webnovel

118.) Keadilan Itu Ada

Aku agak bingung memikirkan jalan keluarnya untuk hantu wanita ini.

"Siapa nama mu?" tanya ku coba coba siapa dapat jalan keluarnya

"Mikoto Minami" balasnya

Ku cari namanya di google, namun tidak menemukan info apapun.

"Maaf aku tidak bisa membantu mu jika kamu tidak tau siapa yang menggunakan tubuh aslimu, aku ingin hidup tenang di sini jadi pergilah mencarinya sendiri, atau aku punya saran, relakan walaupun itu berat, tuhan tau kondisi tiap insan dan tuhan sangat menghargai mereka yang bisa merelakan sesuatu untuk kebaikan" ucap ku

"Maaf aku tidak bisa, selama tubuh ku tidak kembali aku tidak akan pernah tenang sebab itulah sumpah ku dulu" balasnya lalu berdiri dan berjalan ke pojokan lagi untuk semedi

"Peri baik tolong carikan di google dunia mu, cari mukanya yang sama dengannya" ucap ku padanya

"Baiklah tapi di sini bukan google namanya, namun esiklopedia manusia" balas peri baik

.

Aku menunggu selama 10 menit akhir peri baik menemukannya.

"Ada 1 yang paling cocok, disini tertulis namanya adalah Imino Yusuke, Seorang ibu rumah tangga, catatan hidupnya pernah mengalami kecelakaan pada 2010" ucap peri baik

"Ia sudah punya anak?" tanya ku

"Sudah tepatnya 2 anak"

"Rumahnya di mana?" tanya ku

"Di Tokyo" balasnya lagi

"Astaga ini lebih merepotkan" pikir ku

Haruka di hadapkan pada kondisi dimana ia harus membantu hantu itu dengan tujuan ia akan mendapatkan tubuhnya, namun risikonya ia secara langsung merusak hubungan keluarga ibu tadi karena sudah punya anak dan suami atau Haruka memilih untuk membiarkannya namun hantu itu tidak akan pernah ke alam reinkarnasi.

"Haruka, arwah yang lama hidup di dunia lama kelamaan akan jadi arwah gentayangan, sebab mereka tidak bisa lagi menjaga kewarasannya, jadi ku sarankan walaupun berat, kita harus mengembalikan tubuhnya" saran peri baik

Haruka sangat kebingungan saat ini, sebab ia harus jadi egois atau tidak saat ini, ia tak ingin salah langkah, sebab jika tubuhnya di kembalikan belum tentu arwah tadi bisa masuk, jikalau bisa masuk ia belum tentu juga bisa menggantikan peran ibu di keluarga Yosuke.

Aku mengirim pesan pada Kusuo.

Aku bertanya padanya soal kejadian arwah wanita itu, aku ingin tau pendapat darinya.

"Saranku adalah usir saja dia secara paksa, arwah yang lebih dari 7 hari keluar dari tubuhnya itu tidak bisa di sebut arwah normal lagi, bisa jadi ia menipumu dengan muka yang di samakan, ingatlah arwah senior itu pintar menipu" ucap Kusuo

"Lah benar juga katanya, kenapa kamu tidak tau" ucap peri baik ke peri jahat

"Ya mana aku tau, aku bukan bagian pencabut nyawa orang" balas peri jahat

"Diamlah kalian berdua"

.

Aku berdiri di hadapan arwah wanita tadi, walaupun perkataan Kusuo benar, ia tetaplah seorang manusia dulu, mungkin tidak mendapat keadilan dalam hidupnya.

Aku duduk bersila di hadapannya, arwah tadi bingung apa yang ku lakukan.

Aku menyatukan tangan dan berdoa pada tuhan.

"Lindungi dia yang hidup dan lindungi ia yang mati, aku hanya seorang insan namun berikan aku kekuatan ya tuhan, tolong sucikan arwah yang malang ini" (Lalu Aku membacakan mantra yang ku dapat dari kitab suci agama lain)

Arwah tadi kesakitan karena ia tidak pernah mendapat kesakitan seperti ini.

"Hentikan hentikan kamu menyakiti ku!" teriaknya (Saki yang mendengarkan dari tadi menjadi tambah ngeri)

"Ya tuhan tolong kembalikan arwah ini padamu, buat dia bahagia walaupun kesediaan masih menyelimutinya, aku berjanji dalam hidup ku akan mendapatkan keadilan untuknya" ucap ku terkahir lalu arwah tadi berhenti berteriak, lama kelamaan warna hitamnya memudar digantikan warna putih bercahaya seperti bidadari surga, disitu bisa ku lihat wajah aslinya sungguh berbeda dengan wajah yang ia tunjukkan padaku tadi, lalu ia pergi keatas lalu menghilang

"Ia sudah kembali pada tuhannya" ucap peri jahat

"Tugas mu sekarang mendapatkan keadilan untuknya Haruka kun!" ucap peri baik

Aku menjawab ya dengan santai, sebab aku sudah berjanji juga, namun kali ini aku ingin segera tidur dulu.

Aku kembali ke ranjang, Saki yang menyadari itu aku langsung memeluk ku dengan erat lagi.

"Sudah pergi?" tanya Saki

"Sudah, jadi tidak perlu takut lagi sayang" balas ku

Saki mengendorkan pelukannya lalu melihat ke pojokan, ia lihat sudah kosong dan akhirnya menghela napasnya.

"Kamu keringatan terlalu banyak ayo ganti bajumu" ucap ku karena melihat tubuhnya yang lengket akibat keringat dinginnya

"Umm, temani aku ke lemari" ucap Saki

"Lemari hanya berjarak 2 meter dari ranjang loh" balas ku

"Pokoknya temani aku" ucap Saki karena ia sangat ketakutan

"Baik baik" balas ku

.

Saki mengganti baju tidurnya, aku agak geleng juga jika melihat istriku ini yang suka tidur tanpa daleman sebab saat ia melepas atasannya langsung terlihat kulit putih mulusnya, begitu pula bawahannya.

"Aaaa" teriak ku

Saki langsung berbalik dan memeluk ku walaupun ia masih telanjang bulat.

"Muncul lagi Haruka kun!" teriak Saki sambil memeluk ku dengan erat

"Tidak kok, aku hanya teriak sebab ingin menjahili kamu saja hahahaha" ucap ku sambil tertawa

"Mouuu" teriak Saki lalu menggigit pundak ku

Aku segera melepaskan gigitannya itu.

"Aduh duh kamu ini sejenis vampir ya" ucap ku saat melihat bekas gigitannya

"Salahmu sendiri bisa bisa mempermainkan ku, aku sungguh ketakutan asal kamu tau" balasnya sambil mengeluarkan air mata

Aku langsung memeluknya kembali.

"Hehe maaf maaf sayang, aku sudah kelewatan" ucap ku sambil mengelus kepala belakangnya agar Saki bisa tenang

.

Setelah tenang ku suruh dia kembali memakai pakaian tidurnya.

.

Senin 27 Juli, pukul 6 pagi.

Saki masih tidur sambil memeluk erat diriku, tadi malam ia baru bisa tidur jam 1 dini hari sebabnya.

Sebagai suami yang baik aku tidak membangunkannya, aku langsung pergi ke kamar mandi, setelah mandi aku berganti seragam dan membantu ibu memasak di dapur.

"Apa ada sesuatu dengan Saki chan, Haruka kun?" tanya ibu karena yang datang adalah aku bukan Saki

"Saki tadi malam ketakutan, sebab ada hal mistis di kamar kami, jadinya ia tidak bisa tidur" balas ku sambil mengenakan celemek

"Hal mistis seperti hantu?" tanya ibu

"Iya seperti itu, namun sekarang hantunya sudah pergi kok bu, cuma Saki nya saja yang masih belum menghilangkan takutnya" balas ku

"Hahaha maaf ya sepertinya putri ku penakut, sebenarnya di keluarga Yoshida itu percaya akan makhluk astral, namun kami punya prinsip asal tidak mengganggu kami pun tidak akan mengganggu, lagipula kata ayah ku hantu itu jarang muncul sebab jika muncul berarti hantunya yang sial Karen dapat di lihat oleh kita" ucap ibu

"Eh ibu seriusan bahwa keluarga Yoshida bisa melihat hantu?" tanya ku

"Hanya beberapa, contohnya saja ibuku, aku sendiri tidak bisa melihatnya, namun aku bisa merasakan kehadiran mereka jika auranya jahat" balas ibu

"Wah apa mungkin kekuatan nenek menurun pada Saki?" tanya ku

"Ya mungkin saja iya, mungkin saja tidak, sudah ayo memasak saja, kamu bisa buat telur gulung dan sosis goreng bukan?" tanya ibu

"Serahkan padaku" ucap ku percaya diri

.

Ku ambil teflon khusus membuat telur gulung, ku racik 4 telur dengan garam dan umami udang serta lada.

Ku tuang telur itu pada teflon yang setengah panas, hanya sebagian dulu, sebab telur akan di gulung.

.

Ku masukan telur lagi pada sisi yang sudah ku gulung agar gulungan telur semakin besar.

.

10 menit akhirnya telur selesai ku buat, telur berwarna kuning cerah dan tentunya juicy.

Ibu yang melihat hasil masakan ku jadi kagum sebab baru kali ini aku menunjukan bakat ku.

"Umm ini enak" ucap ibu saat mencicipinya

"Tentu saja enak, asal bahan dan cara membuat tidak rumit seperti kare aku bisa menghandelnya bu" balas ku

"Kurasa peran Saki sebagai istri mu lama kelamaan akan kamu saing juga Haruka kun" ucap ibu bercanda

"Ibu bisa saja, masakan Saki lebih enak kok" balas ku

.

Sambil memotong telur gulungnya, ku goreng sosis berbentuk gurita itu.

.

Jam 6.35 masakan selesai sekarang tinggal membangunkan mereka yang masih tertidur.

Di kamar ku.

"Saki chan ayo bangun, sekolah" ucap ku sambil menggoyangkan bahunya

Saki bangun dengan membuka matanya.

"Ayolah bangun, sudah jam 6,35 ini" ucap ku sambil mengambilkan sragamnya sekolah

"Haruka kun, hantunya sudah beneran hilang?"

"Sudah hilang namun aku harus memenuhi persyaratan yang ku ajukan kepadanya" balas ku sambil memegang seragamnya dan pakaian dalamnya sekalian

"Syarat apa yang kamu ajukan?" tanya Saki

"Ya seperti melakukan keadilan untuknya nanti aku akan ke perusahaan Suki san, siapa tau ia punya info soal hantu kemarin, sekarang kamu segera mandi sana dan sarapan" ucap ku lalu menjatuhkan pakaian tadi ke atas kasur

Saki berdiri keluar kasur lalu berjalan ke arah ku

"Temani aku di kamar mandi" ucap Saki sambil memegang baju seragam ku

"Aku sudah mandi Saki chan, nanti basah" balas ku

"Copot lagi, nanti gunakan lagi" ucap Saki

"Hmm ku tengok saja dari luar sini, pintunya tidak usah di tutup bagaimana?" tanya ku

"Baiklah" ucap Saki

Ku lihat dari luar seorang wanita bukan gadis lagi sebabnya sedang mandi dan bertelanjang badan.

"Haruka jangan tergoda, ingat sebentar lagi berangkat sekolah" ucap ku dalam hati

Aku mencoba bertahan daru godaan duniawi itu.

5 menit berselang mandinya selesai.

.

Jam 6.45 kami sarapan.

.

Jam 7 pagi berangkat ke sekolah sekaligus mengantar ibu ke tokonya.

.

Aku izin dulu sampai jam 9 untuk mencari info tentang arwah tadi, jadi ku suruh Saki masuk sekolah duluan sambil membawa surat izin ku.

.

Jam 7.30

Di Kantor Suki san, ia sudah menunggu ku dengan beberapa dokumen yang di terkait kejadian pada 2010 sampai 2011.

"Kamu cek sendiri dokumen ini, aku ingin mengurus yang lain dulu, jika sudah ketemu katakan saja padaku" ucap Suki san

"Oke, terima kasih atas bantuannya karena pemohonku ini yang nyleneh" balas ku

"Tenang saja, mengungkap kejahatan di masa lalu sebenarnya juga tugas kami, namun karena kami juga butuh uang tidak semua kasus masa lalu dapat kami ungkapkan kejahatannya" balas Suki

.

Aku mengecek satu persatu dokumen, yang setinggi hampir 1 meter itu.

1 jam nihil, antara bulan januari hingga maret.

Aku istirahat sejenak untuk merilekskan pikiran ku, sebab tak jarang aku membaca beberapa kasus yang menarik, seperti contohnya kasus orang yang terpenggal namun pihak rumah sakit mengatakan itu bukan akibat benda tajam, melainkan seperti cabikan atau murni di putuskan secara paksa, sedangkan jika cabikan kenapa hanya leher yang putus tanpa adanya luka lain.

Note : maksudnya jika contohnya beruang yang mencabik hingga memutuskan kepala harusnya ada luka di salah satu bagian lain untuk meletakkan cakarnya, secara langsung harusnya ada luka lain. (Ini berhubungan dengan anime kok, coba tebak siapa yang tau)

.

30 menit berlalu belum juga menemukan hasil, (April hingga Juli)

.

Jam 8.45 pagi.

Aku sudah tidak ada waktu ini, jadi aku pergi ke Suki untuk pamit dulu dan melanjutkan nanti.

Namun saat aku berjalan ada selembar kertas yang jatuh dari tumpukan dokumen yang belum ku cek.

Ku ambil kertas itu.

"Astaga ketemu" ucap ku saat melihat kasus itu dengan foto korban sama dengan arwah kemarin

Di kasus itu tertulis.

Di tutup (Stempel dari pengadilan)

Kasus : Tabrak lari, 1 korban meninggal dunia

Korban : Yuzu Haderi

Pelaku : Siruhasi Kei

Kronologis.

25 Agustus 2010, pukul 10 malam, Yuzu Haderi menjadi korban tabrak lari oleh mobil yang di kendarai oleh Siruhasi Kei, korban meninggal dunia di tempat, pelaku langsung melarikan diri.

Di peradilan Siruhasi Kei dinyatakan tidak bersalah sebab jalan gelap dan korban berjalan dengan mabuk berat di tengah jalan.

Peradilan memutuskan hanya denda sebesar biaya pemakaman Yuzu Haderi, tanpa adanya hukuman kurungan penjara.

.

Ku cek koran yang yang terkait akan laporan itu.

"Ibu Yuzu Haderi, meminta keadilan anaknya hingga ke kantor pemerintah daerah"

Di nyatakan dalam berita itu, ibu Haderi menyatakan bahwa anaknya yang berumur 18 tahun belum pernah mabuk mabukan, ia keluar malam itu karena pulang bekerja.

(Tidak ada info autopsi yang menyatakan korban mabuk atau tidak)

Lalu berita lain.

"Sudah mengajukan banding selama 6 bulan, namun tak kunjung di gubris seakan akan pengadilan tutup mulut"

Berita lainnya paling miris saat ku lihat.

"Ibu Haderi melakukan aksi bakar diri sebagai sesalnya atas hukum negeri ini yang tumpul ke atas dan tajam ke atas"

Dalam berita itu, ibu Haderi masih hidup namun ia mengalami cacat kulit akibat luka bakar.

.

Aku mengecek nama Siruhasi Kei di google, di tuliskan ia adalah anak dari pejabat dulu di Miyagi, sekarang ia bekerja di bidang perbankan dan menjadi suami dari manager cabang bank tersebut.

Aku langsung berpikiran kasus ini sangat janggal, pertama pelaku menyatakan bahwa korban mabuk, namun belum ada buktinya konkretnya.

Note : menyatakan pernyataan yang tidak sesuai fakta di peradilan bisa mendapatkan hukuman lain.

Lalu yang kedua, mereka itu sebenarnya teman Kuliah, di kampus sama dan fakultas sama, umurnya juga sama.

Dari situ bisa ku simpulkan kemungkinan besar ia adalah temannya.

Ketiga peradilan mulai dari hakim jaksa hingga pengacara sepertinya di suap, sebab hasil pengadilan sungguh menguntungkan pihak pelaku.

Aku langsung memberikan kertas tadi pada Suki dan mengatakan opini ku tadi.

"Opini mu masuk akal namun disini terlalu sedikit informasi yang ada, aku takut kita tidak bisa melawan mereka dan mereka menuntut balik kita atas pencemaran nama baik" ucap Suki

"Apa kamu ada saran lain agar mereka semua mendapatkan hukuman yang sesuai?" tanya ku

"Untuk pengacara dan Jaksa serta Hakim bisa ku tuntut, atas dasar pemutusan hasil sidang yang tidak masuk akal, aku bisa mengajukan banding namun itu belum tentu berhasil juga, lalu untuk Siruhasi aku tidak bisa sebab di sini tidak ada bukti fakta yang menyatakan bahwa pernyataan darinya adalah suatu kebohongan (sebab tidak ada info otopsi salah satunya)" balas Suki san

Aku langsung kepikiran pernyataan orang Indonesia "Alkohol sebelum teler tidak berasa"

"Bagimana pendapat mu mengenai efek alkohol tidak akan berasa dalam jangka waktu tertentu, maksudku sebelum 15 menit tidak akan berasa" balas ku

Suki langsung kemasukan ide karena pernyataan ku.

Ia mengecek jadwal masuk kerja di perusahaan yang menjadi tempat kerja Yuzu dulu itu.

Di katakan bahwa saat shift siang, mulai dari jam 3 sore - 10 malam.

Suki langsung mengaitkan laporan yang mengatakan bahwa pukul 10 malam lebih sedikit saat terjadi tabrakan.

Aturan alkohol memang seperti obat, walaupun minumnya sangat banyak jika hanya 2 menit harusnya tidak bisa membuat orang mabuk.

.

Aku dan Suki langsung konsultasi ke dokter di rumah sakit Miyagi untuk menanyakan hal tersebut.

"Jika dalam waktu dua menit kurasa masih tidak mungkin untuk mabuk berat, walaupun kadar alkoholnya sampai 40% sekalipun" ucap dokternya

Note : aturan di Jepang, alkohol yang beberapa di perjual belikan adalah di bawah 25%.

Akhirnya kami punya titik terang, aku menangis haru jika melihat kisah Yuzu dan kisah ibunya yang berjuang untuk keadilan atas hukum dulu yang rusak.

Suki mengajak ku lagi ke tempat ibunya Yuzu.

Rumahnya di dekat rumah ku sekitar 200 meter ke utara, lalu belok kanan masuk komplek.

Di rumahnya.

Ada ayah ibu dan dua adik Yuzu.

Suki memperkenalkan dirinya dan aku.

Ku lihat ibunya yang sudah sehat namun masih ada sisa bekas luka bakar yang tersisa.

"Nyonya Haderi saya selaku jaksa penuntut, ingin mengangkat hasil pengadilan anak anda Yuzu, saya ingin memberikan keadilan baginya yang dulu sangat di rugikan dan malah menguntungkan pihak pelaku" ucap Suki

Ibunya yang mendengar lantas langsung meneteskan air mata, ia memohon pada Suki untuk menuntut hukuman terberat bagi pelaku.

Ayahnya pun juga bersujud pada Suki san.

"Tolong berikan hukuman bagi pelaku, anakku Yuzu bukanlah anak yang nakal hingga mabuk mabukan, tolong berikan ia keadilan Suki san" ucap ibunya

"Baik Haderi san, saya akan berusaha, saya harap anda bersedia jikalau saya meminta anda sekeluarga untuk hadir di pengadilan, sebagai saksi ataupun perwakilan korban" ucap Suki

"Tentu saja saya bersedia Suki san" balas ibu itu

.

Kami berdua pamit setelah mendapat jawaban atas beberapa pertanyaan yang Suki ajukan.

.

"Haruka kun, kamu bantu aku carikan info terkait kejadian itu, termasuk keburukan Siruhasi, kurasa antek ibumu bisa bukan?" tanya Suki

"Bisa kurasa, akan ku suruh sekarang juga"

Aku menelepon ibuku, langsung ibuku menyuruh anteknya untuk membantu ku.

Di perusahaan milik Suki.

1 jam menunggu kami belum mendapat info dari antek ibuku.

Jam 11 siang.

Sebelumnya aku sudah mengatakan pada Saki aku akan lebih lama, dia pun memakluminya setelah ku jelaskan kronologi kejadiannya.

.

Jam 12 akhirnya antek ibuku mendapatkan hasilnya, namun baru dari pihak jaksa dan pengacara dulu, dari Siruhasi dan hakim belum ada.

Ia punya bukti transfer dana yang tidak wajar ketika waktu itu, pengirimannya pun dari keluarga Kei, yang sudah di pastikan bahwa itu adalah penyuapan.

"Kamu kembali sekolah dulu saja Haruka kun, biar aku yang menunggu nanti jika sudah terkumpul semua akan ku katakan padamu hasilnya" ucap Suki

"Baiklah, jika begitu aku pamit, ku berharap hasil yang baik untuk keluarga Haderi" ucap ku

"Aku pun begitu" balas Suki

.

Aku kembali ke sekolah, jam 12.45 aku baru tiba di sana, sebenarnya sudah tiba pukul 12.15 namun aku makan siang dulu di restoran.

Sekolah hari ini adalah free day, sehingga kami para siswa hanya masuk untuk menghabiskan waktu bermain saja tanpa pelajaran, namun ada juga yang remidial dan susulan.

Baru masuk kelas aku sudah di suguhkan para ciwi ciwi yang mengerjakan sesuatu, sudah ku pastikan itu adalah kertas untuk remidi, sementara pihak laki sibuk ngobrol.

"Haruka kun baru masuk ya" ucap Hinata

"Ya iya baru masuk, bagaimana hasil ujian kalian?" tanya ku

"100% tidak ada yang remidi, Yuki sensei yang bilang, katanya hanya di kelas kita yang laki lakinya tanpa remidi" ucap Tadano

"Wasap keren lah" ucap ku sambil duduk

"Itu sebab kamu juga Haruka kun, yang menyarankan kita untuk belajar mati matian malamnya sementara saat di sekolah kita hanya bercanda ria tanpa memikirkan belajar lagi" ucap Ayumu

"Ya memang begitulah harusnya, sebelum ujian itu kita tidak boleh panas dulu, agar saat mengerjakan bisa lancar, walaupun dengan logika jawabanya" balas ku

.

Pihak ciwi ciwi sungguh tidak menyangka atas fakta itu, sebab dari 17 dari mereka, rata rata ada 8 siswi yang remidi di setiap mapel, sedangkan pihak laki di semua mapel lulus semua.

"Apa mereka mencontek sih mouuuu!" teriak Yachi yang mengerjakan soal fisika

"Tidak, mereka itu kata Haruka belajar malam dengan sungguh sungguh, lalu paginya bercanda saja, jika kamu ingat mereka juga tidak pernah belajar waktu di sekolah bukan?" tanya Saki balik yang sedang membantu Yachi mengerjakan remidinya

"Kamu benar kak, itulah salah satu kunci sukses mengerjakan tes, aku ikut ikut cara itu juga dari kak Haruka dulu waktu sd" ucap Hiyori

"Mouu tapi belajar malam hari itu terlalu susah" teriak Yachi

"Sudah sudah, cepat kerjaan ini, deadlinenya jam 2 siang loh" ucap Saki

"Hmm" balas Yachi lalu mengerjakannya lagi

.

Aku jalan jalan sejenak untuk referesing, jalan ke ruang klub tepatnya, terkadang ke koto, lalu ke klub sastra, klub basket yang kosong karena semua membernya sedang remidi kecuali aku tentunya.

Lalu tiba di ruang klub seni.

"Senpai apa kamu malu?" tanya Nagatoro pada Naoto

"Mouu jangan lakukan itu Nagatoro!" teriak senpai

Aku yang mendengar jadi nething, akhirnya aku masuk ke dalam, ku lihat Nagatoro sedang menggoda senpai itu dengan duduk di atas senpai yang sedang tiduran.

"Khiiii" teriak mereka berdua kaget

"Oh maaf aku mengganggu ya, aku akan pergi sekarang" ucap ku lalu menutup pintu

Baru beberapa langkah berjalan aku langsung di tarik oleh Nagatoro kembali ke dalam.

"Oi Haruka kun, lupakan semua yang terjadi!" teriak Nagatoro

(Senpai kaget karena Nagatoro memanggil Haruka dengan nama depannya)

Note : memanggil nama depan antara wanita dan laki laki itu, seperti memanggil teman mu dengan nama bapaknya (Yang asli Indonesia pasti pernah ngelakuin, intinya tuh panggil nama depan bagi mereka yang sudah akrab)

"Ya aku akan melupakannya Hayase chan, jadi lepaskan bajuku" ucap ku padanya

(Senpai kaget lagi setelah aku memanggil Nagatoro dengan nama depannya)

"Baguslah, sekarang kamu katakan apa maksud dan tujuan mu kamari" ucap Nagatoro

"Ya aku hanya ingin jalan jalan, wah senpai ini gambaran mu?" tanya ku pada senpai karena pandangan ku langsung teralihkan oleh kavas berisi gambar Nagatoro itu

"Um" balas senpai pelan

Aku mencoba mendekati gambarannya.

"Kenapa bagian sini tidak jelas?" tunjuk ku pada bagian pahanya Nagatoro

Plak

"Jangan di tunjuk juga aho!" teriak Nagatoro setelah memukul lengan ku

"Ya kan biar jelas" balas ku

"Tidak perlu di tunjuk juga" balas Nagatoro lagi

.

"Jadi berikan dia alasannya kenapa kamu tidak menggambar dengan jelas senpai" suruh Nagatoro pada senpainya

"Umm ano umm.." tidak di jawab jawab

"Kamu malu untuk menggambarnya?" tanya ku

Senpai mengangguk.

"Hahaha senpai itu perawan" teriak Nagatoro sambil memukul mukul lengan senpainya

"Memangnya kamu sudah bukan gadis lagi Hayase chan?" tanya ku yang membuat ia langsung kaget dan memerah mukanya

"Boleh ku pinjam alat lukisan senpai?" tanya ku

"Emm, boleh saja silahkan, jika mau canvas maaf aku tidak bisa memberikannya, namub jika kamu mau kertas gambar aku bisa"

"Berikan aku canvas nanti akan ku bayar sesuai harganya" balas ku

"Eh eh" ucap senpai gagap

Nagatoro segera menyerahkan canvas putih untuk ku agar aku tidak banyak bicara.

.

"Senpai, Haruka itu orang yang berbahaya dalam berkata, jadi hati hati jika bicara padanya" bisik Nagatoro

Senpai mengangguk.

Aku tidak memperdulikan mereka, tapi fokus melukis langsung dengan cat air.

.

"Eh tanpa sketsa di bidang yang luas itu?" teriak senpai tidak percaya

"Ya imajinasi harus berjalan bukan, sketsa adalah penjabaran imajinasi kita, karena aku sudah pro jadi tidak perlu juga sketsa" balas ku

Aku melukis selama beberapa menit, dengan coret coret kasar, namun lama kelamaan ku perhalus, senpai dan Nagatoro yang beru melihat cara melukis ku langsung terpana akan hasilnya.

25 menit berlalu.

Terlihatlah lukisan Saki dengan ku yang sedang meneganakan kimono kami saat pernikahan di altar.

Senpai langsung memuja ku

"Kamu bisa menggambar sebagus ini?" tanya Nagatoro tidak percaya

"Ya aku ini sebenarnya adalah pembuat manga, namun beberapa waktu lalu aku berhenti membuatnya" balas ku

"Eh manga seperti apa!" teriak senpai

"Jika senpai tau, sebenarnya bukan manga yang terbit sih, judulnya white album, sekarang sedang rilis sebagai anime, aku menggarap sampai chpter 12, yah walaupun hanya sebagai asisten sih" balas ku

"Maksudnya kamu adalah asisten Nonaka san?" tanya Senpai tak percaya

"Aku asistennya dulu, sekarang tidak tapi, jika mau lihat hasil gambaran ku, sebentar ku tunjukkan" ucap ku lalu membuka galeri foto, ada beberapa gambar yang ku simpan dulu.

.

Senpai dan Nagatoro yang melihat sangat takjub akan detailnya.

"Aku hanya menggambar bagian background, namun sesekali ku gambar juga satu halaman penuh" ucap ku

"Bisakah kamu mengajarkan cara menggambar mu padaku, aku bisa menggambar cerita dan tokoh namun urusan latar belakang aku sangat payah" ucap senpai padaku dengan muka serius

"Senpai, semua orang punya kelebihannya masing masing, jika kamu bisa menggambar alur dan tokoh, lebih baik fokus ke situ saja, urusan latar belakang serahkan pada yang bisa" ucap ku sambil memegang bahu kecilnya

"Tapi menyewa asisten itu lumayan mahal, lagian manga ciptaan ku belum tentu menghasilkan uang" ucap senpai yang pesimis

.

"Asal cerita bagus editor akan menerimanya dan mencarikan kamu asisten yang akan di bayar oleh perusahaan" balas ku

.

Nagatoro menyerahkan aku kertas hasil manga yang senpai gambar.

"Bagimana pendapat mu soal manga ini Haruka kun?" tanya Nagatoro

"Eh itu belum jadi jangan tunjukkan" ucap Senpai gagap

Aku menerimanya dan ku lihat hasilnya.

5 menit berselang.

"Bagimana pendapat mu?" malah senpai yang bertanya duluan

"Ini bagus, namun tidak ada editor yang akan menerimanya" balas ku

Hati senpai langsung hancur

"Jahatnya" ucap Nagatoro

"Aku berkata sungguh sungguh sebabnya, cerita mu bagus, namun bagus saja, tidak ada yang wow, ini manga fantasi action bukan?" tanya ku

"Iya" balas senpai

"Lalu kenapa kamu buat seperti slice of life, adegan romance juga tidak jelas, jadi jika ku berikan rating jikalau manga ini terbit adalah, 1,2 / 10" ucap ku

"Eh rendahnya" pikir mereka berdua

Next.....

Next chapter