webnovel

202.) Special

Ku jawab saja pertanyaan bu Kirin begini.

"Aku bolos waktu itu bu" ucap ku

Brak!!

Meja di depan ku di geprak

"Jika aku bukan walimu aku tidak akan mau seperti ini, kamu jadi anak yang nakal besar mu mau jadi apa, aku tau kamu merokok, minum, main wanita tapi ibu minta tolong sedikit saja peduli akan masa depan mu juga" ucapnya sambil marah

Aku diam saja sambil menundukan kepala.

"Sekarang tulis ini, lalu minta persetujuan ibumu" ucap bu Kirin sambil memberikan kertas untuk mengisi universitas yang akan ku tuju

Ku tulis langsung.

Pilihan pertama

Universitas Tokyo ~ Management

Pilihan kedua

Universitas Tokyo ~ Ekonomi

Pilihan ketiga

Universitas Tokyo ~ Seni Rupa

.

"Jangan bercanda!" teriak bu Kirin lagi karena melihat pilihan ku

Ku ganti saja jika begitu.

Universitas Shinomiya ~ Mangement

Universitas Shinomiya ~ Seni Rupa

Universitas Shinomiya ~ Teknik Informatika

.

"Universitas baru di Miyagi itu?" bu Kirin bertanya padaku

"Yap bu" balas ku

"Kamu yakin?" tanya bu Kirin

"Tidak"

Muncul perempatan di dahi bu Kirin.

Ia menghela napas panjang

"Apa alasan mu memilih universitas ini, ini terbilang universitas baru, baru lulusan kakak kelas mu, universitas itu akan buka pendaftaran, artinya jika kamu mendaftar di situ kamu akan ikut generasi ke 2 nya, sebagai guru aku tidak akan memberikan rekomendasi mu ke sana, sebab akreditasinya past mulai dari C"

"Ibu salah, dari informasi yang ku dengar, pemiliknya Haruka Shinomiya, ia meminjam izin untuk mengubah universitasnya jadi A selama 3 tahun, lalu selepas itu akan ada inspeksi dari Jepang soal akreditasi terbarunya, jadi aku ingin menjadi salah satu mahasiswa di sana yang berperan dalam pengembangan universitas" ucap ku

"Eh benarkah?" sensei malah tidak tau

"Iya benar, aku dapat spoilernya" balas ku

"Kamu dapat dari mana?"

"Dari pemiliknya"

"Hah?" bu Kirin bingung

"Tapi aku kemungkinan juga tidak kuliah sih bu, uang saja tidak ada, peringkat ku saja terbawah juga" ucap ku

"Kamu jangan insecure seperti itu, ibu sudah menyiapkan informasi beasiswa untuk mu jika kamu mau mengambilnya" balas bu Kirin lalu mengambil beberapa berkas beasiswa, ada beasiswa dari universitas, dan beasiswa dari luar universitas, seperti Shinomiya group, Honda, dan Tv 2.

Ku terima brosur beasiswanya.

"Ini boleh ganda menerimanya?" aku bertanya

"Untuk yang beasiswa full 4 tahun tidak bisa, namun jika satu tahun bisa, tapi ganda di sini artinya kamu mencadangankan dana beasiswa ke dua di tahun ke dua, artinya sama juga dengan yang full, cuma kamu punya cadangan dulu" balas Kirin sensei

"Aturannya apa saja jika ingin dapat full beasiswa"

"Tergantung, jika kamu ikut yang Shinomiya group, beasiswa mu bisa besar, selain gratis kuliah, kamu bisa dapat uang saku, namun itu hanya berlaku di universitas mereka saja, cara mendapatkannya juga terbilang lumayan susah menurut ku, peserta harus ikut test masuk universitas, lalu tes lagi daftar beasiswa, tapi jika lulus bukan main sih dananya"

"Lalu ada beasiswa tidak mampu, asal kamu mengumpulkan data mu, sensei yakin kamu lolos, tapi bukan di universitas Shinomiya ataupun universitas swasta, adanya hanya di universitas negeri" sambungnya

"Lalu apa ada tuntutan untuk bisa mempertahankan beasiswa?" tanya ku

"Ada, ip minimal 3,2, tapi yang Shinomiya sih tidak ada, jadi asal sudah lolos tes, absen bagus, beasiswa bisa cair terus, oh tapi di sini tertulis jika bisa ikut memajukan universitas" balas sensei

"Ya sudah aku ikut di Shinomiya group saja" ucap ku dengan yakin

"Kamu bilang dulu ke ibumu, apa dia setuju tidak, itu di Miyagi loh universitasnya, jarak jauh, 5 jam menggunakan shikansen

"Ga masalah sih bagiku"

"Kamu tidak, tapi bagaimana ibumu"

"Ya ku tinggal di sini" balas ku

"Hmmzzzz, begini saja khusus untuk hari ini ku izinkan kamu pulang, minta izinnya, sebabnya data ini terkahir besok di kumpulkan"

"Oke" balas ku dengan cepat karena bisa bolos pelajaran

.

Aku langsung pulang.

Jam 8 sampai rumah, namun ibu masih tidur.

Aku masuk ke kamarnya, ku lihat wajah lelahnya.

Note : ibu Haruka kerja di dua tempat yang berbeda.

"Ibuku memang cantik" pikir ku

Ki dekatkan kepala.

Cuph

Ku cium pipinya karena gemas.

.

Karena belum bangun juga, lanjut saja ke bibinya.

"Sadar Haruka sadar!!" teriak diriku dalam hati

Aku langsung menjauh dari ibuku.

.

Atur napas dan atur nafsu

Aku mendekat lagi dan ku goyangkan pundaknya.

"Ibu bangun, aku mau bicara" ucap ku

Ia perlahan membuka mata.

Mata merah karena belum cukup tidur.

Ia menengok jam.

"Kamu tidak sekolah, Haruka kun?" itulah pertanyaan yang keluar dari mulutnya

Mak deg.

Perasaan bersalah muncul, prioritas hidupnya hanya untuk ku ternyata.

"Bangun dulu, sarapan lalu aku mau cerita sesuatu" balas ku

"Baiklah, ibu mau mandi sekalian saja, kamu keluarlah dulu"

.

Aku keluar ke dapur, memanaskan masakan ku tadi untuk ibuku sarapan.

.

15 menit berlalu.

Ibu keluar dari kamar mandi dengan kaos biasa.

"Wahh baunya enak, kamu yang memasak ini?" tanya ibuku

"Iya, duduklah dulu bu akan ku siapkan sarapannya" balas ku

Ia duduk, lalu ku siapkan satu set makanan, ya walaupun lauknya hanya satu.

"Makanlah dulu, aku mau mencuci piring" suruh ku

"Eh tidak usah, biar ibu saja nanti setelah bekerja"

"Tidak masalah, santai saja, aku juga agak longgar ini"

.

20 menit berlalu, ibu sudah selesai makan, ku ambil peralatan makannya lalu ku cuci juga.

.

Selanjutnya aku ikut duduk.

Ku buka tas, ku serahkan pilihan universitas dan brosur beasiswa dari Shinomiya group.

"Aku ingin kuliah bu, aku berniat sekolah di sana, dan mencari beasiswa di sana juga" ucap ku

"Universitas ini di mana?" ibu bertanya

"Di Miyagi bu" balas ku

Ibu kaget dan ada perasaan yang tak suka di hatinya.

"Kenapa kamu memilih di sana?" tanya ibuku

"Aku ingin mencoba saja, sebab tawaran di sana yang paling menarik, sekolah swasta namun baru buka juga tahun ini, ada beasiswa gartis kuliah dan uang saku sebanyak 100 - 300 rb yen per semester tergantung peringkat saat test beasiswa"

"Apa universitas di sini tidak ada?"

"Sebenarnya tadi aku menulis di universitas Tokyo, tapi Kirin sensei tidak percaya dan akhirnya ku ubah saja ke situ"

"Ibu sebenarnya mengizinkan saja, tapi bagaimana hidup mu di sana nantinya?"

"Di sana ada asrama khusus penerima beasiswa, jadi aku bisa tinggal di sana"

"Lalu makan mu?, kamu tau kan uang ibu hampir tidak cukup jika untuk mengirimkan uang nantinya"

"Hutang ibu, biaya apartemen, dan tagihan berapa memangnya bu?" tanya ku

"Emmm kamu tidak perlu tau itu" balasnya

"Jawab saja bu, mulai hari ini aku akan kerja part time untuk membantu melunasi hutangnya dulu"

"Sudah ibu bilang, kamu tidak usah memikirkan itu, biar ibu saja"

"Ibu jangan seperti itu, aku sebagai anak sungguh prihatin dengan jam kerja mu, berangkat jam 9 pulang jam 4, lalu berangkat kerja lagi jam 8 malam sampai jam 4 dini hari, biarlah aku anak mu ini membantu mu memikul beban mu" ucap ku dengan sungguh sungguh

Ibuku menangis.

"Aku tau ibu lelah, ibu pusing memikirkan masa depan ku, ibu rela mengorbankan kebahagiaan ibu hanya untuk ku, aku harap ibu mau mengerti itikad baik ku ini" ucap ku

Ia menghapuskan air matanya.

"Sebenarnya ibu tidak pernah berhutang, cuma ayahmu saja yang meninggalkan hutang atas nama ibu, ia meminjam uang sebanyak 5 juta yen, sekarang hutang itu sudah berbunga sebanyak 6,8 juta yen, ibu baru membayar 800 rb yen, apartemen per bulan 20 rb yen, lalu tagihan air dan listrik serta wajib pajak 10 rb yen, yang paling memberatkan ibu adalah hutangnya sebenarnya" ucapnya

Aku kaget sih saat mendengar hutangnya.

"Akan ku bantu" ucap ku

"Ibu mempersilahkan jika begitu, namun ibu juga tidak akan bergantung padamu, kewajiban mu sekarang adalah sekolah saja yang pintar" ucapnya

.

.

Ibu mentanda tangani pilihan universitas ku, lalu aku kembali ke sekolah, tapi di perjalanan aku mampir dulu ke tempat peralatan sekolah, beli cat air murah untuk melukis.

1200 yen ku keluarkan.

.

Setelah dapat, barulah melanjutkan ke sekolah.

Menyerahkan berkasnya ke bu Kirin dulu, barulah masuk ke kelas.

Sekarang pelajarannya Suzu sensei, mapel sastra.

"Permisi sensei, saya izin masuk dan ikut pelajaran" ucap ku sambil menujukan kertas perizinan dari Kirin sensei

Ia menerima kertasnya, lalu di baca.

"Baiklah, silahkan duduk" ucapnya

.

Aku duduk dan fokus ke pelajaran.

Semuanya menatap ku dengan pandangan tak percaya dengan apa yang terjadi sekarang.

.

.

Pelajaran berakhir, ganti dengan Fisika.

.

Test harian, dan aku belum belajar sama sekali.

Guru membagikan soal.

.

Ku lihat soalnya, ada 20 soal, jawabannya menggunakan rumus semua.

"Mantap sekali ini" ucap ku dalam hati

Kimia sih oke, tapi jika fisika, duh sesat.

Tapi karena aku punya ingatan sebagai Kido, ya lumayanlah fisika bisa lancar.

.

.

1 1/2 jam pelajaran waktunya, lalu istirahatnya di undur nanti.

Note : sebelum istirahat pertama ada 3 sesi mapel, tadi sastra sudah dua.

.

Mengerjakan dengan tenang dan santuy.

Waktu berlalu hingga pengumpulan jawaban.

Dari 20 soal paling yang ku jawab 19 soal.

.

Guru membagikan lagi jawaban siswa, yang artinya langsung di cocokan.

Semuanya mengeluh karena soalnya terlalu susah.

"Oi kamu, apa soalnya memang sesusah itu?" tanya ku tidak sadar diri pada Usho

"Susah minta ampun, aku saja hanya bisa menjawab 7 soal" balasnya

"Loh kamu bodoh ya?" tanya ku lagi

"Ehh memangnya kamu bisa menjawab satu pertanyaannya!!"

"20 ku jawab semua" balas ku

"Heee!!!"

.

Waktu mencocokan tiba.

Guru menuliskan jawaban beserta cara dari 1-20.

.

.

.

"Baiklah, yang namanya ku sebut, yang memegang menyebutkan nilainya ya, lalu yang nilainya kurang dari 70, harus ikut remidial" ucap Sensei

.

Absen

1. 45

2. 25

3. 20

.

.

.

Hingga Haruka si absen 23.

"95" ucap seorang siswi yang aku tidak tau namanya

"Ara, mengejutkan sekali" ucap sensei

"Ehhh!!!" teriak semuanya karena sampai diriku belum ada yang lulus kkm.

Guru menuliskan hingga akhir, hanya aku dan si Yumi yang lulus kkm, itupun dia nilainya 70.

.

"Baiklah, untuk Haruka, sensei tidak tau cara belajar mu bagaimana, tapi sensei ucapkan selamat"

Note : sensei menjamin bahwa Haruka itu tidak curang, ia tidak membuka contekan dan kelas ini adalah kelas pertama yang tes, jadi tidak mungkin juga menghafalkan jawaban dari kelas lain.

"Terima kasih" balas ku

Setelah sensei pergi akhirnya istirahat.

Aku pergi ke ruang klub untuk melanjutkan menggambar ku.

.

Sendirian, tapi itu malah membuat ku bisa fokus.

.

30 menit berlalu, sketsa ku telah usai.

Tinggal di berikan warna lalu ku jual.

Ingin ku lanjutkan, tapi bel sudah berbunyi, jadi ya masuk ke kelas dulu.

.

.

.

Pelajaran sekarang adalah Matematika wajib dari Kirin sensei.

"Haruka kamu masih punya tanggungan 5 test padaku, kapan kamu mau mengerjakannya?" sensei bertanya padaku

"Sekarang bisa sensei, langsung semuanya saja" balas ku

Sensei agak kaget.

"Oh, menarik, tapi jika kamu memilih semuanya waktunya tetap sama 2 jam pelajaran, kamu yakin?"

"Yakin sensei" balas ku

Semuanya ku buat kaget lagi, sebab mereka tau bahwa ujian Kirin sensei adalah yang tersusah.

Aku maju ke depan untuk mengambil soal.

"Kerjakan sendiri di perpustakaan atau di ruang guru boleh juga, ponsel mu mana?" tanya sensei

Ku serahkan ponsel.

"Sekarang kerjakan sana"

"Baik sensei"

.

Aku keluar kelas, lalu pergi ke ruang guru.

"Ada apa nak?" tanya seorang guru padaku

"Saya ikut test susulan, Kirin sensei menyuruh saya mengerjakan di mejanya" balas ku

"Oh, di sana meja Kirin sensei, kerjakan dengan tenang ya, jangan mengganggu guru yang lain"

"Baik pak" balas ku

.

Jalan menuju meja Kirin sensei, di sampingnya ada Maya sensei(guru fisika) yang sedang makan.

"Permisi sensei" ucap ku padanya

"Ada apa Haruka kun?" balasnya

"Aku mau duduk di bangkunya Kirin sensei, aku ada tes susulan"

"Oh, silahkan silahkan"

.

Duduk lalu mulai mengerjakan.

Aku di amati oleh Maya sensei dengan teliti.

"Apa ada masalah sensei?" tanya ku karena tak enak saja di pandangani begitu

"Kamu mengerjakan sampai 5 test?" tanyanya

"Iya"

"Berapa jam?"

"2 jam pelajaran" balas ku

"Eh, bukannya terlalu singkat?"

"Tidak, ini materi lama jadi aku bisa dengan mudah" balas ku

"Coba sensei lihat soalnya"

Ku serahkan soal test pertama.

"Wow, kamu bilang ini mudah, kamu memang pantas sih dapat nilai 95 tadi" ucapnya

"Sensei bisa saja, tadi aku mengerjakan sebenarnya tidak yakin, 95 hanya kebetulan"

"Jangan rendah diri begitu, kamu bisa karena kamu belajar, dah ini sensei kembalikan, ku doakan semoga kamu bisa dapat nilai sempurna"

"Oke"

.

20 menit, test pertama selesai, 15 menit kedua selesai, 20 menit yang ketiga selesai, 10 menit yang ke empat selesai, waktu tinggal 11 menit.

Test kelima lumayan susah, namun ku usahakan saja.

Saat sudah bel aku belum selesai sebenarnya, namun jawaban sudah terisi 24, tinggal satu soal lagi.

"Angkat tangan anda Haruka, waktu telah usai" ucap Kirin sensei yang ternyata sudah di depan mejanya.

"Hehe, sebenarnya kurang satu soal saja sensei, tapi ini hasil ku" ucap ku sambil menyerahkan kertas jawaban

"Eh, kamu beneran kurang satu soal? gak satu test?" tanyanya

"Iya kurang satu soal saja, di tes ke 5"

"Jika begitu, kerjakan saja dulu, sensei beri tambahan waktu 2 menit"

"Baiklah" balas ku.

Sensei melihat cara ku mengerjakan.

Aku menggunakan cara rumus singkat ala anak olimpiade sains, jadi aku bisa mengerjakan dengan cepat.

"Kamu tau rumus itu dari mana? Bukannya sensei tidak pernah mengajarkan seperti itu"

"Aku belajar rumus yang di pakai di olimpiade sains sensei, caranya lebih mudah dan rumusnya singkat, tapi aku juga tau kok rumua panjangnya, cuma kan sekarang waktunya mepet, jadi ku pilih rumus yang ini" balas ku

"Kamu tertarik ikut olimpiade matematika?" sensei bertanya

"Hahahaha, sensei bisa saja, anda tidak salah kan menawarkan kesempatan itu pada anak terbodoh se sekolah?"

"Tidak ada anak yang bodoh, adanya malas, lalu bodoh itu relatif juga, sensei rasa kamu sudah berubah, apa kamu sudah memikirkan bagaimana masa depan mu nanti memangnya?" tanyanya

"Bukan masa depan, tapi begini orang tua ku ternyata banyak hutang, jadi aku sebagai anak yang dulunya selalu menyusahkan ingin meringankan bebannya" ucap ku

"Wah menarik ini" pikir Kirin sensei

Ia mengambil bangku Maya sensei lalu mendekat padaku.

"Hutang orang tua mu berapa memangnya?" tanyanya

"6 juta yen sekarang, niatnya aku mau kerja part time untuk membantunya membayar hutang, jadi jika sensei beneran mau menawarkan ku kursi olimpiade aku sepertinya harus menolaknya dulu" balas ku sambil mengerjakan

"Banyak juga ya, memangnya untuk apa uang itu"

"Entahlah, aku juga tidak tau, tapi itu hutang peninggalan ayah ku, dan ini sensei aku sudah selesai mengerjakan" ucap ku sambil menyerahkan jawaban test terakhir.

"Ini 1 menit belum ada loh"

"Gpp gpp, aku sudah selesai soalnya, jika begitu aku pamit ingin istirahat dulu" ucap ku

"Eh tunggu sebentar" ucap sensei

Ia mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan uang sebanyak 5000 yen.

"Ini untuk mu, sensei rasa dengan hutang sebanyak itu, pasti kamu tidak bisa mendapatkan uang jajan yang banyak juga kan, semoga bisa membantu"

"Eh, tidak usah sensei" ucap ku menolaknya

"Tidak usah di tolak, aku sebenarnya juga tidak sebaik ini, cuma aku ingin membantu mu saja"

"Hmm, baiklah akan ku terima, terima kasih sensei" ucap ku

"Sama sama"

.

Aku keluar sementara si sensei mulai cek jawaban ku.

Maya sensei datang.

"Si Haruka sudah kembali?" tanyanya

"Sudah, kenapa memangnya?"

"Ah, kamu ini sebagai guru kejam juga ya, memberikan test sebanyak itu waktunya cuma 2 jam pelajaran"

"Aku sudah mencegahnya, tapi ia bersikeras mau semuanya langsung"

"Lalu bagaimana hasilnya?"

"100 untuk dua tes awal, sisinya masih ku cek ini"

"Tunggu, ia berhasil mengerjakan berapa?"

"Semuanya" balas Kirin sensei

"Ehhhh, bukanya test mu terdiri dari 20-30 soal?"

"Iya, tapi ia pintar juga sih, menggunakan rumus singkat, jika di kelas ini mungkin di salahkan, namun karena aku sendiri yang mengecek ya ku betulkan"

"Rumus singkat?"

"Rumus yang biasanya di gunakan dalam olimpiade sains"

"Wow hebat juga, padahal rumus singkat itu jika salah di cara susah kelihatan, tapi ia bisa dapat nilai penuh, kurasa ia akan ku rekrut ke olimpiade sains fisika april nanti" ucap Maya sensei

"Dia pintar di matematikan bukan fisika bung"

"Ia dapat nilai 95 di test, sementara yang lain cuma 70 ke bawah, kurasa Haruka berbakat di fisika"

"Kimia lah bidangnya" ucap pak guru kimia

"Eh" Kirin sensei dan Maya sensei kaget

"Haruka mampu mengerjakan soal yang sebenarnya untuk anak olimpiade kimia nasional, cara mengerjakan juga kurang dari 1 menit yang seharusnya di kerjakan dalam 2 menit, jadi aku pikir kimia lah bidangnya" ucap pak guru kimia

.

Hachuu!!

"Apa ada yang sedang merindukanku ya" pikir ku

Beli roti dan susu di kantin, lalu ku bawa ke ruang seni untuk melanjutkan melukis.

.

Disana sudah ada Yatora yang sedang merenung sekarang di pojokan.

Ku datangi dirinya.

"Elu habis menghamili pacar lu ya, makanya depresi?" tanya ku

"Tanya yang bener bangke!" teriaknya

"Hahaha, lalu elu habis nyuri uang pasti" ucap ku

"Bukan, aku sebenarnya sedang susah sekarang, aku ingin kuliah di jurusan seni, namun biayanya terlalu mahal, orang tua ku tidak mampu bayar, sebenarnya bisa di universitas negeri, namun jurusan seni rupa yang termurah juga ada di universitas Tokyo, susah di ujian masuk" ucapnya

"Lah lah, aku yang tidak mungkin bisa sekolah karena tidak ada dana biasa saja, kan di univ itu ada yang namanya beasiswa, nah kamu konsultasikan saja ke guru soal itu" kata ku

"Oh benar juga, dimana kampus tujuanmu?" ia bertanya

"Di Shinomiya, universitas yang akan buka bagi lulusan tahun ini, biayanya mahal sih tapi kurasa akan sepadan" balas ku

"Barapa kok mahal itu?"

"300 - 500 rb yen per semester" balas ku

"Huh lebih mahal daripada Tokyo"

"Mahal tapi benefitnya gak main main, universitas itu bekerja sama dengan Shinomiya group, you know Shinomiya group kan?" tanya ku

"Apa perusahaan besar?"

"Lah rupanya belum tau kamu"

Ku buka google.

Di pencarian ku tulis Shinomiya group.

Lalu ku scroll.

Shinomiya Group mengakusisi Amazon Inc sebagai perusahaan perdagangan online terbesar di dunia sejak 31 Desember, sebab ownernya Haruka Shinomiya memiliki saham lebih dari 70% di sana.

Shinomiya group bekerja sama dengan Tesla, Berkshire, dan Honda, dalam peluncuran perusahaan barunya yaitu Yell Phone.

Lalu.

Peringkat perusahaan terbesar di dunia di pegang oleh Shinomiya group secara keseluruhan.

.

"Gimana bung, perusahaan sebesar itu apa tidak membuat mu ngiler jika jadi lulusan di sana, yang ku yakini sih jika lulus dari univnya, apalagi lulusan baru, pasti akan di tempatkan di perusahaan utamanya" ucap ku

"Tapi biayanya itu loh"

"Ya kita kerja part time di sana kan bisa, katanya perjam kerja di sana itu 1400 yen loh, lebih tinggi dari kerja di tokyo ini" bisik ku

"Eh benarkah?"

"Iya beneran"

"Aku apa bisa ikut dengan mu jika begitu? Ya kamu tau kan aku jika bepergian jauh agak khawatir"

"Pikirkan saja dulu jangan terburu buru ambil keputusan, aku sih mau saja jika kamu mau ikut" ucap ku lalu pergi ke depan lukisan ku

"Mau kemana?" tanyanya

"Melanjutkan melukis" balas ku

"Loh gambaran toh maksud mu"

"Itu sketsa saja, belum ku lukis sebabnya"

"Gambaran biasa saja, yakin di lanjut warna?"

"Iya, dengan warna gambaran biasa bisa jadi indah" balas ku

"Benarkah?"

"Lihat saja prosesnya, daripada banyak tanya" ucap ku dengan judes

"Oh baiklah"

.

Duduk lalu mulai melukis.

Tapi sebelum itu.

"Jangan komentar jangan bicara sampai aku berhenti melukis oke" ucap ku padanya

"Oke"

.

Campur warna biru dengan air hingga encer, lalu tuangkan semua ke cavas dengan acak.

"Eh apa yang Haruka lakukan" pikir Yatora

Ambil hairdryer lalu keringkan.

"Jangan bingung begitu bung, tanya saja jika ingin tau" ucap ku

"Kenapa kamu menuangkannya, apa dengan kuas tidak bisa?" tanyanya

"Aku ingin ambil warna natural dengan hairdryer, lihat saja, jika pakai kuas kamu akan membuat warnanya biasa saja, tapi dengan hairdryer ini kamu bisa membuat sisi tebal dan tipis dengan mudah, sehingga degradasi main dengan cantik" ucap ku sambil menunjukan salah satu hasilnya

"Keren, kamu tau teknik seperti ini dari siapa?"

"Di yt" balas ku

"Boleh ku coba?"

"Gak, lukisan ini mau ku jual, jadi harus murni hasil ku sendiri, jika kamu mau coba, cobalah dengan lukisan mu sendiri" balas ku

"Oke aku mau coba juga"

Ia mencoba dan malah fokus ke lukisannya, tapi biarlah malah lebih tenang jadinya.

Satu jam berlalu dan lukisan ku akhirnya selesai, cat air ku sudah habis separuh (maksudnya dari 12 warna sudah habis 6 warna)

.

"Ayo kembali ke kelas" ucap ku ke Yatora yang masih fokus

"Eh sudah masuk?"

"Belum, tapi kurang 5 menit lagi, mari basuh tangan dulu"

"Oh, oke"

Dia berdiri lalu ikut dengan ku ke tempat cuci tangan.

Namun saat Yatora melewati lukisan ku.

Whooss!

"Perasaan Candu?" pikir Yatora lalu pandangannya langsung fokus pada lukisan ku

Ia terdiam karena melihat lukisan seindah ini di depan matanya.

"Sangat Indah" ucapnya

"Oi ayo cuci tangan" ucap ku sekali lagi padanya

"Haruka, kamu beneran yang ngelukis ini?" tanyanya

"Tentu saja, indah bukan?" tanya ku dengan bangga

"Ini maha karya, ajarkan aku main warna seperti ini!!" teriaknya padaku

"Kamu apa belum tau caranya?" tanya ku

Ia menggeleng.

"Baiklah, nanti saat klub akan ku ajarkan"

"Eh tapi kan klubnya adanya besok"

"Ya sudah besok kan, apa masalahnya" ucap ku

"Oh ok oke"

.

Ku bawa lukisan ku ke kelas setelah kering.

Ikut pelajarannya bu Ike, pelajaran bahasa inggris wajib.

.

3 jam berlalu dengan b aja, sebab kami hanya berlatih vocabulary dan beberapa pola past tense.

Sudah pro sih diriku ini jika soal 16 pola tense, jadi it's so ez to me.

.

Jam 3 pulang, tapi aku di hentikan oleh Yumi si ketua kelas.

"Ada apa?" tanya ku

"Haruka kun, aku ingin mengajak mu belajar bersama jika bisa, aku kesulitan di fisika tadi" ucapnya

"Boleh saja, tapi dimana?" tanya ku

"Bagaimana jika di perpustakaan?" tanyanya

"Kapan?"

"Waktu Ini"

"Maaf, jika sekarang aku tidak bisa, aku ada urusan"

"Bisamu jam berapa?"

"Jam 5 sore"

"Baiklah saat itu saja"

"Tapi di mana?" tanya ku lagi

"Bagaimana jika di rumah ku?" tanyanya

"Eh, boleh saja sih, tapi apa tidak masalah mengundang anak laki laki ke rumah mu?" tanya ku

"Tidak masalah asal kamu tidak macam macam"

"Macam macam?" tanya ku menggodanya

"Pokoknya yang begituan, kamu sudah tau rumah ku?"

"Belum"

"Hmmm, dari rumah mu jalan ke utara 50 meter, kiri jalan rumah warna putih dengan halaman luas"

"Eh kita tetanggan?" tanya ku kaget

"Lah kamu baru nyadar atau gimana sih"

"Baru nyadar"

"Hmmzz"

Next!!!

Next chapter