webnovel

Bantuan 1

Ravi terpaku dan tak dapat berkutik sedikitpun kala Raymond mempertemukan bibir mereka berdua. Dia terlalu sibuk mencerna apa yang terjadi sekarang sehingga Ravi tidak memiliki kuasa untuk menjauhkan bibirnya sendiri dari situasi ini. Hingga Raymond sendirilah yang menjauhkan kepalanya sambil terengah-engah.

Hanya bibir yang menempel, tidak ada yang lain. Namun, itu adalah ciuman pertama Ravi dan tidak seharusnya berakhir pada seorang pria sama seperti dirinya. Lantas mengapa Raymond melakukan itu?

"Apa yang kamu lakukan Raymond?" tanya Ravi langsung dan dia tiba-tiba berpikir bahwa ini adalah pengaruh dari Adrian. Hal itu membuat Ravi semakin mengeratkan cengkeramannya pada tangan Raymond. "Apakah kamu dipengaruhi oleh Adrian juga?"

Rasa sakit pada Raymond sepertinya tahu hilang dibuktikan dengan pria itu tidak lagi meringis kesakitan hanya bersandar dinding sambil mengatur napasnya.

"Seseorang mengatakan padaku, jika aku melanggar janjiku dan berakhir kesakitan aku harus mencium pemilikku," kata Raymond menatap Ravi serius.

"Tetapi kamu tidak bisa tiba-tiba melakukan itu padaku. Ini mengejutkan bagiku apalagi kita sama-sama pria." Ravi berucap dia pun tidak melupakan fakta bahwa Raymond sebelumnya menyinggung tentang sebuah janji.

"Mengapa Ravi? Di tempatku sebelumnya tidak masalah jika laki-laki saling berciuman."

Ravi menjadi tidak nyaman ketika Raymond membicarakan hal itu, dia adalah pria normal. Walaupun di tempat Ravi tinggal di sini sama sekali tidak mempermasalahkan hubungan sesama jenis, tetapi tetap saja Ravi tidak terbiasa.

"Jadi, jika kamu mengingkari janji maka kamu akan kesakitan?" tanya Ravi tidak ingin membahas lebih jauh lagi tentang pertanyaan Raymond sebelumnya.

"Benar Ravi," katanya tak lagi menatap Ravi, melainkan pada tangan mereka yang masih saling bertaut. "Aku ingin mengatakan semuanya pada Ravi, tetapi aku tidak bisa."

Ravi mulai mengerti mengapa Raymond tidak mengatakan apapun tentang dirinya saat itu. "Jadi untuk menghilangkan rasa sakit itu dengan car seperti tadi?"

"Iya, Ravi."

Ravi bingung untuk mengatakan apalagi selanjutnya pada akhirnya mereka hanya diam kembali dengan pikiran masing-masing. "Jika kamu tidak bisa mengatakan tentang masalalumu, aku tidak tahu lagi bagaimana kita bisa terlepas dari Adrian? Kita tidak mungkin akan terus bersembunyi darinya, kan?"

"Tidak, tetapi Ravi hanya untuk kali ini. Aku mohon jangan pergi. Aku memiliki perasaan tidak enak," mohon Raymond padanya, Ravi menganggukkan kepalanya setuju. Dia pun tidak ingin mengambil resiko dengan untuk terjadi sesuatu yang buruk padanya.

"Baik, kamu tidak perlu memohon seperti itu," ucap Ravi sambil tersenyum.

Ravi merogoh pada saku kemeja di mana sebatang cokelat masih berada di sana, dia langsung memberikannya pada Raymond. "Untukmu."

Raymond menoleh padanya dalam sekejap ekspresi berubah tercetak di wajah itu. Raymond tidak segera mengambil cokelat yang Ravi berikan, tetapi dia sekali lagi hanya memandang antara Ravi dan cokelat secara bergilir. "Ini untukku?"

"Iya, kamu sejak tadi gelisah. Aku ingin membuatmu semakin lebih baik," kata Ravi yang sekarang justru bingung bagaimana caranya membuka bungkus cokelat sekarang jika tangan mereka seperti ini.

"Benar, bahwa Ravi sangat suka cokelat. Maka aku juga sangat menyukai Ravi. Ravi sangat pengertian."

"Bisakah kamu membatuku untuk membuka bungkus cokelatnya?" tanya Ravi mengabaikan perkataan Raymond sebelumnya. Sangat aneh bagi dirinya untuk mendengar hal itu dari pria lain, jadi mulai sekarang sebisa mungkin Ravi akan menghindari percakapan yang membawa ke sana.

"Bagaimana caranya Ravi?" tanya Raymond engan keingintahuannya sambil melihat ke arah cokelat dengan penuh minat.

Ravi menunjukkannya, dia dengan perlahan membuka dan mematahkannya untuk dia sodorkan ke depan mulut Raymond.

Raymond dengan senang hati menyambutnya, tetapi bukan seperti ini yang Ravi maksud. "Jangan memakan tanganku juga, Raymond."

Raymond justru hanya tersenyum sambil memejamkan matanya, kepalanya bergoyang-goyang asal menikmati cokelat yang berada di mulutnya. Kemudian mata itu terbuka menampakkan mata emasnya yang bersinar. "Ravi, aku—"

Perkataan Raymond terpotong tatkala suara ponsel dari milik Ravi berbunyi nyaring dari dalam sakunya. Ravi cepat-cepat mengambil dan membukanya dan di sana tertulis bahwa temannya yang tinggal tak jauh dari rumah Ravi tengah menelponnya sekarang. Ravi mengangkatnya segera yang justru langsung di sambut dengan suara-suara panik di ujung sana. "Ada apa di sana, Liam?"

"Ravi, bisakah kamu menolongku? Aku mohon?" tanya Liam temannya dari ujung telepon terdengar panik dan tidak mungkin Ravi bisa menolaknya.

"Katakan saja, Liam. Ada apa?"

"Bisakah kamu ke mari Ravi, aku mohon! Aku tidak bisa mengatakan padamu di telepon."

Panggilan segera terputus sebelum Ravi bisa bertanya lebih jelas lagi. Ravi bangkit berdiri dikuti dengan Raymond yang masih menggenggam tangannya erat, hingga Raymond kemudian bertanya, "Ravi, ingin pergi ke mana?"

"Pasti telah terjadi sesuatu, aku harus menemui temanku. Dia tidak jauh dari sini." Ravi menerangkan, dia juga merasa khawatir kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan karena Liam tidak mungkin tiba-tiba menelponnya di malam hari jika tidak terjadi sesuatu.

"Ravi, kita tidak bisa pergi. Ada Adrian yang akan melakukan sesuatu, tolong jangan pergi, Ravi." Raymond menahannya ketika Ravi hendak melepaskan gengamannya.

"Ada apa Raymond? Temanku membutuhkan bantuan, aku tidak bisa mengabaikannya. Jangan membuang-buang waktu."

"Ravi aku akan ikut, aku tidak bisa membiarkan Ravi pergi sendirian."

Pada akhirnya Ravi membiarkan Raymond mengikutinya, dia pun tidak ingin sesuatu yang buruk seperti yang lalu terulang kembali.

Ravi membuka pintu gudang sambil menyesuaikan cahaya terang dari luar. Rumah masih terasa seperti biasanya, tidak ada siapapun, Daniel serta kedua orangtuanya masih belum pulang.

"Tidak, Ravi. Seharusnya kita tetap di gudang." Raymond lagi-lagi menghentikan langkah Ravi saat dirinya hendak membuka pintu depan.

"Aku harus pergi, jangan menahanku kali ini. "

Ketika Ravi membuka pintunya, dalam gerakan cepat dia di tarik ke kebelakang oleh Raymond seketika matanya merlabar tatkala sayap Raymond keluar dan langsung melingkupi tubuh Reiki di dalam pelukan Raymond. Sekelebat Ravi bisa melihat Adrian di sana tengah mengarahkan pedangnya tinggi-tinggi dan semua kembali gelap.

Next chapter