webnovel

Kartu Ucapan yang Sama

Jika Pricilla datang lagi ke rumah ini, aku harus memberanikan diri untuk bertanya tentang hubungannya dengan Anton. Meski aku sangat terluka ketika mengingat Anton. Sudah satu Minggu Pricilla belum juga datang. 'Pricilla, ayo dong datang lagi.'

(Arini, apa aku boleh datang ke rumahmu sekarang?)

Satu pesan teks masuk dari nomor yang tidak dikenal.

(Ini siapa?) aku membalas pesan teks dari nomor yang tidak dikenal ini.

(Aku Pricilla)

Saat membaca balasan pesan teks ini, aku merasa lega. Akhirnya Pricilla menghubungiku juga. Satu jam kemudian, Pricilla pun datang saat aku sedang membantu Arinda mengerjakan tugas dari Sekolahnya.

Suara ketukkan pintu pun terdengar. Aku segera membukanya. Pricilla datang dengan raut wajah yang tidak biasa. Dia terlihat pucat dan memancarkan kesedihan.

"Hai, Arini." Pricilla memelukku.

Seperti sudah lama kenal, Pricilla perlakukanku seolah dia memang dekat denganku. Padahal, aku baru mengenalnya sejak kedatangannya ke rumah dua minggu yang lalu.

"Ayo, silahkan masuk Pricilla." aku menutup pintu kembali.

"Duduklah Pricilla, tunggu sebentar aku ambilkan minum ya." aku pergi ke dapur.

Semenit kemudian, aku datang membawa segas jus stroberi yang segar dan meletakkannya di atas meja yang berada di depan Pricilla. Lalu aku duduk di samping Pricilla dan memulai percakapan.

"Ada apa Pricilla?" Pricilla menangis saat aku bertanya.

"Arini. Aku butuh teman untuk berbagi cerita. Selama ini, aku benar-benar tidak punya teman."

"Ada aku Pricilla. Kamu boleh ceritakan semua masalahmu padaku."

'Aku jadi semakin bingung, ada apa dengan Pricilla? teman? bukankah dia begitu dekat dengan Anton.' suara hatiku berbisik.

"Arini, aku benar-benar depresi dengan suamiku. Dia terus saja menyiksaku. Padahal semua terjadi karena kesalahannya sendiri."

"Memangnya ada masalah apa Pricilla?" aku memegang kedua tangan Pricilla. Lalu Pricilla menatapku saat aku menyentuh tangannya.

"Aku belum bisa ceritakan tentang masalahnya sekarang Arini, maafkan aku."

'Enak tidak ya, jika aku bertanya soal Anton sekarang? sedangkan, kondisi Pricilla sedang tidak baik-baik saja.'

"Arini ...., Arini ....,?" Pricilla memanggilku ketika aku melamun.

"Ah, iya Pricilla."

"Kamu kenapa melamun Arini?" tanya Pricilla.

"Ehm~~ ngomong-ngomong, apa kamu pernah lihat aku sebelumnya?"

"Maksudnya?" Pricilla tampak kebingungan.

"Begini, Pricilla. Apa kamu tahu aku sebagai istri Riadi sudah lama?"

"Aku tahu kamu dari suamiku."

"Suami kamu? siapa Pricilla?"

"A ...., A ....," Pricilla terbata-bata mengucapkan nama suaminya itu.

"Siapa Pricilla?" tanyaku dengan tegas.

"Anton ....," Lalu Pricilla meneteskan air mata kembali.

"Apa? Anton?"

"Iya, Arini. Kenapa kamu begitu terkejut saat mendengar suamiku adalah Anton?" tanya Pricilla.

"Jadi, selama ini kalian tahu aku adalah istri Mas Riadi? dan, kado ulang tahun Arinda lima tahun lalu, itu dari kamu kan Pricilla?" Aku sangat marah pada Pricilla.

"Maksud kamu apa Arini? maaf, aku tidak mengerti semua ucapan kamu." Pricilla masih saja mengelak.

Aku berlari ke kamarku untuk mengambil kado lima tahun lalu. Saat aku kembali ke hadapan Pricilla, aku menunjukkan kado tersebut padanya.

"Ini, kado kalung berlian ini dari kamu kan Pricilla?"

"Kalung?" Pricilla menilik kalungnya dan terlihat kebingungan.

"Jangan mengelak lagi Pricilla, ini buktinya." Aku memberikan kartu ucapan lima tahun lalu dengan kartu ucapan yang diberikan Pricilla baru-baru ini.

'Ini memang tulisanku, tapi aku tidak pernah memberikan kado lima tahun lalu.' suara hati Pricilla berbisik dan mengambil kartu ucapan itu dari tangan Arini.

"Ayo duduk dulu Arini."

"Jelaskan sekarang padaku Pricilla."

"Arini, sebelumnya aku minta maaf karena telah membuatmu seperti ini. Tapi asal kamu tahu, aku tidak ada hubungannya dengan kado yang kamu terima lima tahun lalu. Aku memang sempat menulis kartu ucapan itu lima tahun lalu, tapi semua karena Mas Anton yang menyuruhku menulisnya." penjelasan Pricilla membuatku bingung.

"Anton?" tanyaku.

"Iya, Arini. Aku juga tidak tahu bahwa Anton mengirimkan kado itu untuk Arinda anak kamu. Karena Mas Anton bilang, kado itu untuk anak sepupunya yang bernama Arinda, sama seperti Arinda anak kamu."

Aku melamun dengan penjelasan Pricilla. Ternyata setelah perlakuan Anton terhadapku, dia masih mengintaiku. Bahkan aku tidak tahu bahwa Anton mengetahui aku sebagai istri Mas Riadi.

"Arini, sekarang aku yang minta penjelasan dari kamu. Apa kamu sudah bertemu Anton? atau, kamu tahu tentang Anton sebelumnya?" tanya Pricilla.

'Ternyata Pricilla tidak mengingatku. Dia tidak sadar bahwa aku adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Harapan Kita saat ayah mertua Anton dirawat.' suara hatiku berbisik.

"Ehm~~ Pricilla, apa Pak Rudy itu ayah kamu?"

"Tunggu, kamu tahu ayah ku? dari mana kamu tahu Arini?"

"Aku ...., Aku ....,"

"Mama ....," teriak Arinda.

Seketika teriakan Arinda menghentikan perkataanku. Pricilla terlihat sangat penasaran dengan jawabanku. Ia menengok ke arah Arinda yang berlari menghampiriku dan Pricilla.

"Hai Arinda," sapa Pricilla sembari mengusap rambut Arinda.

"Hai Tante. Tante apa Tante bawakan aku kado lagi?" tanya Arinda menggemaskan.

"Arinda ...., tidak boleh seperti itu."

"Ehehe~~ nanti kalau Tante ke sini lagi, Tante bawa kado ya."

Pricilla pun pamit pulang karena Arinda rewel ingin ditemani oleh Arini untuk melanjutkan mengerjakan tugas.

"Tante pamit pulang ya Arinda."

"Hati-hati ya Tan," Arinda mencium tangan Pricilla.

Aku mengantar Pricilla ke luar rumah. Lalu Pricilla berbisik bahwa pembicaraan Aku dan dia belum selesai.

"Aku hubungi nanti ya Arini."

"Iya, Pricilla."

Pricilla pergi dengan hati yang penuh dengan pertanyaan. Dia sangat penasaran bagaimana Arini tahu tentang ayahnya Pak Rudy. Sesampainya Pricilla di rumah, Anton pulang dengan bau alkohol di mulutnya.

"Kamu mabuk lagi Mas?" tanya Pricilla.

"Apa urusannya sama kamu?" Anton menatap Pricilla penuh dengan rasa kesal.

"Aku ini istrimu Mas," Pricilla sangat marah dan menangis di depan Anton.

"Kalau kamu istriku, buka bajumu." Anton mendorong Pricilla ke atas kasur yang masih berantakan.

Satu jam kemudian, Pricilla pergi ke kamar mandi dan menyalakan keran. Ia membiarkan bathtub terisi penuh dengan air mengalir. Pricilla melepaskan selimut yang membalut tubuh mulusnya yang tanpa busana itu. Wanita cantik itu menenggelamkan dirinya dengan pikiran yang entah ke mana.

'Tuhan, bukan pernikahan seperti ini yang ku mau. Bukan laki-laki seperti ini pula yang ku harapkan. Aku memang dibesarkan oleh seorang bandar narkoba. Tapi, apa harus aku yang menangggung karmanya?

Tuhan, izinkan aku melepas penat dalam hidupku. Aku ingin merasakan kebebasan seperti wanita lain. Masa kecilku telah direnggut oleh ayah tiriku. Lalu sekarang, hidupku masih harus direnggut oleh suamiku.

Di mana letak kesalahan ku Tuhan? apa aku memang tidak pantas untuk bahagia?'

~~~

"Pricilla ....,buka pintunya." Anton menggedor pintu kamar mandi.

Pricilla terkejut sehingga ia berlari membuka pintu kamar mandi dengan membalut tubuhnya menggunakan selimut yang tergeletak di bawah juga basah.

"Iya, Mas."

"Kamu ngapain sih lama sekali di dalam? Ayo cepat sini." Anton menarik Pricilla hingga selimut yang membalut tubuhnya terlepas.

Anton mendorong lagi Pricilla dan ia menyetubuhi kembali istrinya itu. Wanita cantik itu bagaikan boneka untuk Anton. Pricilla hanya dijadikan pelepas penat Anton. Pernikahan Anton dan Pricilla tidak seperti pasangan pada umumnya. Entah apa alasan Anton melakukan semua itu pada Pricilla. Karena sifatnya sangat berbeda. Dulu Anton sangat mencintai Pricilla. Tapi kini ia berbalik sangat benci pada Pricilla.

"Mas, tolong lepaskan aku." rengek Pricilla pada Anton.

Anton bangun dan memakai pakaiannya.

"Memangnya kamu mau hidup dengan siapa kalau bukan denganku, hah?"

"Mas, tolong ....,"

"Heh, dengar baik-baik. Aku tidak akan melepaskan kamu sebelum urusanku selesai."

"Urusan apa Mas? kenapa kamu berubah seperti ini?"

"Ah, sudahlah aku pergi dulu." Anton meninggalkan Pricilla yang tergeletak lemas di atas kasur.

~~~

Next chapter