webnovel

LIMA BELAS

Hari-hari berlalu dengan cepat dan Arsen tidak mengatakan apa pun padanya, pemuda itu memilih menutup mulutnya rapat-rapat padahal dia masih menunggu sampai pemuda itu mengatakan yang sebenarnya, hingga dia bisa mengambil keputusan yang tidak akan menyakiti mereka berdua tapi kali ini dia akan membuat keputusan yang mungkin saja akan menyakitinya atau pun juga Arsen.

Tapi dia tidak punya pilihan, dia tidak mau pemuda itu melepaskan impiannya hanya untuk gadis penyakitan sepertinya. Hari ini adalah hari ke tiga yang dia sebutkan pada Tori sebelumnya. dan hari ini dia juga akan membuat keputusan memilih untuk mengakhiri hubungan yang baru di binanya bersama Arsen.

Dari awal hubungan mereka telah salah, tidak seharusnya dia jatuh cinta pada pemuda yang berusia lebih kecil darinya dan tidak seharusnya pula dia membiarkan Arsen masuk ke dalam kehidupannya dengan mudah.

Elise menatap gelang yang dia pesan sebelumnya, itu gelang dengan tali warna biru langit dengan hiasan pesawat yang di ukir dari kayu dengan tulisan namanya dan Arsen pada pesawat kayu tersebut. Elise memasukkan kembali ke dalam kotak menunggu Arsen datang. Tadi dia dengan egoisnya meminta pemuda itu untuk menemuinya padahal dia tahu kalau Arsen sedang mengantuk berat terdengar jelas dari suaranya.

Elise mendengar langkah kaki mendekatinya, seulas senyum tipis terukir di bibirnya, langkah kaki Arsen sudah sangat dia kenal sampai itu melekat di hatinya seirama dengan detak jantungnya.

"Elise? Ada apa? Kenapa kau meminta bertemu sekarang?" tanya Arsen dan duduk di hadapan Elise. Mereka saat ini berada di warung makan tempat biasa mereka makan bersama. Tempat favorit Elise karena di sana memiliki cumi pedas manis.

Elise mengulurkan kotak yang tadi di pegangnya pada Arsen. Pemuda itu menerimanya dengan tatapan bingung "Apa ini? aku pikir ulang tahunku sudah lewat dan aku juga sudah menerima hadiahnya dari mu.."

Elise tersenyum dia berkata "Bukalah.."

Arsen membukanya dan tertegun pandangan matanya untuk sesaat kosong tapi secepat itu pula kembali normal, tangannya sedikit bergetar mengambil gelang dengan hiasan pesawat yang di ukir dari kayu tersebut. Arsen memperhatikan badan pesawat bukan karena bentuknya yang indah tapi karena ukiran nama mereka pada badan pesawat tersebut. Arsen menatap Elise penuh tanya keningnya sedikit berkerut.

"…I-Ini.." ujarnya gugup.

Elise yang melihat kalau Arsen masih akan menutup mulut memilih tidak mengatakan apa pun hanya tersenyum dan mengatakan kalau itu adalah hadiah spesial darinya.

"Untukmu! Ku harap kau memakainya terus! Selama kau mencintaiku pakailah gelang itu dan jangan pernah di lepas. jika kau melepasnya maka aku akan langsung menghilang darimu.." ujar Elise mengancam namun bibirnya masih menyunggingkan senyum halus.

Arsen yang mendengar ancaman itu tertawa dan buru-buru memasang gelang tersebut di lengannya. "Lihat! aku langsung memakainya di hadapanmu dan tidak akan aku lepaskan..?"

Elise mengangguk senang lalu bertanya lagi "Apa kau sudah makan?"

Arsen menggeleng matanya masih tertuju pada gelang di pergelangan tangannya matanya berbinar senang membuat hati Elise terasa sakit. Arsen sangat bahagia tapi dia tidak akan pernah menghancurkan cita-citanya.

"Mau makan sesuatu?"

"Boleh!"

Elise memesan makanan seperti biasa dan menunggu, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Arsen seolah dia sedang mengukir wajah itu di ingatannya. Merasa di perhatikan Arsen mengalihkan pandangannya dari gelang ke arah Elise dan tersenyum malu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? apakah ada sesuatu di wajahku?"

Elise menggeleng dan berkata "Aku hanya ingin menatapmu! Aku takut tidak bisa melihatmu lagi.."

Arsen segera membantah "Apa yang kau katakan! Bukankah aku selalu ada bersama mu!"

Elise menggeleng "Waktu tiga bulan akan berlalu tanpa terasa, dan saat itu kau akan kembali ke aktivitasmu mencari kampus untuk kuliah dan aku yakin itu akan sangat menyita waktumu. Aku pun juga begitu akan kembali ke aktivitasku sebelumnya, entah kapan kita akan bertemu lagi.."

Arsen terdiam sejenak seakan mendapat ide dia berkata dengan penuh semangat "Bagaimana kalau aku kuliah di kota mu saja! Dengan begitu kita akan selalu bertemu.."

Elise menggeleng "Kau tidak perlu melakukan itu! kau seharusnya melakukan apa yang kau sukai bukan yang aku sukai!"

"Tapi selama kau suka akan aku lakukan!"

Elise diam tidak ingin mengatakan apa pun dan makanan yang mereka pesan pun datang. Arsen menatap cumi pedas manis di atas meja. "Kau sangat suka makan cumi pedas manis?"

Elise mengangguk "Karena itu makanan terakhir yang di masak ibu untukku! Kau mau coba?"

Arsen terdiam menatap Elise dengan tatapan bersalah "Aku.. memiliki alergi dengan makanan laut.."

Elise terdiam dan mengambil kembali cumi pedas manisnya dan langsung menelannya "Kalau begitu jangan! Kau harus menjaga kesehatanmu jangan sampai sakit! Kalau kau sampai sakit aku akan sangat marah!"

Arsen mengangguk dengan patuh mereka pun makan dalam diam tapi kali ini berbeda dengan Elise setiap dua detik dia akan selalu melirik Arsen menatapnya sangat lama. Arsen bukannya tidak tahu dia menyadari ke anehan pada Elise hari ini tapi dia tidak ingin bertanya dia akan mencari tahu besok dan bertanya langsung padanya.

"Kenapa tidak bertemu dekat kos saja? Di sana juga ada tempat makan yang enak kenapa harus di sini?"

"Aku suka di sini" ujar Elise dan aku ingin ini menjadi tempat favorit kita. "Arsen! Mari kita membuat janji!"

Sebelah alis Arsen terangkat tinggi "Membuat janji? Janji seperti apa?"

"Janji! Untuk tidak bertemu selama dua puluh empat jam di mulai besok pagi?" Arsen mengerut kening tidak suka "Ini hanya uji coba saja! Apakah kita sanggup berpisah selama dua puluh empat jam tidak bertemu? jika salah satu dari kita kalah harus memberi yang menang sebuah hadiah.."

Mendengar itu Arsen tertawa "Kenapa kau sangat suka melakukan hal konyol seperti ini? jika kau ingin hadiah dari ku kau tinggal menyebutnya aku akan membelinya.."

"Aku tahu itu! tapi tidak akan seru jika tidak ada permainan seperti itu bukan? Bagaimana kau setuju?"

Arsen menghembuskan napasnya menatap kekasihnya dengan tatapan lembut "Baik! Aku akan menuruti semua keinginan mu! Mari kita lakukan besok"

"Sekarang ayo kita makan! Aku juga harus segera pulang jangan sampai Alea mengamuk lagi seperti sebelumnya.."Arsen tertawa dia ingat karena membawa Elise pergi jalan-jalan sampai lupa waktu kalau sudah malam dan akhirnya mereka di omeli habis-habisan oleh Alea. Sampai sekarang rasanya Arsen masih bisa mendengarkan suara omelan Alea.

Elise menatap Arsen murung dalam hati gadis itu berkata.

…Arsen, terima kasih sudah hadir dan mengisi hari-hariku dengan warna cerah hingga membuatku bahagia. aku tidak menyesal telah mencintaimu. Tapi aku takut.. bukan takut dengan perpisahan, tapi aku takut pada pertemuan yang memaksa kita harus terpisah.. Arsen setelah ini jaga diri mu baik-baik…

Next chapter