webnovel

SEPULUH

Jam delapan pagi Arsen sudah duduk santai di depan kos bulek sambil memainkan ponselnya. Bulek Sarah yang akan pergi arisan menyapa Arsen.

"Ganteng bener! Mau kemana?"

Arsen terkekeh malu-malu "Biasa bulek nungguin pacar masa depan.."

Bulek Sarah yang mendengar celotehan Arsen terkekeh, kemudian pamit pergi. Dan pemuda tampan itu kembali asyik dengan ponselnya tidak menyadari ada sepasang mata sedang menatapnya.

"Kemana hari ini.." tanya Elise dengan nada bosan.

Arsen terkejut dengan kedatangan mendadak Elise cowok itu tersenyum melihat wajah kesal Elise.

"Ayo kita ke tempat ini.." tunjuk Arsen pada satu gambar.

Kening Elise berkerut "Itu sangat jauh.."

Mendengar keluhan gadis itu Arsen mulai mengeluarkan jurusnya "Ini masih hadiah ulang tahunku? Lagi pula perjalanan ke sana tidak terlalu lama, hanya butuh lima belas menit."

Elise menguap bosan "Ya sudah! Ayo pergi! Naik apa ke sana, jalan kaki, ogah, naik sepeda nggak mau!"

"Kali ini kita naik motor! Aku sudah merental-nya untuk sehari penuh!"

Arsen menunjuk pada sebuah motor matic yang terparkir di halaman kos bulek. Elise menelan ludah, dalam hati dia meratap serta merutuki Arsen yang selalu mengerti jalan pikirannya.

"Ayo pergi! Kita harus ke Candi Surowono dulu. Sepanjang jalan kau tidak akan merasa bosan."

Elise di belakang Arsen hanya berpengangan pada baju. Arsen tersenyum maklum kemudian berkata "Pegangan yang erat."

Elis meletakkan tangannya di kedua bahu Arsen. Cowok itu protes.

"Bukan di sana."

Elise memindahkan tangannya ke pinggang Arsen. Cowok itu kembali berkata "Pegangan yang erat."

Elise yang kesal langsung memeluk pinggang Arsen sekuat tenaga membuat pemuda itu mengerut kening kesakitan "Terlalu erat!"

Elise yang kesal akhirnya melepaskan pergangannya dan di sambut cepat oleh tangan Arsen "Begini.. Nah, pegangan dan jangan lepaskan.." ucap Arsen sambil meletakkan kedua tangan Elise di perutnya, posisi itu terasa seperti Elise memeluknya dari belakang dan itu membuat Elise merasa tidak nyaman.

"Sekarang siap berangkat!"

Sepanjang jalan Arsen berusaha menghibur Elise mengatakan beberapa lelucon yang menurut Elise garing tapi cowok itu tetap tertawa bahagia. dan benar kata Arsen sepanjang jalan menuju Candi Surowono mata mereka di sajikan oleh pemandangan yang sangat asri.

Di jamin penat setelah lelah beraktifitas akan hilang, saat melihat pemandangan yang indah berupa persawahan menghijau dan tentu menyejukkan mata. Elise akhirnya mulai menikmati perjalanannya lagi sama seperti saat mereka pergi ke taman kilisuci.

Berdua dengan Arsen terkadang memang menyebalkan tapi karena perasaan tulus pemuda itu perlahan-lahan membuat Elise menerima keberadaan Arsen di sisinya.

Lima belas menit kemudian motor yang di kemudikan Arsen berhenti. Elise langsung turun melepaskan helem dan memberinya pada Arsen. Tapa kata Elise langsung meninggalkan Arsen dia pergi lebih dulu untuk mengambil beberapa foto dari kamera ponselnya.

Arsen tersenyum senang karena kali ini Elise terlihat lebih antusias dari sebelumnya. Arsen mendekati Elise merangkul bahu gadis itu dan suara klik dari kamera langsung mengabadikan mereka berdua. Itu foto kedua mereka saling bertatapan, setelah foto pertama di taman kili suci.

Elise melepaskan rangkulan tangan Arsen pada bahunya sambil berkata ".. Ekhem.. ayo, biar aku ambil fotomu.."

Arsen yang merasa kalau Elise memperlihatkan sisi pemalunya tersenyum senang, dalam hati pemuda itu berteriak bahagia. Elise biasanya hanya menampakkan wajah datar dan sedingin es nya, tidak pernah terlihat malu dan salah tingkah seperti sekarang, jadi hati Arsen yang selalu mengharapkan Elise semakin bersemi dengan banyak bunga.

Arsen membiarkan Elise mengambil fotonya sendirian. Satu jam mereka berkeliling sambil melihat ukiran Candi yang benar-benar indah, peninggalan sejarah yang masih bisa di lihat oleh matanya langsung.

Arsen berjalan mendekati Elise dan berkata "Ayo foto berdua! Setelah itu kita pergi ke Candi Tegowangi."

Elise melotot "…Lagi?"

Arsen tersenyum dan mengangguk "Hari ini masih panjang dan aku tidak akan menyia-nyiakannya meskipun itu hanya satu menit!"

Keapala Elise tertunduk dengan helaan napas besar. Ingin menolak tapi dia sudah berjanji.

"Baiklah.."

Arsen yang senang langsung menarik Elise mendekat padanya, wajah Arsen sangat dekat dengan wajah Elise. Gadis itu menoleh ke arah Arsen saat merasakan hembusan napas cowok itu menerpa pipinya, jantungnya berdetak sangat cepat, kening Elise berkerut menahan sakit saat dia akan menjauh suara tangkapan foto kembali terdengar.

Klik.

Kembali foto di ambil, tinggal satu inci lagi maka Arsen bisa mencium pipi Elise lagi sama seperti sebelumnya. Elise merasa jantungnya semakin berdetak cepat dengan cepat dia mendorong Arsen.

Gadis itu berlari ke bawah pohon, tubuhnya bersandar di pohon perlahan-lahan melorot ke tanah, Elise menarik napas dalam-dalam berusaha meredakan detak jantungnya suapaya kembali normal, dia bahkan harus minum obat yang paling di bencinya, untuk mengembalkan detak jantungnya ke normal.

Elise menghela napas lega. Sambil mengelus dadanya gadis itu bergumam "Ini tidak baik untuk jantungku! Jika terus menerus berdekatan dengannya, tapi bagaimana caraku menjauh masih ada sisa satu hari lagi.."

Arsen yang mendengar keluhan Elise melongok dari balik rumpun bunga, pemuda itu tersenyum seperti biasanya.

"Kenapa bersembunyi?"

Elise kembali salah tingkah membuat senyum di bibir Arsen semakin lebar "Si-siapa yang bersembunyi! Ti-tidak ada tuh!"

Elise berdiri dan kembali ke arah candi untuk mengambil beberapa foto lagi, Arsen yang merasa lucu dengan kelakuan Elise tersenyum bahagia. itu artinya perjuangannya sedikit membuahkan hasil.

"Elise.. tunggu aku!"

"Panggil aku kakak!" teriak Elise protes.

"Tidak akan pernah! Kau calon kekasihku bagaimana bisa aku memanggilmu kakak! Akan aneh terdengar oleh orang lain.."

Elise terdiam "Kemudian, apa kau tidak merasa aneh memiliki kekasih dengan usia yang lebih tua dari mu?"

Arsen terdiam "Usia bukanlah sebuah penghalang, selama kita saling menikmati waktu satu sama lain, jadi rasanya aku tidak perlu mempertimbangkan perbedaan usia kita. Usia juga tidak akan mempengaruhi kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Bukankah cinta tidak memiliki aturan dia bebas akan jatuh cinta pada siapapun. Dan aku memilih jatuh cinta padamu."

"Kenapa aku! Ada banyak pilihan! Seperti kata mu cinta itu bebas dan tanpa aturan seharusnya kau memilih seseorang yang setara denganmu.. bukan orang sepertiku. Dan aku rasa kita juga tidak memiliki tujuan yang sama, bukankah itu semakin sulit.?"

"Perbedaan tujuan dapat di atasi selama memiliki ikatan perasaan dan pemahaman, jika kita memiliki perasaan yang kuat satu sama lain perbedaan itu dapat di atasi dengan bijaksana."

Elise mengerut kening menatap Arsen heran "…Usiamu baru Sembilan belas tahun bagaimana kau bisa memiliki pemikiran dewasa dengan jangkauan luas seperti itu?"

Arsen tersenyum "Karena aku jatuh cinta padamu, jadi aku harus menyeimbangkan pola pikirku dengan pola pikirmu! Aku tidak ingin kau melihatku sebagai anak kecil yang baru beranjak dewasa. aku ingin kita setara, jika kau tidak ingin menyesuaikan dengan caraku biar aku yang menyesuaikan dengan caramu.."

Jawaban Arsen membuat Elise bingung "Kau tidak malu jika di sebut Oedipus Complex?"

Next chapter