webnovel

Chapter 2 : Perjamuan

Seminggu kemudian berlalu.

Hari ini adalah waktu yang dijanjikan menghadiri undangan perjamuan dari Jendral Oushuu, Date Masamune.

Aku bersama ayahku sudah tiba di depan gerbang kastil Oushuu. Ayahku sudah menyiapkan hasil karya pedang terbaiknya untuk ditunjukkan kepada Date Masamune. Akupun juga memakai pakaian kimono terbaik yang kumiliki. Tentu saja berdandan dengan sepantasnya menghadap seorang Jendral Naga Bermata Satu dari Oushuu.

Tapi mengapa hatiku masih berharap bisa bertemu lagi dengan si Mata Kanan Kanan, Katakura Kojurou? Ah, aku terlalu mengharapkan sesuatu yang tinggi.

Tidak ada salahnya apabila bisa bertemu kembali dengannya bukan? Kalaupun tidak bisa, aku akan…

"Selamat datang, Toriyumi-dono beserta putrinya. Kami sudah menunggu kehadiran Anda sekalian. Mari saya antarkan ke ruangan." Sahut salah satu bawahannya prajuritnya. Tidak kusangka mereka cukup ramah terhadap penduduk sipil.

Ayahku juga menyerahkan surat undangan pada prajurit tersebut sebagai tanda bukti.

Aku dan ayahku diantarkannya menuju ke sebuah ruangan. Begitu sampai, aku melihat Date Masamune sudah duduk bersimpuh menunggu kami dengan beberapa hidangan yang disajikan di meja kecilnya. Jarak beberapa petak tatami di depannya, disanalah aku dan ayahku duduk. Tentu saja dengan hidangan perjamuan yang disediakan di meja kecil masing-masing.

Ruangan yang kami tempati tidak begitu luas namun memiliki suasana nyaman dan hangat. Sangat menghormati tamu undangan macam warga sipil seperti kami.

"Katakura-sama tidak ikut kemari ya?" bisikku dalam hati.

Selang beberapa menit aku berbisik demikian, pintu geser ruangan terbuka. Suasana hatiku berubah dengan cepat siapa yang kulihat di dekat pintu geser tersebut.

"Saya, Katakura Kojuro menyampaikan terimakasih yang mendalam Toriyumi-dono bersedia datang menghadiri undangan perjamuan Tuan saya, Masamune-sama." Katakura membungkukkan badannya dengan hormat dalam posisi seiza.

Sekali lagi, pandanganku tidak bisa beralih pada sosok seorang Katakura Kojuro. Akupun dengan cepat mengalihkan wajahku daripadanya. Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Tidak lucu juga wajahku ikutan memerah.

Tetapi, hatiku senang bisa melihatnya kembali. Dipikir-pikir kalau begini caranya aku tertarik pada lawan jenis, bagaimana aku bisa mendapatkan calon suami? Seketika aku merasa menyedihkan TvT.

Setelah memberikan salam hormat, Katakura berkata berada di ruang sebelah apabila ingin memanggilnya sesaat sebelum menutup pintu geser.

Waktu terus berjalan, Date Masamune dan Ayah dapat berbicara banyak hal satu sama lain sambil menikmati hidangan yang disajikan. Kulihat, Date Masamune masih terbilang muda untuk seorang jendral. Pembawaannya terkesan agak congkak meski tampangnya itu tampan, tetapi setidaknya masih memiliki harga diri tidak merendahkan warga sipil.

"Mungkin tidak dalam berpakaian mode tempurnya kali ya. Coba saja ayahku melihatnya, Date Masamune tak lebih dari orang yang nyentrik dengan keenam katananya," batinku masih tetap menikmati hidanganku.

Dari hidangan yang disajikan, di antaranya ada sake. Meski usiaku boleh meminum sake, tapi aku memilih tidak meminumnya. Aku juga sesekali mengingatkan ayahku untuk tidak berlebihan untuk minum-minum, sebab Date Masamune membujuk untuk adu minum sake.

Selang beberapa menit setelah Ayah meneguk dua cawan sake, ia mengeluarkan dan memberikan karya pedang-pedang terbaiknya kepada Date Masamune.

Masamune menerimanya dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. Ia mulai membuka kain dan menarik perlahan pedang dari sarungnya, ia memperhatikan dengan saksama pedang tersebut. Mata kirinya dengan jeli menilai setiap sudut hasil karya ayahku.

Begitupun seterusnya sampai dengan pedang terakhir. Setelah puas menilai setiap karya pedang-pedangnya ayahku, Masamune menyarungkannya kembali.

"Sepertinya Anda seniman yang berbakat ya, Paman Toriyumi. Pedang-pedang karya Paman tidak mengecewakan ekspektasiku. Very great."

"Suatu kehormatan bagi saya apabila Masamune-sama menyukai pedang-pedang saya," Ayahku membungkuk sebagai tanda terimakasih yang mendalam.

"Aku tertarik untuk berbisnis dengan Paman, bagaimana? Apabila menyetujuinya, Paman berhak meminta apapun selama aku bisa mengabulkannya," kata Masamune dengan bangga melipat kedua tangannya di dada.

Aku dan Ayah saling pandang. Kami berdua hampir tidak percaya apa yang dikatakan oleh si Naga Bermata Satu ini. Ayahku memandangku dengan penuh makna.

Tunggu. Tunggu dulu. Pandangan itu jangan-jangan Ayah berniat untuk…

"Saya dengan senang hati bisa melayani Anda, Masamune-sama. Jika boleh saya meminta sebuah permintaan, apakah Tuan berkenan mempersunting putri semata wayang saya ini?"

Next chapter