webnovel

106.) Lelah

Setelah penyerahan hadiah kejuaraan, anggota klub voli jalan jalan untuk beli oleh oleh bagi keluarga masing masing yang di rumah.

Uang penghargaan individu kami bagikan juga secara rata pada tiap pemain dan manager, sebab kami yang juara tidak akan mungkin menang tanpa bantuan anggota lain.

Kami berbelanja hingga pukul 12 siang, lalu kembali ke penginapan.

Jam 1 anggota voli kembali ke sekolah.

Ku titipkan oleh oleh ku pada Saki, ibunya dan Rin chan pada Tanaka, sebab rumahnya yang paling dekat dengan ku daripada Daichi.

Sebab aku tidak ikut pulang dengan mereka, aku akan tetap di sini untuk seleksi nasional atletik.

"Bye Haruka!" teriak mereka dari dalam minibus

"Bye" balas ku sambil melambaikan tangan

.

Sekarang diriku makin kebingungan karena cincin pernikahan ku belum ketemu.

Aku izin dulu ke Yamato sensei untuk keluar sebentar, dia mengizinkan tapi jam 3 harus kembali, sebab tim atletik akan latihan bersama nantinya.

.

Aku naik taksi untuk pergi ke toko perhiasan, perjalanan selama 15 menit, sebab tidak banyak toko perhiasan yang membuat sendiri produknya, hanya beberapa saja.

Di Tokonya

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya pelayan toko perhiasan padaku sebab aku masuk hanya melihat lihat saja

"Begini, aku mau bikin cincin apa bisa?" tanya ku

"Bisa tuan, cincin berlian atau polosan?"

"Yang polos, namun boleh ku tentukan sendiri bahanya?"

"Bisa tuan" balasnya lalu memberikan aku kertas untuk membuat sketsa cincin

Ku gambarkan cincin yang dulu ku beli, lalu ku tulis campuran bahan, untung saja saat beli aku di beri tau oleh pelayanannya dulu.

Setelah selesai ku berikan pada pelayan tadi.

Dia mengamati kerumitan detail, tapi seharusnya yang rumit hanya di bagian tulisan Haruka Saki saja, cuma bahannya saja yang sedikit sudah di dapatkan.

"Anda yakin tuan, biaya satu cincin ini bisa sampai 3 juta yen loh"

"Eh lebih murah?" pikir ku

"Tidak masalah, berapa jadinya kira kira?" tanya ku

"1 hari bisa jadi asal anda memberikan secara cash tuan, sebab disini ada tulisan nama anda bukan?"

"Benar, maka akan ku bayar secara gesek apa bisa?"

Pelayan tadi tersenyum, sebab jarang ada pelanggannya yang murah uang.

Ku bayarkan senilai 3 juta yen, aku di beri kwitansi dan tanggal pengambilan cincin.

Di luar toko.

"Tuhan mohon maafkan diriku, cincin hanya benda peningkat tapi janji ku lebih kuat darinya, jadi maafkan aku karena telah membohongi istriku secara tidak langsung" ucap ku sambil memasang posisi berdoa

Aku rasa cincinku jatuh saat aku mengantarkan Rin chan ke rumah ku, ya aku sebenarnya tidak terlalu masalah untuk cincin hilang sebab itu hanya benda, namun yang menjadi masalah adalah itu cincin yang akan kami kenakan bersama saat resepsi pernikahan nanti, jadi jika cincinya tidak ada ya repot pastinya, lalu ada istriku yang akan ngedumel dan akhirnya pasti akan ngambek.

Note : disini bukan Haruka tidak menghargai cincinya, tapi ia berpikiran maju dan rasional, cincin cuma benda, janji pada tuhan untuk bersama itu lebih penting, jadi benda hilang bisa di wajarkan, namun jika janji hilang, ya sudah cerai jadinya.

Aku pulang ke penginapan dengan berjalan, paling 30 menit sampai, jadi aku biasa biasa saja, sebab di jalan khusus pejalan kaki di sini bisa di katakan bagus, lalu ada banyak toko makanan ataupun cafe yang bisa ku gunakan sebagai tempat istirahat jika lelah.

Jam 2.15 siang

Baru berjalan 5 menit saja aku sudah ditemukan oleh masalah baru, di depan toko roti namun ku kira sih cafe kopi yang menyediakan roti, ada seorang gadis smp, kucir dua, rambut kuning (Bukan dari oni Chichi loh ya, tapi dari Papa no Ikuto)

"Namanya Miu Takanashi sepertinya" pikir ku

Dia ku lihat sepertinya ingin makan roti, mungkin dia lapar, ya normal saja lapar, mungkin orang tuanya sudah tiada dan dia bersama kakak dan adiknya sekarang sudah di rawat oleh paman mereka.

Ku hampiri dia.

"Halo nona manis, apa kamu lapar?" tanya ku

Dia menengok ku lalu kaget.

"Anda siapa, maaf aku tidak lapar jadi sampai jumpa" ucapnya segera lari dariku

"Eh eh jangan lari dulu, aku hanya menawarkan kamu makan, aku bukan orang baik tapi aku juga bukan orang jahat" ucap ku namun tidak berani menyentuhnya

Note : menyentuh wanita yang tidak di kenal bisa di anggap pelecehan seksual.

"Tidak perlu tuan, aku akan kembali sekarang" dia pergi

"Haduh sepertinya kamu sungguh menolak tawaran ku ya" pikir ku

"Tuan tolong bantu anak ku itu, dia sangat kelaparan belum sarapan dan makan siang" ucap ayahnya

"Papa, mana mungkin dia bisa melihat kita" ucap ibunya

Aku memijat jidat, kenapa juga bisa melihat arwah mereka juga.

"Aku bisa melihat kalian" ucap ku pelan

"Lihat dia bilang bisa melihat kita" ucap ibunya

"Ehhhh" mereka berdua kaget

"Tolong kejar dia beritahu aku tempatnya aku akan memberikan dia makanan" ucap ku yang menimbulkan kecurigaan pada orang yang melihatku karena berbicara sendiri.

"Baik akan ku kejar dia" kata ayahnya lalu pergi

"Akan ku temani kamu" ucap ibunya

"Tentu" balas ku

Aku segera masuk ke toko membeli beberapa roti lalu di bungkus di box besar, lalu beli minuman kaleng di mesin minuman, terakhir aku kejar dia, aku di pandu oleh ibunya, sekarang aku tidak mau berbicara denganya, bisa bisa aku di katakan gila nantinya.

Aku berjalan memuju arah yang ia tuju, sesampainya di pinggiran sungai ku cari anak gadis itu.

Setelah ku lihat kanan kiri akhirnya ku temukan dia sedang duduk di atas rumput sambil menangis.

Ku datangi dia dengan berjalan biasa agar dia tidak curiga dan lari lagi.

Setelah sampai di belakangnya, ku panggil dia.

"Nona manis, kenapa kamu menangis di sini?" ucap ku

"Mouuu anda ini kenapa mengikuti diriku, pergi sana atau aku akan teriak!" teriaknya padaku

"Dasar gadis tsundere, ini roti buatmu, ada juga minuman kaleng di sini, kamu lapar bukan?" tanya ku

"Tidak" tapi suara perut keroncongannya terdengar

Aku duduk di sampingnya, ku berikan kantong plastik berisi box roti, yang di dalamnya ada sekitar 35 potong roti, dan minuman kaleng 4 biji.

"Ini makanlah tidak ada racun di dalamnya, anggap saja ini pemberian tuhan jika kamu tidak menerimanya dariku"

Dia melihat box rotinya, dia sedikit ngiler.

"Ini ambilah, atau aku buang nih" ucap ku sambil menyodorkan kantung plastiknya

"Anda yakin? Tapi aku tidak bisa membayarnya"

"Aku memberikannya secara cuma cuma padamu, tapi jangan lupa berikan pada sodara mu juga ya nantinya"

Dia menerima dengan ragu, lalu memakan satu roti.

Mukanya tampak bahagia dan makan dengan lahap.

"Enak?" tanya ku

"Eh" dia sadar dari dunianya sendiri

"Ini enak, terima kasih, namun kenapa anda memberikannya gratis pada ku?"

"Pertama perkenalkan dulu namaku Haruka Shinomiya"

"Ah benar juga, namaku Miu Takanashi, sekolah di smp Ookami"

"Kedua aku masih muda loh, aku baru berumur 16 tahun, kelas 1 SMA"

"Ehhh kamu hanya selisih 3 tahun dariku! Ku kira kamu sudah om om karena badan mu yang besar"

"Hey itu penghinaan usia asal kamu tau"

"Eh maafkan aku maafkan aku"

"Tidak apa, aku hanya bercanda banyak orang yang mengira diriku anak kuliah, tapi ada juga sih yang mengira diriku itu om om tua(Si Saki pertama kali bertemu dengan ku), lalu ku jawab pertanyaan mu mengapa aku memberi kamu makanan itu, jawabnya adalah ini pesan dari ayah ibumu, mereka menyuruh ku memberikannya" ucap ku

"Shinomiya san anda jangan bercanda seperti itu, ibu dan ayah ku sudah meninggal" ucapnya sambil menundukkan kepala

"Aku tidak bercanda, aku pun tau ibu dan ayahmu sudah meninggal, tapi ketauilah mereka tetap ada di sisimu" ucap ku karena melihat Miu sedang di peluk oleh ayah dan ibunya, walaupun dia tidak bisa melihatnya

Miu menangis entah kenapa tanpa sebab.

Aku menepuk kepalanya.

"Maaf aku tidak bisa membuat mu melihat mereka tapi percayalah mereka selalu di dekat mu untuk melindungi kamu"

Dia memegang tangan ku.

"Umm terima kasih" ucapnya sambil tersenyum

"Astaga the power off remaja seperti loli" pikir ku

"Sama sama"

Aku bangkit dari duduk ku, lalu berdiri.

"Kamu ada uang, untuk kembali pulang?" tanya ku

"Ada" ucapnya sambil mengangguk

"Berikan dia uang Shinomiya san, uangnya hanya sisa untuk kereta pulang saja" ucap Ayahnya

"Papa, jangan keterlaluan!" kata ibunya

"Hmmm"

Aku mengambil dompet, ku keluarkan uang sebanyak 10 rb yen.

"Ini ambil, ayahmu memintakannya padaku" ucapku pada Miu sambil menyodorkan uang 10 rb yen

"Eh tidak usah, Shinomiya san, roti ini sudah cukup"

Ku pegang tangannya lalu ku berikan uangku padanya.

"Terima saja atau ayah mu akan menghantui ku nanti" kataku padanya

Ku berikan lagi kartu nama ku.

"Ini kartu nama ku, jika kamu setelah lulus smp atau kakak mu ingin berniat sekolah di dekat SMA Karasuno, aku bisa membantu kalian dengan memberikan pekerjaan paruh waktu, gajinya besar, untuk kalian tidurnya ada apartemen murah di sana"

Lalu aku pergi.

"Terima masih Shinomiya san" ucapnya

"Ya sama sama" balas ku sambil melambaikan tangan ke belakang

Di depan ku ada kedua orang tuanya

"Terima kasih atas bantuannya Shinomiya san" ucap mereka berdua

"Tentu, sekarang menyingkirlah, aku mau kembali ke penginapan ku"

"Tentu silahkan"

.

Jam 4 sore aku baru sampai penginapan karena tidak pakai taksi.

Di penginapan sudah kosong akan orang.

Ku buka ponsel ku, ku lihat banyak panggilan yang tak terjawab dari Yamato sensei.

Lalu ada pesan darinya juga.

"Jika kamu baca segera menyusul ke stadion lama Sendai, jaraknya hanya 1 km dari penginapan, atau kamu bisa telepon sensei, jika sudah jam 4.30 lebih baik jangan datang saja"

Karena ini baru jam 4, segera saja ku susul mereka, namun sebelumnya aku ganti baju dan sepatu dulu.

Aku menyusul dengan lari, sebab hanya 1 km, ya paling 4 menit sampai.

Sesampainya di sana aku segera masuk ke stadion.

Yang lain sudah mulai mencatat nilai lari ataupun cabang lainnya.

Aku menghampiri Yamato sensei.

"Haruka segera bersiap di lintasan 1, kamu sudah latihan bukan?"

"Sudah sensei" balas ku

"Baiklah, selesai lari 1500 m, giliran mu, kita kembali jam 5 nanti sebabnya"

"Baik sensei" balas ku

5 menit menunggu akhirnya lari 1500 meter berakhir, aku sudah bersiap di lintasan ku.

Pruitt...

Aku berlari cepat namun bukan performa terbaik ku, sebab besok tanggal 9 aku bertanding, jadi tidak baik juga jika terlalu memaksakan diri.

.

"Tahan Haruka tidak perlu terlalu cepat, ini hanya penyesuaian untuk tubuhmu yang sudah seminggu tidak lari di trek lapangan!" teriak Sumire sensei

"Jangan di percepat, tapi pertahankan saja!" teriak Yamato

.

Aku berlari biasa saja karena mereka bersorak seperti itu.

Setelah 1 menit 58 detik akhirnya aku finish.

Waktu yang lumayan baik, namun masih jauh dari harapan.

Yamato sensei tidak menyalahkan ku, sebab ini hanya latihan khusus untuk diriku yang 1 minggu lebih tidak lari di trek.

Jam 4.30 aku bersiap di lintasan lompat jauh.

"Cukup sekali namun gunakan hentakan terbaik mu Haruka!" teriak Yamato sensei

"Baik sensei"

Peluit di tiup, aku mulai lari dengan kencang.

Bruk bruk bruk

Boom!

Tolakan ku lakukan dengan kaki kanan.

Aku berjalan di udara, laku menggantung terakhir ku ayunkan kaki dan tangan ke depan.

Orang yang melihat mungkin biasa saja, namun jika di lihat dalam video gerak lambat, akan terlihat menakjubkan dan keren.

Brushhhh

Pasir berhamburan ke samping dan depan saat aku mendarat.

"8.1 m" teriak anggota klub atletik yang membantu mengukur

"Bagus, Haruka ini bisa membuat kamu lolos pertahankan!" teriak Yamato sensei

Aku mengucapkan terima kasih pada sensei dan teman ku di klub atletik itu.

.

Jam 5 sore di rumah ku.

Bel rumah berbunyi, Saki keluar untuk melihat siapa tamunya.

"Tanaka senpai ya, mau apa kemari?" tanya Saki

"Ini aku ingin menyerahkan titipan Haruka padamu, katanya dia tidak bisa kembali sekarang, jadi ia titipkan oleh olehnya pada ku"

"Eh terima kasih, senpai mau masuk dulu?" tawat Saki

"Tidak usah, aku mau langsung istirahat saja ini, sebelumnya jam 3 tadi aku kemari namun belum ada orang" ucap Tanaka sambil menggaruk kepalanya

"Jam 3 tadi aku masih di sekolah, maaf ya"

"Tidak apa, sudah dulu ya aku kembali"

"Baik, silahkan senpai" ucap Saki

Tanaka pergi menggunakan sepedanya kembali ke rumah.

Saki menutup pintu gerbang samping lalu masuk ke rumah.

"Siapa tadi kak Saki?" tanya Rin chan di teras depan sambil main ayunnan

Note : teras depan hingga gerbang berjarak 10 meter.

"Itu temannya kak Haruka, ia membawakan oleh oleh sendai, kamu mau? Ada coklat ada roti ada gantungan kunci, ada apalagi ini, pie sepertinya" tawar Saki

"Mau coklatnya satu kak"

"Hanya satu? Ini ku beri banyak" ucap Saki lalu memberikan coklat yang di bungkus kecil kecil sebanyak genggamannya

Rin chan menadahkan kedua tangannya agar coklat tidak jatuh.

"Jika masih mau ambil sendiri di toples snack ruang keluarga ya Rin chan"

"Umm"

.

Di dalam rumah Saki membantu ibu untuk masak makan malam.

Sebelumnya Saki juga menawarkan oleh oleh dari Haruka tapi ibunya menolak karena masih repot.

"Haruka tidak kembali dulu?" tanya ibu

"Tidak, katanya akan kembali tanggal 10 nanti" balas Saki dengan muka cemberut

Ibu menggelengkan kepalanya, karena tingkah putrinya ini.

"Jangan cemberut sayang, sekarang ayo bantu ibu dulu"

"Umm, oke"

Sebelumnya jam 10 pagi tadi, ibu sudah melakukan pindahan rumah, ia juga berpamitan pada Tsukasa dan Nasa, serta memberitahu keluarga Okazaki bahwa ibu akan pindah.

Ya tetangga agak menyayangkan sebab ibu Nihara adalah orang yang ramah dan baik, dia terkadang membantu mereka yang kesusahan uang ataupun kesusahan makan, tapi mereka sadar juga sebab ia pindah juga karena ada Rin chan yang baru bergabung dengan keluarganya, Rin chan anak baru di daerah sini dan masih kecil jadi ibu tidak bisa meninggalkannya sendirian di apartemen jikalau ia sibuk.

Note : sebenarnya ibu pindah juga agar Rin chan punya lingkungan hidup yang luas, di rumah Haruka dan Saki itu luas, sementara di apartemen itu agak sempit dan tidak ada ruang bermain, mungkin ketika Rin chan remaja, ibu akan mengajaknya pindah kembali.

Lalu sekarang ibu juga belajar naik mobil, namun dia membeli mobil sendiri untuknya yang murah sebab hanya di gunakan perjalanan kerja dan mengantar Rin chan sekolah di masa depan, ia tidak ingin terlalu merepotkan Saki dan Haruka.

Jam 7 malam di meja makan.

"Ini cara makannya bagaimana?" tanya Rin chan karena di depan nya ada lobster besar

Saki dan ibu tertawa.

"Biar ibu bantu Rin chan, kamu tau bukan ini namanya apa" ucap ibu

"Udang?" tebak Rin chan

"Hampir benar, tapi ini namanya lobster kamu bisa memanggilnya udang besar juga, cangkangnya keras, jadi kita perlu ini" tunjuk ibu pada gunting makanan laut

"Ohh boleh Rin chan coba" ucap Rin chan sambil berbinar matanya

"Boleh saja jika kuat"

Ibu menyerahkan guntingnya pada Rin chan, namun ya bisa di tebak Rin chan tidak kuat, akhirnya ibu dan Saki yang membukakannya.

Untuk saus lobster ibu pilih asam manis dan sedikit pedas, sebab Rin chan juga ikut makan.

.

Rin chan makan dengan lahab, padahal dia baru pertama kali makan.

.

Jam 8 malam aku di telepon Saki.

"Haruka kun bagaimana cincinnya?" tanya Saki langsung

"Belum ketemu" ucap ku (Jika ku katakan sudah pasti dia minta bukti)

"Jika tidak ketemu kita beli baru saja" ucap Saki

"Tidak perlu, aku pastikan tanggal 10 akan ketemu, tapi jika tidak ya beli sih jadinya hehe"

Kami mengobrol sampai jam 9 malam, ya jika seperti Saki dan aku mengubahnya jadi video call, sebab aku tak ingin istriku terlihat oleh orang lain saat hanya menggunakan tank top, jadi video call saat sepi.

.

Rabu 8 Juli, Pukul 6.30 pagi.

Kami se klub atletik sudah tiba di stadion, pertandingan hari ini adalah lari jarak pendek, tolak peluru dan lompat tinggi, jadi hari ini aku hanya melihat dari kursi penonton, menyemangati anggota tim yang bertanding.

Pertandingan pertama adalah lari putra 100 meter.

Ada 44 peserta, dibagi jadi 6 kelompok, diambil 3 besar di setiap kelompok, babak ke 2, dibagi jadi 2 kelompok diambil 4 besar, final ada 8 peserta nantinya.

.

Setelah tembakan di bunyikan, atlet mulai berlari kencang.

"Go go!" teriak kami pendukung dadakan

.

.

Perwakilan pertama kami yaitu Hideo senpai berhasil menempati peringkat 3, artinya bisa lolos ke babak berikutnya, waktinya adalah 11 detik dan 56

Lalu perwakilan yang kedua bermain di ronde ke 4 nanti, jadi kami mendukung cabang yang lain ganti.

Di tolak peluru wanita ku lihat ada siswi kami tapi aku tak tau namanya, lemparannya bisa tembus 14 m, ia peringkat pertama sementara.

"Wow" ucap ku

Tapi yang putranya malah melempem, sampai lemparan ke dua ia hanya bisa 8 m, peringkat terakhir

Note : babak entah itu lempar lembing, lempar galah atau bahkan lompat, hitungannya setiap pemain ada 3 kali kesempatan, dalam 3 kali kesempatan itu para atlet harus berlomba mendapatkan peringkat 7 besar, setelah 3 kali kesempatan, 7 besar di klasmen akan lanjut ke babak berikutnya melanjutkan kesempatan ke 4,5 dan 6, jadi jika lolos maka mendapat 6 kali kesempatan.

Sampai jam 11 siang atau saat istirahat.

Hanya beberapa cabang saja yang mendapat peringkat satu dan lolos nasional.

Antaranya.

- Lari 200 m putra (Nomal menang)

- Lari 200 m putri (Pendatang baru)

- Lari 400 m putri (Normal menang)

(Putri hampkr mengambil semua tempat di cabang lari jarak pendek sayangnya di 100 m putri, Chika san anak kelas 2 harus menempati posisi dua, setelah kalah dari lawannya SMA Maru hanya selisih 17 mili detik, tapi untungnya Chika san berhasil menempati posisi pertama di 200m putri)

- Tolak peluru wanita (Normal menang)

Lompat tinggi dan lompat galah jam 1 siang nanti di waktu bersamaan.

.

Kami makan siang bersama di taman luar stadion, hanya makan sandwich dan teh hangat dan sari kedelai.

Sensei tetap memberi semangat pada anggota yang kalah tanding.

"Ingatlah walaupun kalian kalah, kalian masih ada kesempatan di inter high bulan januari, jadi jangan sampai berkecil hati tapi berusahalah lebih keras" ucap Sumire sensei

"Baik sensei!"

.

Jam satu siang

Lomba di mulai kembali, lompat tinggi putra ataupun putri gagal sebab kalah di seleksi awal.

Lalu di lompat galah kami berhasil memenangkan untuk yang putra, sementara yang putri harus berada di posisi kedua.

Dengan hasil ini lomba hari pertama usai, dengan sebanyak 5 cabang olahraga yang berhasil masuk nasional bukanlah hal yang memalukan juga, sebab lawan kami sebanyak 68 sekolah sebenarnya, namun kebanyakan kosong dan tidak mengirimkan perwakilan, sekolah kami pun sama contohnya, di 5000 m putri dan 10 rb m putri kami tidak ada perwakilan.

Note : Selepas pertandingan piala dan piagam diserahkan pada atlet yang menang, plus uang pembinaan.

Note : di tingkat provinsi piala, namun di nasional akan berubah jadi mendali.

Kami kembali bersama ke penginapan.

.

Hari Kamis 9 Juli, pukul 7

Hari ini aku bertanding, lawan ku ada sebanyak 34 peserta termasuk aku, dibagi jadi 4 kelompok, dan akan di ambil hanya dua, jadi aku hanya akan bertanding dua ronde, penyisihan dan yang kedua langsung final.

Aku bersiap di lintasan nomor 6.

.

.

Duar!!

Aku berlari cepat namun masih dalam batas wajar.

"Fokus fokus Haruka!" teriak Yamato

"Gooo semangat!!!" teriak anggota klub yang mendukung

"Ayooo kouhai kuu!!!" teriak Taka senpai(200 meter putra)

Setelah belokan pertama aku segera memotong jalur ke lintasan satu, sebab aturannya memang seperti itu.

Aku memimpin di kelompok ini.

"Haruka, jangan terlalu cepat hemat tenaga!, posisi kedua masih jauh di belakang mu!" terus Sumire sensei di tribun yang berbeda

Aku yang mendengar menurunkan kecepatan.

.

Tingg

400 meter pertama sudah terlewati, aku masih di posisi pertama.

.

600 m sudah terlewati, kurang 200 meter, para atlet segera sprint, aku pun juga, namun sayangnya atlet lain ketinggalan sangat jauh di belakang, jadi walaupun mereka sprint dan aku lari normal aku tetap juara.

30 meter mendekati garis finish

Ku percepat langkah ku.

Akhirnya aku finsih di peringkat pertama dengan waktu 1 menit 56 detik.

Peserta kedua +7 detik dariku.

Kurasa ritmenya kacau karena mengikuti lariku.

"Yoshhaaa!!!" teriak anggota klub ku

.

Jam 1 siang, final 800 meter di lakukan.

Aku yang punya catatan waktu terbaik di penyisihan membuat ku mendapatkan lintasa pertama, jadi aku lebih di untungkan.

Di lintasan

Aku bersiap dengan start berdiri

Ditribun semuanya berdoa agar aku bisa juara.

Duar!!!

Pistol di bunyikan, aku segera berlari cepat, setelah belokan aku di tetap di posisi pertama namun ada 2 pemain yang berhasil menimbangi ku.

"Pertahankan Haruka!" teriak Yamato sensei

Aku mempertahankan posisi pertama tanpa mencoba menghadangi pemain di belakang ku.

Note : Blocking bisa terjadi dalam lari, artinya pemain di depan mencegah pemain belakangnya menyalip, ini hanya ada di lari jarak menengah dan jauh, di lari jarak pendek tidak boleh di lakukan sebab lari jarak pendek ada treknya tiap pemain, tidak seperti jarak menengah dan jauh yang akan melebur jadi satu.

400 meter pertama ku lewati dengan baik.

Aku masih belum kelelahan.

Aku langsung sprint saja.

"Astaga apa dia manusia" pikir pemain nomor 2 yang sudah kuntinggalkan

"Ini terlalu berat" pikir pemain ke 3

"Astaga apa pelatihnya tidak bisa mengajarkan cara lari, dia pasti akan tersalip di 100 meter terakhir" pikir pelatih dari SMA lain

"Haruka turunkan tempo atau kamu akan melambat di 100 meter terkahir!" teriak Sumire panik

Aku sudah terlanjur menaikan tempo ya sudah tetap ku lanjutkan saja, sebab tubuhku yang paling tau adalah diriku sendiri.

200 meter akhir

"Malah semakin cepat!" teriak pelatih SMA Maru

"Dia setingkat nasional?" pikir pelatih yang lain

100 meter

Aku masih sprint

90 m

60 m

20 m

10 m

.

1 menit 43 detik

"Astaga rekor nasional!" teriak para pelatih

Next chapter