ki./

Selesai mengirim beberapa pesan balasan Tae Woo kembali mendapat balas kecil dari Jung Ki karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi sekarang.

/Aku akan mengembalikan ponsel ini nanti malam, bolehkah aku bertemu dengan Kak Yoon Seok lagi?/

/Sejujurnya aku merindukanmu dan ingin mengembalikan ponsel ini padamu, tapi sekarang bukankah bukan waktu yang tepat untuk bertemu?/

/Terimakasih karena itu, Kak Tae Woo./

Kim Tae Woo menghela nafasnya berat, matanya melirik ke jam dinding dimana sekarang dirinya hanya bisa bekerja lebih banyak dan tidak bisa pergi kemanapun setelah dia pergi dan setengah hari full khawatir pada Jung Ki.

/Jeon Jung Ki, jika kau membutuhkan apapun katakan saja padaku./

/Jika kau ingin sesuatu, katakan padaku./

/Aku hanya ingin memberi apa yang kau inginkan sebagai seorang pria, kau selalu diam setiap aku mengatakan ini. Bisakah untuk kali ini aku mendapatkan apa yang kau mau? Mintalah satu permintaan saja yang membuatku merasa dibutuhkan, Jung Ki./

Tae Woo menelan ludahnya sukar, selama berpacaran tiga tahun dengan Jung Ki Tae Woo sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memberikan sesuatu setidsknya barang atau apa yang Jung Ki inginkan selama pria itu hidup bersama dengan hubungan yang Tae Woo dan Jung Ki jalani.

Pesan masuk terlihat dari notifikasi. Kali ini Tae Woo membacanya dengan suaranya.

"Aku hanya mau kau bahagia bersama denganku, Kak Tae."

Shit!

Saya menulisnya bukan, berarti saya melakukannya, baca hanya untuk happy-happy saja kakak!!!

sakasaf_storycreators' thoughts
Next chapter