Cia tentu menangkap raut wajah Resti yang sangat terkejut, sebelum pergi dia berkata, "jangan mendekati jurang kalo nggak mau jatuh dan mati."
Mata Resti mengerjap lalu menatap pintu tempat dimana Cia keluar. Keringat jagung membasahi dahinya, nggak pernah di sangkanya kalo perasaannya terhadap Dhika di sadari Cia secepat ini. Padahal dia udah sekuat tenaga menyembunyikan perasaannya.
"Apa semua orang menyadarinya?" gumamnya tanpa suara. Jemarinya saling tertaut dan meremas, untuk kembali ke aula rasanya dia nggak punya muka.
Akhirnya dia memilih mengirim pesan pada temannya lalu mengatakan kalau dirinya harus pulang lebih dulu karena tidak enak badan. Sakit lambung yang sudah di deritanya sejak SMA mendadak kambuh, itu yang dia katakan pada temannya.
Dan tanpa curiga si temanpun mengizinkan Resti pulang. Demi Tuhan, gadis itu tidak berani menunjukkan wajah, setidaknya saat ini.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com