webnovel

Siapa aku?

Ravi menutup pintu dengan keras di belakangnya dan justru dia mendapati Adrian melayang di jendela dengan sayapnya yang mengepak, tangannya terlipat di depan dada dengan raut kepuasan di sana. Dia lebih dari tahu bahwa makhluk itulah yang telah membuat kekacauan yang terjadi pada Ravi tadi. Ravi segera melesat ke sisi jendela dengan tangan mengepal, tatapan tajam telah melayang ke arahnya dengan ketidak sukaan berada di sana. Dia membuka jendela dengan suara keras. "Kamulah yang menjadi masalah di sini. Apa masalahmu?"

Pria itu justru menyeringai masih dalam pose yang sama dan Ravi ingin sekali mengayunkan tangannya segera pada Adrian yang telah membuat kata-kata kasar yang tidak pernah dia lakukan pada orang lain. Dia sendiri tidak tahu bagaimana Adrian melakukan hal ini pada Ravi, tetapi fakta bahwa pria dengan sayap putih ini bukanlah manusia dan hal itu seharusnya bisa saja terjadi. Ravi mendengar suara ketukan keras dari luar kamarnya dan untuk sementara Ravi sendiri mengabaikannya.

"Ingin aku menunjukkan pertunjukkan? Tetapi sayangnya tidak sekarang, kita lihat malam nanti." Pria itu berkata santai, tetapi Ravi tahu bahwa sesuatu yang buruk pastilah akan terjadi pada dirinya nanti.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Ravi menaikkan nadanya melayangkan tatapan berduri pada pria ini. Dia diam-diam sangat mengkhawatirkan dengan keamanan semua keluarganya, jika sesuatu pada mereka Ravi tentu saja tidak akan diam saja.

"Yang akan aku lakukan..."

Pria itu menggantungkan kalimatnya, tetapi tiba-tiba saja Ravi bergerak sangat cepat menuju ke arah meja belajarnya, membuka salah satu laci untuk meraih sebuah gunting di sana. Ravi tahu apa yang akan terjadi selanjutnya apalagi sekarang dirinya kembali berdiri di depan jendela seperti sebuah boneka yang dikendalikan, matanya tidak bisa berbohong menatap tajam ke arah Adrian yang semakin menyeringai lebar. Mulut Ravi terkunci rapat sekeras apapun dia mencoba dan di luar kamarnya seseorang hendak mendobrak pintunya kuat.

Tangan Ravi bergerak otomatis menggunting bajunya hingga lolos dari badannya, sampai Adrian kembali berbicara padanya kembali. "Bagian mana yang ingin berwarna merah?"

Ravi bergidik ke sekujur tubuhnya dengan angin yang bertiup dari sayap itu menerpa bagian badannya yang telanjang. Sekarang gunting yang dia gengam erat di tangan telah mengarah tepat di perutnya yang langsung saja membuat detak jantung Ravi meningkat. Apakah dirinya akan mati sekarang?

Pria berambut silver itu mendekat ke bibir jendela, tetapi dengan mendekatnya pria itu, pintu terbuka keras dengan Daniel juga Raymond yang masuk dengan semua kemarahan yang menguar melingkupi dirinya. Raymond berada di sisinya langsung merebut gunting di tangan Ravi dan melemparkannya jauh dari jangkauannya.

"Lebih baik pergi, jika kamu membuat kekacauan yang lebih dari ini, maka aku-"

"Kamu akan apa?" potong Adrian santai dengan nada mengejek pada Daniel. Ravi masih terengah-engah berpegangan erat pada Raymond Keta dia menyadari bahwa dirinya telah lepas dari kendali Adrian.

Mata silver pria itu beralih pada Ravi kembali, membuat Raymond bergeser untuk berdiri tepat di depan Ravi. Namun, pria itu seolah mengabaikan kehadiran Raymond dan juga Daniel di sekitarnya justru menangkap tatapan Ravi sambil berkata, "Rencana berubah."

Kemudian Adrian pergi meninggalkan decak pada Daniel. Dia mengarahkan tatapannya pada Ravi sambil mengambil selimut untuk membungkus dirinya, tetapi Ravi menepisnya dan mengambil baju di dalam lemarinya untuk dia kenakan kembali.

"Apa yang dia katakan padamu, Ravi?"

Ravi diam tidak menjawab apa-apa, justru dirinya memilih untuk duduk di depan meja belajarnya untuk menyalakan laptop miliknya mengabaikan sepenuhnya dua orang ini. Dia sungguh tidak menyukai ketika Daniel telah menyembunyikan sesuatu padanya tentang masa lalu yang Ravi sendiri tidak bisa dia ingat. Daniel pastilah berhubungan dengan orang-orang seperti Raymond dan juga Adrian dan kecurigaan yang berada di dalam kepala Ravi bahwa Daniel pun adalah bagian dari mereka membuat dia merasa mual tiba-tiba.

Ketika untuk pertama kalinya Ravi melihat sosok Adrian yang tengah berbicara pada Daniel, dia baru menyadari sekarang bahwa semua yang berada di sekitarnya mulai terasa asing. Ravi sendiri tidak menyadari dengan mengapa hal itu bisa terjadi dia rasakan.

***

"Apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Ravi tidak tahan lagi dengan banyaknya pertanyaan yang datang ke kepalanya.

Ada dengusan kembali sampai mulut Adrian membentuk garis keras di sana bersamaan dengan matanya berkilat menatap Ravi. "Membalas dendam."

"Dendam?"

"Orang yang kamu terima di dalam rumahmu itu adalah orang yang sama telah menghabisi semua penghuni istanaku."

Ravi terdiam dan dia pun tidak bisa langsung mempercayai begitu saja dengan apa yang Adrian katakan padanya ini. Pria itu kembali melanjutkan, "Apakah kamu benar-benar yakin bahwa Daniel adalah kakakmu dan mereka adalah keluargamu? Tidak, bahkan apakah kamu mengingat setidaknya bagaimana kamu beberapa tahun yang lalu?"

"Mengapa kamu mengatakan itu padaku?" Jujur Ravi tidak mengerti maksud dan tujuan dari Adrian melakukan ini, dia ingin membalas dendam, tetapi dia juga memberitahunya.

"Kamu tidak bisa menjawabnya karena semua keluargamu membohongimu."

***

"Ravi?" Suara Raymond membuat dia sadar dari lamunannya sehingga Ravi langsung menyalakan video apapun untuk dia tonton dan menyalakan dengan suara besar. Dia berharap bahwa mereka keluar dari kamarnya sekarang, karena Ravi tiba-tiba hanya ingin sendirian.

Di saat keterdiamannya dia berpikir kembali mungkin saja bahwa Adrian benar tentang Daniel. Ravi juga tidak mengingat apapun tentang dirinya sebelumnya, dia hanya mengingat tentang dua tahun ini yang dia jalani begitu saja. Ravi mempercayai apa yang dikatakan mereka bahwa dia lupa ingatan karena kecelakan yang dia alami, tetapi Ravi sendiri tidak mengalami luka apapun karena kecelakaan itu dan seharusnya Ravi mulai mempertanyakan dirinya saat itu.

"Ravi?" Daniel mengguncang bahunya, tetapi Ravi tidak merespon apapun. Dia hanya tidak tahu harus apa. "Ravi ada apa? Sesuatu yang salah? Apakah pria itu melakukan sesuatu pada Ravi?"

Ravi melihat ke arah kakaknya itu dan dia seharusnya lega bahwa mereka memang sedikit mirip satu sama lain dan seharusnya Ravi tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh Adrian. Pria itu berniat untuk membalas dendam, tentu saja dia mencari celah untuk melakukannya.

Ravi mengerjap, dia bangkit berdiri dan berjalan ke atas ranjang setelah mengambil selimut yang tergeletak di lantai. Dia menyelubungi dirinya dengan selimut dan tidak peduli lagi pada sekitarnya, dia ingin sendiri kali ini.

"Ravi ada apa? Jangan diam seperti ini?" Daniel masih terus bertanya dan kapan hal itu bisa berhenti?

Hingga membuat Ravi menyibak selimutnya dan menatap tepat ke mata Daniel dengan lelah sambil bertanya, "Daniel, siapa aku?"

Next chapter