Dhika salut dengan napsu makan istrinya, baru makan makanan yang berat masih bisa melahap makan malam mereka yang memang tergolong ringan, sungguh luar biasa. Pikirnya.
"Tidak ada yang mengejarmu, Syilla. Makan dengan pelan." Mulut Cia kepanasan karena meminum kuah sup tanpa di tiup.
"Saya pikir karena cuaca dingin yang panas jadi hangat, terus asap itu saya pikir keluar dari mulut saya." Dia terkikik sendiri merasa lucu. Dhika menggeleng pelan melihat tingkah istrinya.
"Apa yang ingin kamu sampaikan?"
"Nanti aja ya, makan dulu. Takutnya badmood, ilang napsu makan. Mubazir ini." Dhika hanya mengangguk saja kemudian mereka makan dalam diam, tidak sampai satu jam semua makanan ludes tanpa sisa.
Cia paling nggak suka makanan di sisakan, karena dia ingat apa yang orantuanya selalu sampaikan, bersyukur hari ini bisa makan banyak saudara kita yang nahan lapar karena tidak ada sesuatu yang bisa di makan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com