webnovel

Suami Autis Kesayanganku bagian 2

Selama ini Halima tidak pernah akan menyangka jika hidupnya akan berubah 180 derajat seperti Saat ini, mendapatkan mertuanya yang baik dan menyanyinya, mendapatkan Suami yang pintar dan pengertian, Sungguh maha baik Allah telah memberikan hadiah yang tidak pernah terduga dalam hidupnya selama ini.

"Yang ini udah siang yuk makan dulu, baca bukunya lanjutin nanti aja ya?" tanya Umar sambil mengusap pucuk kepala istrikanya yang tertutup hijab dengan lembut.

"Sebentar lagi kakak aku hampir selesai." jawab Halima yang tampak asik membaca.

Umar yang mendengar ucapan istrikanya itu pun langsung kembali duduk, tapi kali ini Umar tidak melanjutkan perjalannya untuk memeriksa ataupun mengkoreksi buku karya nya yang Akan diterbitkan, Umar malah asih menap wajah cantik istrinya yang tampak sangat manis dan saat sedang asik membaca buku.

"Sudah selesai Kakak," ucap Halima yang kemudian menutup buku buang baru saja dia selesai baca.

Halima baru menyadari jika suaminya saat ini sedang asik melamun atau lebih tepatnya melamun kearah wajahnya sambil tersenyum. Karena merasa sangat senang melihat wajah suaminya yang te senyum membuat Halima pun turut tersenyum.

Hanya saja kali ini Halima sedikit jail dengan sengaja mencubit pipi Umar yang dari tadi tampak belum juga menyadari jika sebelumnya Halima telah selesai membaca buku.

"Aaw, kok dicubit?" tanya Umar sambil masih memegang tangan mungil yang baru saja mencubit pipinya.

karena merasa gemas dengan tingkat istri mungilnya tersebuat membuat Umar beberapa kali mengecupi punggung tangan mungil milik Halima. Tentu hal ini membuat Halima sedikit malu, karena selalu ada sesuatu yang menggelitik diperutnya yang datang dan menghilang tiba-tiba saat mar berbuat romantis padanya.

"Yuk makan," ucap Umar yang kali ini telah berdiri sehingga membuat Halima juga ikut berdiri.

Halima tentu hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh suaminya saat ini, tapi Halima tidak berani bicara karena masih merasa terlalu malu. Saat ini Halima lebih memilih untuk menunduk bahkan Halima lupa memperhatikan jalan saat mereka menuruni tangga.

"Astagfirullah halazimmm....," ucap Halima yang tersadar hampir saja terjatuh saat menuruni tanggal jika bukan karena Umar yang memeluk tubuhnya.

"Apakah kamu benar-benar lapar sehingga tidak fokus untuk menuruni tangga istri ku?" tanya Umar yang saat ini langsung mengambil tindakan cepat yaitu mengendong Halima.

Tentunya Umar tidak ingin istri mungilnya itu jatuh hanya karena lemas akibat belum akan siang, lagi pula Umar tidak keberatan sama sekali saat mengendong tubuh kecil Halima yang memang sangat ringan baginya.

"Turunkan aku Kakak, aku bisa jalan sendiri." ucap Halima yang merasa tidak enak karena saat ini dimeja makan bukan hanya ada mereka berdua tapi tampaknya ada beberapa pelayan yang sedang menyiapkan makan siang untuk mereka.

"Aku tidak akan membiarkan mu bersikap ceroboh kembali dan lalu terluka ." ucap Umar dengan tegas.

"Aku tidak akan terluka , aku baik-baik saja. Aku tadi hanya sedikit terkejut dan tidak menyadari jika kita sedang menuruni tangga." ucap Halima yang berkata jujur.

"Lain kali kita akan menggunakan lift saja." ucap Umar dengan santai menuruni tangga sambil menggendong Halima.

Sebenarnya ada lift tersembunyi dirumah ini tapi tentunya Umar jarang mengunakannya karena Umar lebih juga naik turun tangga sambil berolahraga dibandingkan menggunakan lift.

Halimah yang mendengar ucapan suaminya tersebut sedikit kaget ternyata rumah besar ini memiliki lift dan sangat lengkap dan mewah walaupun jika dilihat dari depan rumah sangat sederhana tetapi ternyata setelah memasuki rumah ini semangkin dalam semangkin terlihat kesan mewahnya.

"Kalian bisa pergi setelah selesai menyiapkan makan siang untuk kami, karena istri ku merasa sangat malu jika kalian terus memperhatikannya." ucap Umar pada para pelayan.

"Baik Tuan Muda," ucap salah seorang wanita yang merupakan kepala pelayan diruang ini.

Saat ini memang Halima masih menyembunyikan wajahnya pada dada bidang suaminya karena merasa melu di perhatikan oleh beberapa pelayan yang pasti akan menganggap bahwa Halima bersikap sangat manja.

"Sekarang mereka telah pergi Istri ku...., kamu ingin makan di pangkuanku atau duduk di kursi mu sendiri?" tanya Umar yang memang sengaja ingin menggoda istrikanya.

"Aku mau duduk sendiri aja....," ucap Halima.

Dengan perlahan Umar menurunkan istri mungilnya itu dan meletakkannya di atas kursi dan kemudian Umar duduk disamping Halima. Tentu seorang Halimah adalah istrinya dan Umar akan menjaganya dengan sangat baik.

Jika biasanya Umar akan makan dan duduk sendiri karena kedua orang tuanya sibuk kerja dan mengerjakan pekerjaan lain, tapi kali ini Umar tentu saja merasa sangat senang karena ada Halima disamping yang akan selalu menemaninya.

"Aa mau apa, Aku ambilin ya?" tanya Halima dengan tersenyum manis.

"Apa aja....," ucap Umar dengan tersenyum lembut.

tentu karena kebanyakan yang menu makanan yang tersedia diatas meja adalah makanan kesukaannya sehingga Umar tidak masalah dengan apapun yang akan dihidangkan oleh istrinya untuknya.

Dengan senang hati Halima langsung mengambil nasi dan lauk untuk suaminya, Halima telah mengetahui beberapa makanan kesukaan suaminya dari ibu mertuanya.

"Apakah segini sudah cukup?" tannya Halima.

"Cukup, terimakasih." ucap Umar yang kemudian mengecup kening Halima karena merasa sangat makan yang diambilkan oleh Halimah adalah makanan kesukaannya.

Makanan kesukaan Umar cukup sederhana sayur kangkung telur puyuh, dan ayam goreng tepung serta sambal terasi. Sebenarnya Halima bisa saja membuatnya hanya saja Umar seperti tidak akan mengizinkannya untuk memasak karena kecerobohannya beberapa hari yang lalu saat memasak kue.

Padahal menurut Halima itu bukanlah luka parah, walaupun sedikit perih memang tapi dengan sigap Umar langsung mengobatinya dan tidak mengizinkannya lagi Halima untuk memasak.

Halima dan Umar makan bersama dengan penuh ketenangan dan rasa syukur, Halima hampir lupa jika saat ini perutnya sedang ke lamaparan karena tinggal manis suaminya, dan perut Halima sampai berbunyi dan menyadarkan Halima jika saat ini dia sedang lapar.

"Ayo makan sayang atau kamu ingin aku suapi?" tanya Umar.

"Kakak makan saja, aku akan makan sendiri." ucap Halima yang langsung mengisi piringnya dan nasi dan beberapa lauk.

Halimah sepertianya belakang ini merasakan jika jantungnya berdetak tidak normal jika berada didekatnya suaminya, tapi bukannya merasa takut Halimah malah merasa senang tentu saja itu semuanya membuat Halima bingung dengan penyakit apa yang saat ini sedang dideritanya.

Lagi pula selama ini Halima tidak memiliki riwayat penyakit jantung, tapi mengapa jantungnya selalu berdetak tidak normal jika suaminya bertindak sangat baik padanya.

"Mungkin aku harus memiliki jarak dan tidak terlalu dekat dengan suamiku." ucap Halima yang merasakan jika jantungnya saat ini memulai berdetak tidak normal karena Umar yang terlihat menatapnya dengan tatapan intens.

Tentu saja Umar memperhatikan cara makan istrinya yang sangat pelan, disaat Umar telah selesai makan dari tadi Halima baru makan beberapa sendok dengan sangat penuh penghayatan alias lama banget.

Bismillahirrahmanirrahim tolong jangan lupa simpan keperpustakaan, komentar, review dan vote jika kalian menyukai cerita ini, Terimakasih.

Chesi_putricreators' thoughts
Next chapter