webnovel

133.) Tersesat di Pulau Ingo

Kamis 20 Agustus

Kami sampai di Tokyo jam 4 pagi, aku dan Saki naik kereta cepat ke Miyagi, tepatnya Sendai, lalu naik kereta lagi ke dekat Shiratorizawa, terkahir naik taksi ke rumah.

Sampai rumah jam 10 pagi.

"Huh ini sangat melelahkan" ucap ku dan Saki sudah ko di atas kasur

"Lain kali tidak mau ke luar negeri aku" ucap Saki

"Haha kenapa tidak mau, sebenarnya seru loh, ya cuma melelahkan di perjalanan" balas ku

"Maka dari itu, lebih baik kita liburan dalam negeri saja, yang wisatanya bagus, perjalanannya juga tidak terlalu melelahkan" balas Saki

"Baik baik, segara istirahat, kita besok akan ikut ke Hokkaido bersama dengan keluarga ku" ucap ku

"Oke oke"

.

Di rumah kami hanya malas malasan, sebab tidak ada kerjaan juga.

.

Tanggal 21 Agustus.

"Sudah siap berangkat kan?" tanya Ayah

"Sudah" balas kami

"Lets go ke pelabuhan"

Note : keluarga Shinomiya akan berangkat ke Hokkaido menggunakan kapal pesiar, kata ibu sih coba coba, sebab jarang liburan dengan kapal.

Sampai di pelabuhan.

"Tiketnya kurang satu ya sayang?" tanya ayah ke ibu

"Masa, bukannya 7 tiket?" tanya ibu

Aku yang mendengar sudah agak khawatir ini.

"Beneran hanya 6 ini, apa mungkin ketinggalan di mobil?" tanya ayah

"Coba cek dulu" kata ibu

"Oke ok"

Setelah di cari dan tidak ketemu, akhirnya aku yang mengalah, aku naik kapal pesiar sendiri.

"Sampai ketemu di Hokkaido Haruka kun" teriak ayah

"Kalian orang tua laknat, membiarkan anaknya sedirian di sini!" teriak ku

"Sudah nikmati saja dulu" teriak Hiyori

"Hati hati sayang!" ucap Saki

"Huh nasib apa lagi ini" ucap ku tak suka

.

Aku ke loket tiket, dulu pesan untuk perjalanan ke Hokkaido, untungnya lagi tiket sudah terjual habis.

"Bangke bangke" gerutu ku

"Tuan, jika mau ke Hokkaido saya ada tiketnya kapal pesiar nomor 17, peron nomor 1 nanti jam 10 pagi, jika mau ini saya jual sesuai harga tiketnya" ucap seseorang kepada ku

"Boleh ku cek tiketnya dulu?" tanya ku

Ia menyerahkannya.

Ku lihat tanggal 21, waktu jam 10 beneran, harga 10 rb yen.

"Oke ku beli, tapi kenapa kamu menjualnya padaku?" tanya ku

"Keluarga ku mencegah aku pulang dulu, hemat uang katanya, namun karena sudah terlanjur aku agak bimbang" balasnya

"Oh, begitu rupanya, baiklah ini uang 10 rb yen, terima kasih ya" balas ku

"Sama sama tuan"

.

Ku telepon Saki bahwa aku sudah dapat kapal, perkiraan sampai jam 12 siang nanti.

.

Jam 10 pagi aku naik kapal, bersama dengan murid murid SMA dari Sendai mungkin, seperti mereka sedang liburan musim panas.

.

Di kapal ku duduk santai menikmati pemandangan di dekat moncong kapal, walaupun panas angin semilirnya sangat sejuk.

.

Jam 11 pagi.

Dregggggg

Suara kapal seperti menabrak sesuatu.

Semua penumpang segera menutup telinga sebab suaranya sangat mendengung dan keras.

Kapal mulai kehilangan kendali, langit berubah jadi hitam, ombak lautan jadi sangat ganas.

"Erere petualangan apa lagi ini" ucap ku sambil pegangan kursi tidur ku

"Segera selamatkan diri, cari petugas minta alat keselamatan!" teriak kapten dari speaker kapal

Semua penumpang menjerit ketakutan.

Kapal mulai miring, air sudah masuk ke dalam kapal.

"Gila gila ini serius!" teriak ku tak percaya, karena baru kali ini aku mengalami kecelakaan kapal

"Jangan panik segera berkumpul untuk mendapat pelampung keselamatan!" teriak petugas

Byur

Petugas itu terjun ke air setelah terhempas oleh ombak ganas, penumpang kembali teriak.

Aku segar mendekat mencari alat keselamatan.

"Tolong, tolong kakiku terjepit di sini!" teriak siswi namun tidak ada yang peduli

"Tunggu sebentar, aku mau ambil pelampung, kamu tahan dulu ya" ucap ku padanya sebab jika aku menyelamatkannya dulu belum tentu kita berdua selamat juga

Ku pergi ke bagian kantin, ku temukan dua pelampung yang masih tersisa.

Note : kapal sudah tenggelam 1/6 posisi kapal sudah mulai miring.

Ku ambil juga kapal darurat yang ku temukan di dekat pintu keluar.

Ku kembali ke siswi tadi, ia sudah pasrah akan hidupnya sepertinya, ia diam tak berdaya berharap aku datang menyelamatkannya.

"Hey sadar, jangan pingsan dulu" ucap ku padanya

Ia melihat ku, tangisan tak berhenti keluar.

"Tenang kapal akan segera tenggelam, ku pasangan dulu jaket keselamatan ini oke" ucap ku

Dia mengangguk.

Setelah ku pasangan, ku bongkat satu persatu kursi yang menjepit kakinya.

"Ok ku angkat kamu tarik keluar ya" ucap ku

"Oke, aku akan berusaha" balasnya

.

Setelah beberapa saat akhirnya bisa keluar juga.

Posisi kapal sungguh tidak menguntungkan diriku, karena aku di moncong kapal aku sekarang ada di posisi tertinggi tidak mungkin lompat sampai kapal benar benar tenggelam.

"Sekarang apa?" tanya siswi tadi

"Tunggu sampai tenggelam baru lompat ke dalam air" balas ku

"Baik" balasnya, sebenarnya ia sedang menahan kesakitan karena pahanya robek akibat kejepit tadi

"Tahan ya, sampai di daratan" ucap ku

"Baik" balasnya

.

Kapal sudah tenggelam, perahu karet sudah kukembangkan, aku masuk bersama dengan siswi tadi.

Setelah masuk segera ku tutup reseleting agar air tidak masuk ke dalam.

Ku lilitkan, luka siswi tadi menggunakan kain bersih dari kaos dalam ku.

"Tahan oke, mungkin rasanya sangat sakit" ucap ku

"Baik" balasnya

Ku kencangkan ikatannya.

"Kheee!" teriaknya

"Oke kamu hebat" ucap ku padanya

.

Aku duduk berjauhan dengannya.

"Terima kasih tuan" ucapnya

"Aku Haruka Shinomiya, kamu siapa?" tanya ku

"Aku Sanae Hanemi" balasnya

"Oke, hemat tenagamu jangan banyak bicara sebab kita tak punya makanan atau air di sini, dan entah kapan kita akan ke daratan" ucap ku

"Baik" balasnya

Note : perahu karet yang di tumpangi Haruka bentuknya bundar, dengan ada tenda di atasnya sebagai penutup.

Tiap detik ombak tak henti hentinya menerjang perahu kami, rasanya aku mau muntah, namun ku tahan sebab ada seorang gadis di dekat ku.

1 jam

2 jam

3 Jam

Entah berpaa lama terobang ambing di lautan lepas.

Hingga akhirnya ku rasakan kapal menyentuh sesuatu.

Ku buka reseleting tendanya, ku lihat hari sudah gelap dan kami terdampar di pulau entah apa namanya.

Kami langsung di sambut oleh temannya Sanae yang selamat.

"Keita!" teriak Sanae memanggil temanya

"Jangan keluar Sanae san, semak semak terlihat mencurigakan" ucap ku

"Apa maksudmu biarkan aku bertemu dengan teman teman ku" teriaknya

Note : Baca manga Ingoshima, baca di kiryuu oke, ah benar juga semua manga yang ku sarankan dari kiryuu, kecuali yang doujin.

"Hmm disana terlalu berbahaya" balas ku

"Apa?" tanyanya tak percaya

Note : Haruka melihat kilatan cahaya dari entah apa itu Haruka tak yakin, namun ia memperkirakan itu adalah senjata tajam, atau mata pisau mungkin.

"Kamu ikut dengan ku atau ikut mereka?" tanya ku

"Mari ikut mereka saja dulu siap tau mereka ada makanan yang bisa kita konsumsi" ucap Sanae

"Baiklah, aku ngikut kalau begitu" balas ku walaupun aku tetap menjaga kewaspadaan

"Ada air?" tanya ku

"Itu kami kumpulkan di dekat pohon" balas Kieta

"Ku minta sedikit ya"

"Ambil saja" balasnya

.

Ku berjalan sendiri, sementara sanae di tandu temannya sekolah.

Ku minum air botolan sedikit saja, yang penting dahaga hilang dan kerongkongan tidak kering.

Ku lihat ponsel di sini.

"Sial tidak ada sinyal juga" pikir ku

"Akkkkk lari!!!" teriak siswa siswa yang selamat

Ku mendekat, melihat apa yang terjadi.

Mereka sedang di kejar oleh penduduk asli dengan topeng seram di muka mereka.

Crash!!

Suara kepala terpenggal.

"Anjir ini gawat bangke, kenapa sih mereka cari gara gara dengan mereka!" pikir ku

"Lari ke sini woy!" teriak ku karena cahaya remang remang

.

Sensei yang telah tertangkap bisa membanting musuh saat terkunci, pedang salah satu penduduk terlepar padaku.

"Gunakan itu bunuh yang satu ini!" teriaknya padaku

"Oke oke" balas ku memegang pedang lalu lari ke arah penduduk itu

Crash

Tubuhnya ku potong jadi dua, menyilang di pundah hingga pinggang.

"Astaga tajamnya" pikir ku

"Bantu aku memutuskan tali ini" ucap sensei itu padaku

Ku potong tali yang mengikatnya.

.

"Terima kasih, mari kamu bantu aku selamatkan murid ku lainnya dulu, ku mohon" ucapnya

"Baik" balas ku

.

Satu persatu musuh kami tumbangkan namun hanya yang di pantai saja, sebab beberapa sudah kembali ke dalam pulau, membawa beberapa murid.

Kami berhasil menyelamatkan beberapa siswa laki laki, dan banyak siswi perempuan.

"Istirahat di goa saja" ajak ku

"Dimana?" tanya sensei

"Di dekat bukit itu" tunjuk ku

"Baiklah mari kesana" balasnya

Kami semua pergi ke goa, di sana sudah ada beberapa siswa dan siswi yang selamat juga ternyata.

Aku duduk di pojokan, merilekskan otot ku sebab dari tadi hanya bertarung dan bertarung saja, untung mental ku kuat saat melihat aksi berdarah.

"Kamu hebat, sepertinya kamu bukan murid ku, darimana asal mu?" tanya sensei

"Dari Karasuno, Haruka Shinomiya" balas ku

"Eh kamu berarti yang ikut lomba nasional dan menang dalam cabang voli dan lompat jauh itu ya?" tanya sensei

"Benar sekali"

"Kamu dapat ilmu mengayunkan pedang dari mana?" tanyanya

"Insting saja sih, yang penting cepat agar tidak di sayat musuh duluan" balas ku

"Owh begitu rupanya, terima kasih banyak atas bantuannya, kamu ikut berperan dalam kesempatan nyawa yang lain"

"Sama sama" balas ku

.

Banyak perselisihan antar orang sekarang, mereka kelaparan dan kehausan.

Dua orang pergi ke dalam goa mencari air.

30 menit berlalu mereka tak kembali, ku susul mereka atas izin sensei dulu, dengan membawa pedang untuk jaga jaga.

Setelah berjalan kira kira 15 menit akhirnya ku temukan mereka berdua, namun mereka sedang telanjang bulat, si wanita menolak dan menolak namu si pria terus memaksa.

"Astaga kondisi seperti ini masih pengen ngewe" pikir ku

Ku hampiri mereka berdua, ku pukul tengkuk yang laki lakinya agar ia pingsan.

Segera ku suruh siswi itu memakai pakaiannya, ada air di dalam botol ku minum sedikit lalu berikan pada wanita tadi.

"Huh untung saja masih sempat" ucap ku

"Terima kasih" balas wanita tadi

"Kamu apa menuruti perintahnya sebab pria ini memberikan air minum?" tanya ku

Ia mengangguk.

"Huh, lain kali jangan seperti itu, tubuhmu terlalu berharga daripada sebotol minum, jika haus minta ke sensei, biar lebih aman dan biar sensei mu yang mencarikan" balas ku

.

Kami berdua kembali, meninggalkan pria yang pingsan itu sendirian.

Sampai di mulut gua, anak anak lain datang membawa konsum yang ia kumpulkan dari pantai.

"Tas apa ini?" tanya ku

"Peralatan elektronik, kurasa itu milik kapten kapal" balas salah seorang siswa

Ku cek cek di dalam tas itu, siapa tau menemukan pemancar sianyal satelit.

"Akhirnya kutemukan!" teriak ku mengkagetkan yang lain

"Menemukan apa Shinomiya kun?" tanya sensei

"Pemancar sinyal satelit, dengan ini aku bisa mendapatkan sinyal ponsel dan memberikan pesan pada mereka yang di Jepang" balas ku

"Lakukan sekarang Shinomiya kun!" teriak sensei

.

Ku hidupkan pemancar sinyal itu, lalu ku hubungkan ke ponsel ku.

"Bagus walaupun hanya satu garis" pikir ku

Segera ku ketik pesan pada Saki pada siapapun entah siapa itu yang penting bisa terkirim, pulsa ku habis tidak masalah.

"Selamatkan aku, aku terjebak di entah pulau apa namanya, namun penduduk lokal sangat beringas, tolong bawakan semua pertahannan udara dan laut agar potensi bisa sampai di pulau ini lebih besar" ketik ku lalu ku kirim ke Saki, ibuku, ayah ku, Hiyori, teman ku voli, teman ku atletik, dan siapa pun lagi.

.

Di Hokkaido banyak keluarga yang tengah menunggu hasil pencarian korban, termasuk keluarga ku yang sedang menangis pilu sekarang.

Ding!

Pesan masuk bersamaan.

Ibuku yang menyadari pesan ku langsung mengabarkan kondisi ini pada yang lain.

Ia segera menyuruh anteknya mencari tau lokasi tempat pesan di kirim.

"Akhirnya ada titik terang" ucap Ayah

"Terima kasih tuhan" kata Saki

.

30 menit akhirnya koordinat Haruka di temukan, yaitu di tengah lautan, tepatnya masuk ke zona luar laut Indonesia.

Ibuku tak ambil pusing, asal koordinat cocok ia akan segera mencari tau keberadaan putranya.

Ibuku segera meminta kaisar Jepang, untuk mencari di lokasi yang telah ia sebutkan, walaupun kaisar berkata tak mungkin, ibuku tetap bersikukuh, namun ide ibuku di tolak sebab tidak ada bukti 100 persen korban sampai ke sana.

Akhirnya ibuku keluar uang sendiri, menyewa tentara tiap negera sekitar koordinat mencari korban, entah berapa uang yang ia keluarkan ia tak peduli yang terpenting putranya selamat.

Saki pun begitu ia bantu iuran uang untuk menyewa tentara, ayah juga sama.

Banyak yang mengira keluarga ku bodoh, sebab menyianyikan uang untuk menyewa tentara yang hasilnya sangat tidak mungkin ada.

Pencarian di mulai 1 hari setelah aku mengirim pesan.

.

Di goa pulau

Sekarang mungkin sudah jam 7 pagi, matahari bersinar.

Kondisi siswa yang sakit semakin memprihatinkan, mereka sudah mulai pingsan dan halusinasi.

"Astaga kekurangan cairan tubuh memang merepotkan" pikir ku

Ku ajak Takasaki untuk pergi mencari kelapa.

.

Sambil memegang senjata kami jalan perlahan lahan.

"Fuck kita ketahuan, lari Takasaki!" teriak ku

Penduduk lokal mengejar kami dengan tombak, pedang, dan panah, karena panah kami tidak mungkin maju melawan.

"Kamu lari duluan Haruka, biar ku tahan sejenak!" teriak Takasaki

"Jangan sok pahlawan, lari dulu sembunyi baru kita serang satu persatu" ucap ku memukul kepalanya

"Eh, baiklah jika itu idemu"

Kami berdua masuk ke dalam hutan, yang gelap.

Musuh juga ikut masuk.

Kami bersembunyi di atas pohon.

"Lepas sragammu, itu terlalu mencolok di sini" bisik ku padanya

"Oke"

.

"Waktu yang lain sudah lewat kita baru turun mengendap endap serang belakang itu" ucap ku

"Baik aku paham"

"Jangan melempar senjata pokoknya!"

"Iya aku paham" balas Takasaki

.

Beberapa menit menunggu momen, akhirnya datang juga kesempatan, kami turun cepat dari pohon, mengendap endap lalu menggorok pasukan di belakang sebab mereka adalah pemanah.

Srett

Ku bekap mulutnya agar tidak teriak, Takasaki tidak berani seperti ku, tapi ia lebih memilih menusuk tenggorokan lalu menusuk jantung.

Aku segera pindah posisi, saat yang lain menghadap ke belakang, ku serang yang di depan

Srash

Crash

Crash.

Perang gerilya kami hampir berakhir dengan cepat, namun Takasaki menciptakan kesalahan yaitu ia ketahuan oleh pemimpin kelompok.

Takasaki langsung di banting ke tana dengan keras.

"Khaaa!!" teriak Takasaki waktu di banting

Aku segera maju, bersiap menebas kepalanya.

Tring!!

Pemimpin tadi mengeluarkan pedangnya, untuk menangkis serangan ku.

Ia mundur ke belakang, segara saja ku bantu Takasaki berdiri.

"Kuatkan dirimu, tinggal seorang itu saja" ucap ku pada Takasaki

Sambil memegang dadanya yang masih kesakitan ia mengangkat tombaknya.

"Khe Khe laki laki yang perkasa aku suka itu" ucap pimpinan tadi

"Tunggu sebentar kamu orang Jepang?" tanya ku

Ia tak meperdulikan omong ku, tapi langsung menyerang kami berdua.

Crash

Aku berhasil menghindar.

Sret!!!

Berhasil menghindar lagi.

"Kamu kuat, jadilah anak buah ku" ucapnya padaku

"Maaf, aku tidak mau, aku mental pemimpin bukan mental budak, siapkan lehermu bung" ucap ku

Kami bertarung, aku kalah karena aku tidak punya pengalaman dalam berpedang hanya tau membelah dan mengayun saja, tapi untungnya tombak dari Takasaki mengenai jantung dari pemimpin itu, tak jadi kalah akhirnya diriku ini.

"Huh huh, ayo kumpulkan mayat, jadikan satu, lalu kumpulkan senjatanya, terkahir kita panjat pohon kelapa itu" ucap ku

"Oke"

Kami mengumpulkan para mayat ke semak semak belukar, senjata sebanyak 10 buah ku bawa, sementara buah kelapa 6 biji di bawa Takasaki.

Kami kembali ke goa, setelah 2 jam pertempuran.

Karena tidak ada yang tau medis, lagi lagi aku yang bertindak.

Ku ambil jarum suntik, ku panaskan, ku lap sedikit, ku pasang selang, ku tancapkan jarum satunya ke kelapa satunya di pembuluh darah siswi yang sudah pingsan.

"Ini aman?" tanya Takasaki

"Tenang, asal jarum seteril, semuanya aman" balas ku

"Lalu bagaimana kamu bisa menjamin itu seteril!" teriak Takasaki

"Takasaki kun, jangan kurang ajar, langkah yang di lakukan Haruka benar, kita hanya bisa menunggu sekarang, berharap Tachibana berhasil sadar cepat" ucap sensei

"Tapi sensei!"

"Diamlah, kamu terlalu parnoan, jangan panik dan usaha sebaik mungkin, jika takdirnya meninggal jangan menyalahkan yang lain, salahkan kondisi kamu mau teman mu ini tidak mendapat perawatan!" teriak ku

Takasaki kaget karena ku bentak.

"Maaf" ucapnya padaku pelan

.

Keita siswa semalam datang bersama dengan bule blonde.

"Syukurlah kalian selamat" ucap Keita

"Keita kun" ucap si culun laki laki yang ku lupa namanya

"Kalian ada makanan di sini? Jika tidak ikut dengan kami, persembunyian dari Clara san banyak" ucap Keita

"Kalian ada air?" tanya ku

"Ini" Clara melempar botol minum padaku

Ku minum perlahan.

"Huh, ini menyegarkan, terima kasih" ku serahkan botol minum pada yang lain ganti

"Tidak apa bukan?" tanya ku sebelum menyerahkan ke yang lain

"Bagikan saja, di tasku masih ada" balas Clara

"Oke"

.

Kami yang tinggal di goa ikut ke persembunyian Clara san, sebab makanan tidak punya dan obat obatan sudah kosong juga.

Di markas.

"Kalian istirahat dulu saja" ucap Clara

"Baik" balas kami

Akhirnya aku setengah begadang hampir 2 hari bisa tidur nyenyak sekarang, urusan jemput biar nanti saja yang penting tidur dulu.

Jam 3 sore aku terbangun.

Keita, Tachibana, Clara, dan Takasaki sedang berdiskusi.

Ku hampiri mereka ber empat.

"Sedang mendiskusikan apa ini?" tanya ku

"Misi penyelamatan Aoi, teman kami, katanya ia di jadikan istri raja di pulau ini" ucap Tachibana (Tachibana laki laki, sebab Tachibana itu nama keluarga bukan nama depan)

"Oh semangat ya, aku mau kembali istirahat" ucap ku

"Kamu mau kemana anak muda, kamu ikut dengan kami" ucap Clara sambil menodongkan pedangnya di depan muka ku

"Maaf tidak tertarik, hidup ku terlalu berharga untuk ku pertaruhkan bahkan untuk orang yang bukan siapa siapa ku, jangan harap aku ikut" balas ku

"Kamu benar Aoi bukan siapa siapa mu, tapi tolonglah, aku bisa mengatakan jirigen jirigen bahan bakar agar kapal di sana bisa bekerja, jadi tolonglah aku Haruka san" ucap Keita

"Maaf tidak tertarik juga, aku tidak yakin padamu yang peduli pada seorang wanita akan peduli pada teman ketika keadaan jadi runyam, lakukan sendiri akan ku jaga markas ini ketika kalian pergi" balas ku

"Bangsat, kamu jangan bertindak seenaknya di sini, kita harus saling bahu membahu asal kamu yau huh!" Takasaki membentak ku

Blar

Ku banting tubuhnya ke lantai.

"Kamu boleh bilang seperti itu babi, tapi apa kamu sadar kamu dan aku lebih banyak membantu mana huh!" teriak ku

"Sudah hentikan kalian berdua, Haruka kan namamu, kamu jaga di sini" ucap Clara

Ku lepaskan tangan ku dari kerah Takasaki.

"Daripada kalian membahayakan nyawa tunggu saja dalam waktu 24 jam, kemarin malam sebenarnya aku berhasil menghubungi keluar pulau, namun aku tak yakin juga mereka menerima pesan dariku" ucap ku pada mereka

"Jangan bercanda, setiap detik mungkin saja, teman ku yang sedang di sandra oleh mereka terbunuh kamu bilang menunggu 24 jam!" teriak Kieta yang tiba tiba emosi

"Kamu mau menyelamatkan berapa orang memangnya, 100,200 atau 1000 orang huh! Sadarilah posisi mu, kamu hanya manusia biasa tanpa pistol tanpa bazoka, kamu mungkin punya pedang, tapi jangan lupakan mereka makhluk barbar yang tidak takut mati itu, paling banyak kamu hanya akan mengalahkan musuh 2 biji jika bertarung secara langsung, selepasnya kamu yant bakal di kalahkan, jadi menurutku lebih baik tunggu sejenak" ucap ku padanya

"Dasar pengecut" ucap Takasaki

Ku injak kepala bocah itu.

Lainnya mencoba menghentikan tapi di cegah oleh sensei dan Clara.

"Jangan, atau kamu akan jadi korban berikutnya" ucap Clara pada Kieta

"Bung dengarkan aku, kamu boleh seperti preman yang mengatasnamakan setia kawan, tapi aku bukan bagian darimu, aku punya keluarga dirumah yang menunggu ku, punya istri yang mungkin sedang menangis sekarang, aku sudah memberikan saran tunggu 24 jam, siapa tahu bantuan datang kan, hargai hidupmu, menyelamatkan teman boleh, tapi lihat dirimu mampu atau tidak" ucap ku padanya

Ku lepaskan kakiku lalu menjauh dari mereka.

"Ok kalian memang keterlaluan, tapi tidak masalah kita tetap lakukan rencana tanpa dia malam ini" ucap Clara

.

Jam 8 malam, mereka bertempat berangkat menuju lokasi dimana teman mereka di tahan.

"Ku doakan berhasil dan hasil terbaik untuk kalian" ucap ku

Yang terjadi di Desa Ingo.

Para wanita yang di culik di jadikan budak sex, di tahan dan di jadikan mainan mereka yang di kata prajurit desa, jika wanita cantik mereka memiliki kesempatan untuk di jadikan istri raja pulau, seperti nasibnya Aoi sekarang.

Note : Aku sengaja tak ikut dalam ekspedisi ini sebab aku sadar akan alur cerita ini, akan ada korban nanti, ketentuan tuhan adalah jikalau bukan dia yang mati maka di gantikan dia, maka dari itu aku tidak mau menyelamatkan tokoh yang akan mati, biarkan takdirnya saja, daripada melemparkan takdir kematian pada yang lain.

Sementara siswi laki laki di jadikan budak dan pemuas nafsu laki laki gay, mereka di perlakuan semena mena, dipaksa kerja rodi, namun di sini ada aturan jikalau budak mampu naik kasta, yaitu dengan cara pertarungan hidup dan mati di pertarungan Egi, seperti semobayan yang terjadi di pulau ini, yang kuat menindas yang lemah, aturan itulah yang di tanamkan oleh Gamou sang raja pulau.

.

"Haruka kun, bantu mereka mungkin takdir buruk mu lebih menakutkan daripada kematian loh" ucap peri jahat

"Sial kenapa kalian muncul di saat seperti ini" ucap ku tak suka

"Ayolah kami ini muncul dari kebimbangan plus perintah tuhan, jadi kami muncul sewaktu waktu" ucap peri baik

"Ish, aku bukan siapa siapa di sini, bagaimana jika aku tidak kembali hidup hidup" tanya ku

"Ya berarti kamu meninggal" ucap peri baik

Aku melotot pada peri baik.

"Tenang tenang, maksudku kamu harusnya berpikiran positif, seperti saat kamu menyelamatkan korban yang pernah kamu selamatkan, kamu waktu itu bahkan tidak memikirkan keselamatanmu bukan?" tanya peri baik

"Tapi aku baru resepsi tanggal 15 kemarin loh" ucap ku

"Tidak peduli resepsi kapan, yany terpenting bantulah mereka, apapun yang terjadi berhati hatilah, bye dulu ya kebanyakan ngobrol nanti kamu malah tidak jadi menyelamatkan mereka" ucap peri baik lalu pergi menghilang

"Kamu tidak pergi juga?" tanya ku pada peri jahat

"Ah benar juga, ini aku ada hadiah untuk mu tolong di terima" ucapnya sambil memegang sesuatu

Ku terima benda itu.

"Apa ini?" tanya ku

"Batu jimat keburukan, tempelkan pada seseorang yang akan jadi lawanmu, mungkin itu akan membantumu melarikan diri, sudah ya bye" ucap peri jahat

"Oke" balas ku

Ku lihat di telapak tangan ku sebuah batu kerikil sangat hitam.

"Aku di tipu atau tidak ini" pikir ku

Next...

Next chapter