Saat ini Zubaidah begitu kesal saat putri adopsinya pergi dari rumah karena seluruh pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan oleh Halima harus dikerjakan sendiri bolehnya.
Setelah suaminya terlilit hutang akibat anak kandung mereka yang ternyata berhutang cukup banyak kepada rentenir hanya untuk hidup mengikuti trand jaman. Setelah datang malam pulang pagi putrinya Sila saat malah terjerumus kedalam pergaulan bebas yang perkataan dan perbuatannya begitu kasar pada kedua orangtuanya.
"Sayang kamu gak bantu ibu dulu gitu buat jemur cucian bentar aja sebelum pergi kerja?" ucap Zubaidah pada putrinya yang terlihat sudah cantik dan rapih.
"Sila harus kerja Bun." ucap Sila kemudian pergi tanpa pamit setelah menunjukkan raut wajah kesal karena uang gajinya belum juga cair bulan ini sementara keinginan Sila untuk membeli barang-barang begitu besar dan bahkan di pesan dahulu tapi belum bayar.
Anak kandungnya sendiri berbeda dengan anak angkatnya jika dulu Sila menjadi seorang anak perempuan yang baik tapi sekarang semenjak kecelakaan itu Sila menjadi perempuan yang sulit diatur serta keras kepala. Jika masih ada Halima dirumah ini tentu Halima pasti bisa menasehati kakaknya tapi semenjak Halima menikah tentu tidak ada lagi yang menasehati Sila yang kian hari kian badung.
"Seharusnya aku tidak membiarkan anak angkat itu pergi begitu saja selain menjadi mesin uang bagi keluarga kami dia harus mengarahkan Sila menjadi Sila yang dulu...," batin Zubaidah yang saat ini berfikir jika mereka memiliki banyak uang seperti dulu mereka tidak akan kesulitan seperti saat ini.
"Istriku..... aku telah berusaha keras agar perusahaan kita dapat bertahan tapi Sila begitu boros, dana bantuan yang diberikan oleh menantu kita yang seharusnya untuk membangun perusahaan dihabiskan oleh Sila untuk berfoya-foya." ucap dari Ayah Sila yang saat ini tampak sangat depresi karena ulah putri kandungnya sendiri.
Memang Sila memiliki hidup yang boros dan royal seperti Zubaidah yang tidak akan berpengaruh besar jika mereka masih menjadi orang kaya tapi saat ini merasa telah menjadi keluarga sederhana dan bahkan bisa dikatakan miskin karena tidak mampu lagi mengunakan jasa asisten rumah tangga.
Sekitar hampir setengah tahun ini seolah Halima sumber rezeki keluarga mereka dengan keluarnya Halima dari rumah ini banyak sekali masalah yang menimpa keluarga mereka dari mulai hampir kehilangan putri kandung mereka sampai saat ini perusahaan yang dibangun dengan keringat sudah payah harus jatuh ke tangan orang lain.
"Ini semua karena anak angkat mu itu belum juga mengirimkan kita uang selama tiga bulan terakhir ini. Seharusnya dia balas budi pada kita yang telah membiayai hidupnya selama ini. Setelah dia menikah dengan laki-laki kaya malah dia melupakan kita." ucap Zubaidah yang melakukan melimpahkan kesalahan ini pada Halima yang tentu saja sama sekali tidak bersalah.
Bahkan uang maskawin yang seharusnya milik Halima pun telah diambil oleh Zubaidah tanpa memberikan sepeserpun pada Halima. Zubaidah yang gila harta dan selalu haus akan kekuasaan tentu saja akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya.
"Tapi dia telah menikah dan kita sudah terlalu banyak menyusahkan Halima, tidak dirimu memiliki rasa malau yang datang pada Putri bungsu kita itu hanya untuk uang sementara kau sendiri tidak pernah menjenguk ataupun sekedar menanyakan kabarnya dari telepon dirimu terlalu sibuk dengan belajar dan menghabiskan uang." ucap Ayah Sila yang saat ini sedikit meninggikan suara karena baginya Halima tidak bersalah justru merekalah yang tidak bisa bersyukur dan menjaga amanah dari Allah berupa harta yang banyak karena tidak pandai bersyukur.
Zubaidah begitu kesal dengan suamiya yang terlalu baik karena mereka selama ini sudah begitu baik dengan anak yang tidak tau di untung itu. Zubaidah akan memintanya langsung nanti tanpa sepengetahuan suaminya uang sudah pasti tidak akan mengizinkannya kembali menyusahkan putri angkat kesayangan suaminya.
Zubaidah selama ini bersikap baik pada Halima karena gadis mungil itu bisa membuatnya bahagia dengan uang yang cukup banyak dan Putrinya Sila menjadi anak yang penurut tapi kali ini Zubaidah merasa sangat kesal pada Hajar karena tidak lagi menjadi sumber uangnya.
"Ataukah mungkin suami dari hajar yang dingin dan penyakitan itu sengaja membuat Hajar tidak mengirimkan uang pada kami setiap bulan...," batin Zubaidah yang berfikir jika Hajar tidak akan mungkin begitu saja melupakan kewajibannya terkecuali gadis lugu itu terperdaya oleh seseorang yang tetu saja sudah dianggap begitu dekat dengannya.
"Jangan terlalu banyak melamun Istriku, sebaiknya kita memikirkan pinjaman lainnya dan aku merasa sedikit pusing saat ini aku ingin beristirahat sebentar." ucap Ayah Sila yang kemudian memutuskan untuk pergi ke kamar untuk beristirahat meninggalkan istrinya yang mencuci diluar rumah lebih tepatnya didekat sumur.
Karena kehidupan mereka yang sekarang pas-pasan dan bahkan mesin air matipun belum juga diperbaiki karena tidak cukup uang. Akhirnya membuat mereka mandi diluar dan mencuci diluar rumah tapi masih disekitar pekarangan rumah untuk sementara.
"Baiklah Suamiku istirahat lah. Aku akan pergi juga sebentar untuk membeli sabun." ucap Zubaidah yang tentu saja berbohong bukan pergi untuk membeli sabun tapi pergi ke rumah besannya untuk bertemu dengan Halima meminta uang yang bisanya selalu dia dapatkan.
Karena memang sangat begitu mencintai istrinya Ayah Sila percaya saja tanpa ada rasa curiga pada istrinya tercinta. Lagi pula memang uang jatah istrinya kemarin memang masih cukup jika hanya membeli sabun untuk mencuci baju.
"Assalamualaikum....., Hajar.... nak. Bunda sangat merindukanmu....," ucap Zubaidah yang datang kerumahnya hajar dengan bahasa yang manis.
"Waalaikumussalam, Ibunda?" ucap Hajar yang merasa kaget melihat penampilan bundanya yang terlihat begitu sederhana.
Selama ini memang seumur hidup Hajar bundanya selalu saja mengunakan pakaian uang glamour dan bermerek serta riasan yang cetar tapi kali ini bisanya hanya datang dengan daster dan bahkan tanpa riasan.
"Iya nak ini bunda....., apakah kamu sudah lupa pada bisa yang telah merawat mu dari kecil?" ucap Zubaidah sambil tersenyum diikuti dengan raut sedih diakhir.
"Tidak bukan seperti itu, Bunda silahkan masuk Halimah akan panggil kakak sebentar." ucap Halima yang berniat untuk memangil suaminya tapi dicegah oleh Zubaidah karena takut rencananya gagal untuk mendapatkan uang nanti jika terlalu lama ditempat ini.
"Tunggu sebentar nak, Bunda tidak bisa lama Ayah mu sedang sakit sementara kami tidak memiliki uang karena habis membiayai hutang akibat pengobatan kakak mu....," ucap Zubaidah yang saat ini bahkan telah meneteskan air mata berusaha membuat Halima kasihan agar mendapatkan uang lebih seperti biasanya Halima mulai hapal dengan segala jenis drama sedih yang dimainkan oleh Bundanya.
"Halima pikir Bunda datang karena merindukan ku....., tapi aku salah Bunda hanya merindukan uang dari ku saja.... dan saat ini memakai alasan Ayah sakit untuk mendapatkan uang." batin Halima yang saat ini merasa sedih karena Bundanya belum juga berubah menjadi seorang bunda yang tulus seperti ketika dirinya kecil dulu.
"Bunda ini uang tabunganku, semoga bisa membantu tolong jaga Ayah dan kakak dengan baik." ucap Halima yang memberikan ATM serta pin ATM. Tabungannya dari kecil yang tentu saja cukup banyak karena Halima selalalu suka menabung serta cukup kreatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif yang bisa menghasilkan uang halal.
"Terimakasih Bunda pulang dulu karena takut Ayah kamu nyariin." ucap Zubaidah yang langsung pergi setelah memberi pelukan singkat pada Halima.
"Sayang...., sayang...., Sayang..." ucap Umar yang mencari dan memanggilnya, membuat Hajar tersadar dari lamunannya beberapa saat tadi.
"Iya kakak aku ada didepan....," ucap Halima sedikit bersuara keras karena suaminya ada dilantai atas. Tidak lama kemudian terlihat Umar turun mendekati dan memeluk erat Halima.
"Kok tiba-tiba ninggalin aku.....," ucap Umar khawatir yang saat ini mengeratkan pelukannya dengan pada tubuh mungi istrinya.
Jangan lupa simpan keperpustakaan, komentar, review dan vote. Terimakasih.