Asheel dan Narberal harus melalui stasuin lalu naik kereta untuk sampai di tempat tujuan. Tokyo sangat luas dan harus menaiki kereta jika ingin bepergian ke mana-mana.
Setelah menggosok kartu, keduanya naik bersama. Mereka duduk bersebelahan dengan Narberal yang terus menengok kanan dan kiri.
"Apakah ini pertama kalinya bagimu?" Tanya Asheel.
Dia ingat bahwa Narberal hanya berada di Kuoh sepanjang hari dan tidak pernah merasakan kehidupan perkotaan yang benar-benar asli. Jadi ini pertama kalinya dia naik kereta, yang agak lucu jika dilihat.
"Benar, saya tidak menyangka bahwa dunia ini benar-benar berbeda dan ada banyak hal baru disini yang bisa saya pelajari." Jawab Narberal dengan gugup sekaligus semangat.
Yang bisa mengoperasikan teknologi di Nazarick kebanyakan Albedo dan Shizu, Narberal tidak pernah berurusan dengan hal-hal seperti itu. Dia baru mempelajari menggunakan alat-alat modern setelah mereka tiba disini, itupun dia hanya menggunakannya yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Adapun Asheel, dia sudah menjelajahi banyak dimensi di Low Abyss, beberapa dunia bahkan memiliki teknologi yang lebih canggih dari ini, jadi dia tahu banyak hal bahkan melebihi apa yang teknologi sekarang bisa lakukan.
"Apakah kamu tertarik dengan teknologi modern ini?" Tanya Asheel sambil menatap lembut ke arahnya.
"Ya, sepertinya saya memiliki ketertarikan dengan teknologi modern, dan jika bisa saya ingin mempelajarinya."
"Begitu, kamu bisa datang ke Shizu atau Albedo, tapi aku menyarankan Albedo. Dia yang paling paham tentang era teknologi saat ini."
Asheel tidak menyarankan Shizu karena dia mempunyai alasannya sendiri. Shizu lebih ke robot daripada teknologi umum. Dia juga merupakan hacker yang sangat hebat, dan jika dia mau, dia bisa meretas jaringan internet dan mendapat informasi apapun di dunia ini.
Bahkan di Nazarick, Shizu lah yang paling tahu tentang mekanisme jebakan Nazarick, dia juga bisa membuat jebakan sendiri atau memasang perangkap. Selain itu, dia dipercayakan kode rahasia pada ruang harta Nazarick.
Tidak seperti Shizu, Albedo yang mengendalikan sistem pertahanan Nazarick dan mengurus administratif. Dan di dunia modern ini, dia harus tahu beberapa hal tentang informasi umum atau setidaknya mahir menggunakan teknologi modern. Jadi, Asheel lebih merekomendasikan Albedo daripada Shizu sejak ia yang paling tahu diantara semuanya.
Narberal menjadi ingat saat dia dan saudarinya membantu Shizu mengotak-atik tubuhnya dan bisa dibilang, sangat serbaguna menjadi robot atau yang mereka sebut Automaton. Saat memikirkan masa lalu, dia menyadari bahwa Asheel sedang menatapnya.
"Saya menerima saran Anda, Asheel-sama." Narberal sedikit malu saat Asheel menatap langsung ke wajahnya.
"Aku baru saja menemukan sisi imutmu jika aku menatapmu lama," kata Asheel lalu menarik tangan Narberal dan menggenggamnya.
Narberal terlalu malu dan karena itu dia tidak menjawab.
Asheel ingat julukan Narberal saat dirinya masih menjadi petualang, dia sering dibandingkan dengan seorang putri, kecantikan dingin, dll. Semua julukan itu sepertinya tidak berlaku saat ini karena meskipun Narberal adalah kecantikan dingin di hadapan orang lain, di depan Asheel sendiri dia sangat imut dan manis sehingga keinginan untuk mencubit dan membelai wajahnya muncul dengan sendirinya.
Sikapnya pun sudah tidak seagresif sebelumnya, hanya karena Asheel ditatap setara atau direndahkan, keinginan untuk membunuh orang-orang itu bisa muncul di Narberal saat melihat Tuannya sendiri diperlakukan 'setara' oleh makhluk yang menurutnya lebih rendah darinya.
Bagaimanapun hal itu sudah mendingan karena dia masih bisa menahan tatapan orang lain terhadapnya tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Tapi dia sendiri tahu bahwa Narberal tidak menyukai gagasan membunuh manusia.
Asheel terus menggenggam tangan Narberal di sepanjang perjalanan sampai mereka turun di stasiun berikutnya.
Mereka berdua lalu jalan kaki menuju tempat tujuan.
"Apakah kamu ingin mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu?" tanya Asheel saat keduanya berjalan saling berdampingan. Bagaimanapun mereka akan makan ramen dan sebelum itu mereka harus melakukan beberapa aktivitas terlebih dahulu.
"Saya terserah Anda, Asheel-sama." Jawab Narberal tenang, walaupun hatinya selama ini tidak tenang saat keduanya selama ini saling bergandengan tangan.
"Kalau begitu, ayo ke taman bermain!" Asheel menariknya ke suatu tempat.
Setelah berjalan selama lima belas menit, mereka sampai di pintu masuk taman bermain. Taman bermain ternyata cukup dekat dengan stasiun, karena itu mereka sampai cukup cepat.
Asheel dan Narberal masuk setelah membayar tiket dan disambut oleh suasana ceria di sana.
"Apakah kamu menginginkan sesuatu ysng ingin kamu coba di sini?" Asheel bertanya lagi, dia menyadari bahwa Narberal cukup pasif disini.
"Kalau begitu... beberapa wahana mungkin." Mendapat tatapan langsung di matanya, dia merasa harus menjawab dengan sesuatu yang dapat diterima.
Setelah itu pun, mereka mencoba menaiki berbagai wahana disana. Roller coaster, bianglala, rumah hantu, dll. Mereka mencoba semuanya dan menghabiskan waktu sampai siang sebelum mampir di salah satu kios disana untuk membeli minuman.
"Kamu banyak tersenyum hari ini, sepertinya kamu bersenang-senang." Asheel juga tersenyum pada Narberal.
"Saya senang menghabiskan waktu dengan Anda, Asheel-sama. Ijinkan saya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah mengajak saya." Narberal sangat bahagia di lubuk hatinya, tapi dia tidak bisa menunjukkannya begitu saja.
"Aku juga senang karena bisa menjadi orang yang membuatmu bahagia."
Narberal tersipu karena kata-katanya bisa membuat salah paham.
"Haruskah kita bermain lebih lama lagi?" Asheel bertanya. Setelah menghabiskan waktu dengan Narberal dia merasa bahwa itu menyenangkan dan ingin melakukannya lagi. "Sekarang kamulah yang harus memilih."
Narberal bingung saat tiba-tiba ditanyai olehnya, dia menjawab setelah ragu-ragu sesaat. "Kalau begitu saya memilih bioskop."
Asheel menatapnya beberapa saat sebelum mengangguk. "Oke, aku tahu bioskop di sekitar sini."
Narberal menghela nafas lega saat melihat Asheel setuju. Dia bagaimanapun selama ini pasif dan selalu mengikuti perkataan Tuannya, saat gilirannya untuk memutuskan tentu saja dia menjadi gugup dan sedikit bingung.
Segera, mereka sampai di bioskop di dekat taman bermain. Narberal akan memesan tiket sementara Asheel membeli popcorn dan minuman.
"Apa yang kamu pilih untuk kita tonton?" Asheel bertanya, penasaran dengan selera Narberal.
Sementara itu Narberal menjawabnya dengan malu, "Saya memilih....."
Ternyata itu adalah film yang menceritakan kisah pelayan dengan Tuannya, yang agak rumit di cerita.
Asheel sedikit terpana olehnya dan menjadi terdiam sesaat. Bertanya-tanya dalam pikirannya apakah dia telah mengibarkan bendera sebelumnya...
Asheel menjadi ingin menggodanya, "Pilihan yang bagus, sesuai dengan situasi kita."
Narberal menjadi malu dan tidak berani menatapnya, "Apakah itu aneh?"
Asheel menatapnya sambil tersenyum dan menepuk kepalanya, "Tidak juga."
Mereka berdua lalu menonton film dan hampir menghabiskan waktu selama dua jam. Setelah itu, mereka memutuskan untuk mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu seperti mall.
Narberal juga seorang wanita, dia menelusuri seluruh mall hanya untuk membeli beberapa pakaian, sementara Asheel hanya mengikuti di belakang. Yah, ini tidak buruk karena Narberal juga bersenang-senang. Tapi dia juga merasa bersalah karena ini bukan kencan yang spesial sejak awal.
Narberal sepertinya tidak keberatan dengan itu, dan mengungkapkan kebahagiaan yang dia rasakan. Hari ini dia lebih agresif dari biasanya dan banyak membuat senyuman. Seperti saat dia malu dalam beberapa hal karena meminta pendapat Asheel saat dirinya membeli pakaian renang, tapi dia senang saat Asheel memujinya. Kebahagiaan seorang wanita itu sederhana tapi di saat yang sama terlihat rumit.
Dan sekarang mereka sudah menyelesaikan aktivitasnya dan akan memasuki acara utama mereka akan pergi! Yah, itu kebanyakan dari Asheel karena Narberal sudah puas saat ini.