webnovel

Desakan Yash

"Tsk, kenapa kau berbohong padaku, Amelie?" tanya Yash dengan lirih namun ada sedikit penekanan di dalam nadanya.

"Bohong, bohong apa?" tanyaku heran.

"Kau berpacaran dengan Ryan, dia sahabatku bahkan aku sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri."

"Lalu bagaimana denganku dan Keysa, Yash? Bukankah kami juga saudara? Kau tidak berhak mengataiku demikian dan kau tidak berhak mengaturku dengan siapa aku akan menjalin hubungan termasuk dengan Ryan!" tandasku dengan menatapnya tajam.

Yash kian tampak marah padaku.

"Lalu apa maumu, Amelie? Bukankan aku sudah menyatakan perasaanku padamu? Aku menyukaimu, aku jatuh cinta padamu, atau mungkin aku telah mencintaimu lebih dulu dari Keysa."

"Jalani saja hubungan kita masing-masing, biarkan aku menjalani hubunganku dengan Ryan. Dan kau jalani kehidupanmu dengan Keysa, lupakan semuanya, Yash! Aku akan memaafkanmu dan melupakan semuanya demi kebaikan bersama."

"Heh, kau wanita sok cantik dan jual mahal!" ujarnya dengan kasar tiba-tiba.

"Yash!" tandasku dengan nada tinggi.

"Mari kita bicara baik-baik, Mel. Beri aku kesempatan, beri aku jawaban kepastian. Aku akan meninggalkan Keysa demi kau!"

"Kau gila, Yash!"

"Ya, aku memang gila. Aku gila karenamu, Amelie."

Yash kembali melangkah mendekatiku. Aku pun mundur satu langkah, aku mencoba melihat ke sekelilingku, berharap akan ada seseorang lain yang melihat ini semua.

Please... Ryan, kemana kau? Kenapa begitu lama?

Rasa takut benar-benar menyelimutiku detik ini.

"Amelie, aku janji. Setelah kita berpacaran, aku tidak akan menyakitimu. Aku tidak akan menduakanmu, aku janji akan setia padamu. Tinggalkan Ryan, dan jadilah pacarku."

Tatapan yash sudah terlihat benar-benar hilang kendali. Oh Tuhan, tolong kirimkan seseorang untuk membantuku malam dari cengkraman Yash.

Tatapanku mencari pertolongan tertuju pada Monalisa yang tengah sendiri pula sedikit jauh dariku. Aku tidak mungkin berteriak meminta tolong sedang Yash saat ini begitu kalap.

"Monalisa!" panggilku dengan sekuat tenaga mengeluarkan suara.

Sontak saja, Monalisa segera menoleh. Aku sudah menduganya, dia akan begitu peka dengan panggilan yang menyebut namanya yang selalu dia banggakan itu.

"Kau!" hardik Yash padaku.

"Sebaiknya kau jauh-jauh dariku, Yash. Kau akan kena batunya jika aku membeberkan ini pada Monalisa," cakapku mengancamnya. Padahal, aku tidak mungkin mengatakannya pada Monalisa. Itu sama halnya dengan bunuh diri, Monalisa jauh lebih buruk jika tahu akan hal ini.

"Ada apa, Mel? Kupikir kau tidak akan mengingatku setelah kau datang dengan pa... Oh, Yash. Kenapa kau..."

"Dia mencari Keysa. Apa kau melihatnya?" imbuhku menyela bicara Mona yang tampak terkejut melihat Yash di dekatku.

"Hem, yah! Aku mencari Keysa, biasanya dia tidak pernah terpisahkan dengan Amelie. Tapi kemana dia?" jawab Yash mengiyakan ucapanku. Sepertinya dia masih punyai rasa takut setelah aku mengancamnya tadi.

Aku mengerutkan kening, melihat raut wajah Monalisa yang tampak senyum-senyum sendiri menatap wajah Yash dengan kedua matanya yang berukuran kecil itu.

"Jika kau mau, aku bisa menemanimu mencari Keysa," ujar Mona menawarkan diri.

Yash tertegun.

"Mona, apa yang kau katakan barusan?" tanyaku setengah berbisik sambil menarik lengannya.

Dengan kasar Mona menepis tanganku. "Diamlah, aku tau dimana Keysa saat ini."

Aku tak mau kalah akan sikap kasarnya itu, "Jangan berani merusak hubungan kisah kasih Keysa dengan laki-laki ini."

"Ehhem." Ryan datang seraya berdehem dari belakangku.

Dia memang tidak bisa di andalkan. Kenapa dia baru muncul setelah aku hampir saja mengubur diri dalam-dalam akan perlakuan bejat Yash padaku.

"Ryan, kemana saja kau? Ke toilet saja  kau seperti pergi ke Iran," omelku mencetusnya.

"Maaf, Amelie. Tadi aku bertemu teman lamaku, kami mengobrol sebentar. Oh ya, aku juga melihat Keysa disana Yash. Kau tentu mencarinya, bukan?" jawab Ryan sembari unjuk dagu pada Yash.

"Sial!" lirih Mona tampak mendecak sebal mendengar Ryan memberitahu Yash dimana Keysa. Yang sudah tentu kesempatannya hilang untuk mendekati dan menemani Yash mencari Keysa, syukurlah.

"Ryan, ayo kita cari Keysa saja." Aku pun mengajak Ryan seraya berbalik badan.

"Aku ikut bersama kalian," ujar Mona tak mau kalah.

Ryan dan Yash saling bertatapan, lalu mengangguk bersama. "Kenapa tidak, kau kan saudara Keysa dan Amelie." Yash menjawab dengan melempar senyumannya yang menjijikkan di depan mataku.

Ketika kami melangkah bersama, Mona menarik lenganku dan mengajakku melangkah pelan, sangat  pelan mengikutinya.

"Apa kau diam-diam mengkhianati sepupumu sendiri, si Keysa? Aku tidak menduganya. Wanita yang selalu mengaku suci dan lugu sepertimu bisa juga mengkhianati saudaramu."

Aku tersentak mendengar ucapan Monalisa yang mendadak dengan jelas dan tegas di tujukan padaku.

"Apa yang kau bicarakan ini, Mona?"

"Ayolah, Amelie. Aku tau kau dan Yash ada main di belakang, hihihi... Kasihan Keysa."

"Jaga bicaramu, Mona! Aku tidak begitu, aku bukan kau yang selalu merebut kebahagiaan orang termasuk keluargamu sendiri."

"Oh ya? Hem... Baiklah, tapi aku selalu berterus terang saat ingin merebut kekasih teman atau saudaraku. Seperti yang akan aku lakukan saat ini pada Keysa."

Jleb!

Langkah kakiku terhenti seketika, hatiku terasa seperti di lempar batu dengan ukuran besar. Entah aku harus merasa bahagia atau sedih, di satu sisi aku harus menjauhkan Yash dari sisi Keysa. Dia laki-laki bajingan, tapi jika dengan cara di rebut oleh Monalisa, tentu ini akan sangat menyakitinya.

"Mona! Sepertinya Yash memang pantas untuk wanita sepertimu, tapi coba saja kau rebut dia dari sisi Keysa. Kau tidak akan pernah bisa merebutnya," ujarku menantangnya. Aku tahu ini konyol, ini ide gila. Aku terpaksa memancingnya untuk membuat Mona semakin tertantang.

"Oh ya? Jadi, kau menantang seorang Monalisa? Tsk, kau yakin?" cakap Mona dengan penuh percaya diri.

"Aku, aku bukan menantangmu. Aku hanya, hanya memperingatimu saja!" jawabku terbata-bata.

Monalisa menyeringai dengan masam padaku, "Tapi entah kenapa aku merasa kau menantangku kali ini, Mel?" ujarnya padaku sembari menyilangkan kedua tangannya, lagaknya sungguh sangat angkuh.

Kulepas napas panjangku, "Terserah kau saja, Mona! Tapi, jika kau berani mengusik hubungan Keysa dan Yash aku tidak akan tinggal diam!" ancamku pada Mona.

"Coba saja, aku tidak takut!" sahut Mona seraya melangkah lebih dulu melewatiku hendak mengejar Yash dan Ryan yang berjalan lebih dulu.

Next chapter