Hatinya sakit, sampai di luar kamar rawat Arsen bersandar pada dinding tubuhnya merosot ke lantai, pipinya sudah basah oleh air mata. Rasanya dia ingin berteriak memanggil nama Elise tapi yang bisa dia lakukan hanya menyebut nama Elise berulang kali dalam hatinya, seolah itu adalah mantra sebagai penguat hatinya berharap besok gadis itu bangun dan berdiri di hadapannya seperti sebelumnya.
…Elise… Elise… Elise…
Arsen menunduk, lututnya di tekuk ke atas, punggungnya bersandar pada dinding dingin, kedua tangannya terangkat menarik rambutnya dengan keras hingga menjadi acak-acakan. Dalah hati dia kembali berteriak memanggil nama Elise. Sia-sia. Tidak akan ada yang mendengar teriakan hatinya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com