webnovel

Berkorban Untuk Cinta

Tak ada yang mampu melawan kekuatan magento, Monster dengan penis penghisap seperti magnet itu akan menarik sesuatu yang Ia pilih, dan Edgar telah menjadi yang terpilih.

"Lepaskan Aku Olly" Pinta Edgar dalam tangis.

Edgar tidak sanggup melihat kulit kekasihnya terkelupas, Ia memejamkan mata pasrah, mungkin sudah takdir jika Ia memang harus meregang nyawa ditangan Magento sang penguasa perbatasan Morza Land.

"Aku--tidak akan--melepaskanmu Ed, walau nyawaku--taruhannya" Ucap Olivier lirih, nafasnya memburu sehingga harus berbicara terbata-bata.

Sepasang kekasih itu saling tatap dalam tangis.

dengan hati yang masing-masing teriris.

berharap takdir ini bukanlah sebuah garis.

Yang menyebabkan kisah cinta keduanya berakhir tragis.

"Olivier, biarkan aku pergi!" bibir edgar dengan getirnya berkata,"Aku tidak mau kau mati"

"Jangan bodoh!!" teriak Olivier, "Aku tidak perduli jika aku mati, asal matiku bersamamu, apa artinya ragaku yang berdiri, jika tidak ada kau disampingku"

Olivier berusaha merengkuh wajah Edgar di sela kekuatannya yang mulai melemah, tak mampu lagi menahan angin yang semakin kencang menarik tubuh Edgar.

Olivier berhasil merengkuh, dengan segenap hatinya, dengan seluruh jiwanya, dengan rasa cintanya, Olivier mencium bibir Edgar.

Kekuatan cinta itu nyata

Tak perduli pada siapa manusianya

Jenis yang berbeda ataupun sama

Semua berhak merasakan cinta

Air mata kedua kekasih saling cinta itu jatuh membasahi bumi, sejenak waktu seolah berhenti, tak ada desir angin, semua terasa hampa.

Dari bawah rerumputan Morza Land yang Olivier pijak, muncul seberkas cahaya, disusul seberkas cahaya yang lain, berwarna tak hanya satu, tapi beragam, berputar mengelilingi  tubuh Olivier, sinarnya menyilaukan, Olivier merasa tubuhnya seperti diselimuti pelangi.

"Carla" lirih Olivier melihat sekelebat bayangan yang ikut hadir bersamaan dengan cahaya yang menyelimuti tubuhnya.

Tanah Morza berguncang, Bumi yang Olivier pijak seolah ingin terbelah, bergetar hebat, menarik pedang seribu darah milik Olivier, seolah tahu siapa tuannya, pedang itu terbang menghampiri Olivier yang langsung menangkap dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih menahan lengan Edgar.

Sinar itu berpindah, seolah mengalir didalam pedang milik Olivier, Ia kerahkan sisa kekuatannya dengan melempar pedang itu sekuat yang Ia bisa, tenaganya habis sudah, tangan Edgar terlepas, berpacu dengan pedang yang menghunus tajam, hanya menunggu siapa yang lebih dulu sampai.

Olivier lunglai, Ia duduk bersimpuh tak berani menatap kedepan, Ia tak sanggup melihat hasilnya, Ia pasrah.

Dalam kepasrahannya, memekiklah suara yang sangat memilukan, Olivier melihat sumbernya, hatinya bahagia, itu bukan Edgar, suara itu dihasilkan oleh Magento yang terhunus pedang tepat di ulu hatinya.

Edgar tepat memegang gagang pedang, memaksa hunusan itu semakin dalam.

"arrghhhhhhhhhhhh"

Teriakan pilu Magento menahan sakit, tak menyangka dirinya dikalahkan oleh kekuatan cinta pada diri Edgar dan juga Olivier.

Dengan penuh peluh yang membasahi tubuh telanjangnya, Edgar menarik pedang yang ukurannya sebesar tubuhnya sendiri, pedang yang menancap di ulu hati Magento, dengan kedua tangannya, Edgar mengayunkan kembali pedang Olivier tepat menebas leher Magento, sehingga kepala itu lepas dari badan.

Tersembur cairan hijau pekat yang membasahi tubuh Edgar, perlahan tubuh si monster raksasa tumbang.

Edgar berjalan dengan lunglai, menyeret pedang besar di tangannya mendekati Olivier, sesampainya di depan Olivier, tubuhnya letih, Ia menghempaskan tubuh telanjangnya tepat dipangkuan Olivier.

Dalam nafasnya yang memburu, Edgar masih sempat tersenyum lirih, "Olly, aku mengalahkannya" ujarnya memandang wajah Olly yang tak berhenti menangis.

"Iya Ed, kau mengalahkannya" Tangis haru Olly

"Olly, aku--aku ingin tidur sebentar"

Mata Edgar mulai samar, Ia letih tak bisa diungkapkan dengan kata, pusara angin yang menghisapnya itu sangat menghabisi tenaganya, ditambah lagi Edgar memaksakan diri meraih pedang yang dilemparkan Olivier.

Tubuh Magento yang terkapar menjadi terurai, menghasilkan bulir bulir berwarna abu-abu yang bergerak menuju langit biru.

Olivier mendekap tubuh Edgar yang dipenuhi lendir hijau, menyembunyikan tubuh telanjang Edgar kedalam rengkuhannya, Ikut tertidur karena keletihan yang melanda.

* * *

Erei

Erenai tiba di atas atap rumah Bibi Elvira dan Paman Edward, Orang tua Ellie yang membesarkan Edgar, namun sayang Ia tidak tepat waktu, tubuh paman dan bibinya sudah diikat, dipaksa dan terseret oleh beberapa panglima yang bertubuh seperti Olivier.

Ia bersembunyi dengan posisi tiarap, tidak mungkin baginya melawan puluhan orang yang menyeret tubuh Bibi Elvira dan Paman Edward, apalagi ada Soka bersama para panglima itu.

Soka terkekeh dengan bengis, Ia merasa dirinya menang, "jadikan mereka tahanan, biarkan Ficer bodoh itu datang dengan sendirinya".

Erenai hanya mampu memandangi dari kejauhan, kekuatannya tak cukup untuk menghadapi orang-orang sebanyak itu, Ia menyesali keterlambatannya karena terlalu lama menceritakan rahasia sebenarnya yang harus diketahui Edgar.

"aku harus mencari cara, berpikirlah erenai kumohon berpikirlah" ujarnya berkata pada diri sendiri.

Hanya ada satu cara, namun cara ini cukup berbahaya, mau tidak mau Erenai harus menggunakannya walaupun resiko yang Ia hadapi adalah kehilangan separuh kekuatannya.

Erenai duduk bersila, menyilangkan tangannya didada, bibirnya bergerak seolah melafalkan mantra, entah banyak kata yang ia keluarkan, hingga diakhir kalimat, ia mengatakan "tenui eum"

Tubuh Erenai berbayang, seolah membelah menjadi dua dengan posisi yang sama sama bersila dan tangan yang disilangkan didada.

Ada dua Erenai saat ini, itulah kenapa beresiko bagi erenai, dengan dua tubuh itu, Erenai membagi kekuatannya setengah pada tubuh duplikatnya.

"Aku mohon bantuanmu, aku akan mengawaso dari sini" ujar Erenai kepada tubuh duplikatnya.

Tubuh duplikat itu mengangguk, mengucapkan kata "Venire" sehingga mendatangkan Portal yang biasa mwmbawa Erenai kemanapun yang Ia mau tuju.

Tubuh palsu itu masuk kedalam portal, dan muncul dihadapan soka.

"hentikan soka!!" teriak Erenai.

Soka menyeringai, Ia mengenali oramg berjubah hitam yang telah menghalanginya untuk mendapatkan Edgar.

"lepaskan mereka, bawa Aku sebagai gantinya, kau mencari Ficer dan Guard bukan, aku tau dimana mereka berada" ujar Erenai dengan nada meyakinkan.

"kenapa hidup kedua rakyat jelata ini sangat penting bagimu pecundang" ledek Soka memamerkan senyuman jahat dengan bibirnya yang berwarna hitam.

"mereka tidak bersalah, bukan mereka yang kau cari, mereka tidak tau apa-apa" bela Erenai.

Soka menggerakkan tongkatnya, mengetukkan ujungnya ke tanah sebanyak dua kali, ikatan di tubuh Elvira dan Edward terlepas, tali berpindah posisi dengan cepat di tubuh Erenai.

"pergilah!!" teriak Erenai pelan.

Namun bukan Soka namanya jika tidak licik, Elvira dan Edward yang berlari meninggalkan lokasi Soka, diserang oleh soka, tongkatnya mengarah ke Elvira, sebuah cahaya hitam cukup besar menuju Elvira dan ingin menabrak tubuh perempuan paruh baya itu.

"tidak soka, hentikan!!" pekik Erenai pilu.

Soka memang licik, dengan membawa tubuh Erenai, Ia juga ingin menghabisi kedua orang tua Ellie yang tak lain adalah paman dan bibi Erenai maupun Edgar.

Namun Edward yang begitu mencintai istrinya dengan gagah menghalangi, mengorbankan dirinya dalam kematian, Elvira berteriak pilu dalam tangis.

"Pergilah" lirih Edward disela mautnya yang semakin dekat.

Erenai yang asli sudah tidak kuat lagi hanya bersembunyi, Ia sangat geram dengan kejahatan dan kelicikan Soka, tidak perduli jika harus ketahuan jika yang mereka tangkap adalah separuh kekuatannya yang ia ubah menjadi dirinya yang lain.

Erenai melompat dari atap, tubuhnya melayang dengan sigap menghampiri Elvira.

Dari kejauhan Soka sangat terkejut ada dua orang berjubah yang ada dihadapannya.

"sudah bibi, kita harus pergi, paman sudah tiada" ujarnya menahan Elvira untuk mendekati tubuh Edward yang terbujur kaku, Edward sudah mati, meregang nyawa ditangan Soka.

"kau licik penyihir sialan!!"Teriak Erenai diujung sana, diikuti tubuh Erenai yang ditangkap Soka.

"berani-beraninya kau mengelabuiku jalang" teriak Soka yang mengetahui jika tubuh yang Ia tangkap bukanlah yang asli.

Soka kembali mengarahkan tongkatnya, bola hitam yang menggumpal kembali menyerang Erenai yang memegangi Elvira, Sedangkan Elvira masih saja berusaha menghampiri mayat suaminya.

"Venire" ucap Erenai lagi, membuat portal muncul disampingnya, dengan sekali gerakan Ia menarik paksa Elvira dan menghilang dari hadapan soka.

Sedangkan gumpalan bola hitam itu menembus dan mengenai rumah Elvira, membuat rumah itu tiba-tiba hancur tanpa suara.

"bajingan!!!!" Teriak Soka memaki.

Tangannya mencengkram tubuh duplikat Erenai hingga mati, tubuh duplikat itu terurai menjadi butiran cahaya yang lenyap dari hadapan Soka.

Hilang sudah sebagian kekuatan Erenai demi menyelamatkan Paman dan bibinya.

Apa yang harus dikatakannya kepada Edgar dan Ellie saat tahu laki-laki yang mereka panggil ayah dan mereka sayangi telah tiada.

Next chapter