webnovel

SURAT

Di sepanjang perjalan di dalam kereta aku hanya memikirkan soal kak Rizky, bahkan angananku tentangnya tak pernah berhenti.

Aku sangat sedih sekali tapi aku yakin ini adalah ujian cinta kami, benar apa kata kakaku kemarin, kalau dia jodohku maka takdir akan mempersatukan kami.

Dan kalung ini... Yang berubah menjadi batu ruby semakin meyakinkanku kalau kak Rizkylah jodoh dan takdirku. Aku yakin.

Tapi aneh bagaimana leontin ini bisa berubah... Percuma, biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Kini aku, kakak dan mamaku tiba sudah di rumah yang akan kami tinggali, rumahnya bagus, sederhana dan bernuansa klasik.

"Ini rumah kita, Dan kamar kalian ada di ujung sana silahkan." ucap mamaku sambil menunjuk ke arah kiri. "Kalian lihat saja! Semoga kalian menyukai."

"Kami tidur satu kamar ma?" tanyaku.

"Tidak. Di ujungsana ada 2 kamar yang bersebelahan. Mama rasa pas buat kalian"

"Oh. Tapi kalau memang kami harus sekamar berdua kami tidak keberatan kok... Iya kan kak?" kataku pada kakaku.

"Hello nona... Ada apa denganmu, sejak kapan kamu mau sekamar denganku....?" Canda kakaku yang tanpa dia sadari dia kembali membuatku sedih teringat dengan kak Rizky.

"Loh kamu kok murung lagi kenapa eh... Maaf Ruby... Aku gak sengaja..." katanya merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Ayo kak!" ajaku ke kamar.

Ketika aku kamar aku melihat ke arah cendela luar, kulihat di sana ada ayunan.

Ayunan kecil dari tali tambang dan kayu sebagai tempat duduknya, dan ayunan itu sangatlah manis terikat dalam sebuah pohon besar dan rindang, yang kembali mengingatkan aku dengan rindangnya pohon akasia di halaman sekolahannku.

Suatu malam ketika aku tertidur, terdengar olehku gesekan benda dari luar sana.

"Kriyeeek....kriyeeek....kriyeeek...."

Aku terbangun, ketika melihat dua tali ayunan di bagian atas bergerak, aku kembali pada posisi tidurku dan mulai memejamkan mataku lagi.

Tapi kembali aku terjaga karna aku mendengar suara nyanyian kecil dari ayunan itu.

Aku tengok ternyata benar, sosok berambut panjang dan bergaun putih duduk di ayunan sambil bersenandung kecil.

"Hey... Siapa kamu....?" Dia masih saja diam dan menghentikan nyanyiannya. Dan kembali aku memanggilnya.

"Hey sudah malam jangan berisik kalau mau main ya..." kataku lagi, sosok itu menoleh ke arahku, ku lihat wajahnya yang cantik ke bule-bulean tersenyum manis padaku.

Dia mendekatiku dan berdiri di jendela.

"Hay... Namaku Putri... Di sana tempat aku tinggal" katanya sambil menunjuk pohon yang rindang itu.

"Dan aku biasa bermain di ayunan ini, maaf ya jika kamu terganggu olehku"

"Iya tidak apa-apa... Ya sudah aku mau tidur dulu putri, aku lelah, besok aku harus bangun pagi karna aku harus mulai daftar di sekolah baruku" Ucapku.

"Tunggu dulu! Siapa nama kamu?" tanya gadis cantik itu dengan gaun lebar seperti noni Belanda.

"Namaku Ruby. Senang bertemu denganmu," ucapku smabil tersebut, dan langsung berbaring, tak menghiraukan dia.

Pagi ini mama mengantarkan aku di SMA ternama yang ada di Bandung. Aku diterima disekolah ini dan hari ini juga adalah hari pertama aku masuk sekolah.

Setelah memperkenalkan diriku didepan kelas, wali kelasku mempersilahkan aku untuk duduk dan mualai mengikuti pelajaran.

Selama sekolah disini aku merasa betah-betah saja, teman-temanku baik-baik, dan soal urusan cowo... Sejauh ini aku masih saja setia menanti Rizky.

Tak terasa dua tahun sudah berlalu. Setiap cowo yang berusaha mendekatiku masih saja ku abaykan, semakin hari rasanya aku merasa semakin bertambah dekat dengan Rizky.

Kulihat foto-foto dari kalender yang ku guntingin dua tahun yang lalu, ku ambil foto yang ada dirinya di sana.

Kebetulan dia pernah juara lari maraton mewakili sekolahan, jadi fotonya ketika memegang piala tercetak lumayan besar dan jelas jadi aku gunting dan aku tempelkan di buku diariku.

Siang yang membosankan, tugas pr sudah aku kerjakan, dan tiada lagi kegiatanku, seperti biasa setiap kali waktu luang, aku selalu memutar kaset rekaman saat aku kolaborasi dengan kak Rizky dan penampilannya ketika ngeband yang juga membawakan lagu milik grup band Ungu yang berjudul sejauh mungkin.

"Wah siapa cowo yang dalam video itu Ruby...?" tiba-tiba saja Putri muncul.

"Eh kamu Put dasar kaya hantu aja... Datang ga ada suaranya maen tiba-tiba aja..." kataku yang kaget dengan kehadirannya yang mendadak dan tiba-tiba itu.

"Emang aku hantu. Ya wajar lah. Lain kali, kau harus lebih siap dengan kedatanganku yang tiba-tiba."

"Oh iya... Duh entahlah apa yang aku pikirkan... Aku kangen banget sama dia Put..." kataku pada sosok itu yang tanpa sadar telah jadi temanku.

"Apakah dia pacar kamu?" Tanya Putri ketika melihat kaset vcd yang aku putar.

"Aku ga tau Put... Kami saling sayang tapi saling diam pula..." kataku curcol.

"Cinta tak terungkap? Ya sudah terusin saja mellownya... Aku pergi dulu..." kata Putri lalu tiba-tiba dia menghilang.

"Poss.. Poooss...."

Dengan malas aku bergegas kedepan menerima kiriman surat dari pos.

"Hah... Apaan sih tukang pos mengganggu saja, pasti surat kabar dari papa..." celetuku.

"Dari siapa pak dan untuk siapa...?" tanyaku pada petugas pos itu.

"Dari Solo neng.. Buat Neng Ruby..." jawab tukang poa itu yang menimbulkan rasa penasaranku.

"Oh iya kah pak? Saya Ruby..." kataku senang. Dan kuterima surat itu.

"Deeeghhh..... " Jantungku berdegup kencang dan aliran darahku seolah mengalir dengan derasnya dari ujung kepala dan ujung kaki ketika ku baca nama pengirim dari surat itu.

Dari    :Rizky Aditya

Untuk :Ananda Rubysha Putri.

Darimana dia tau alamatku yang di Bandung? Terus kenapa dia tidak mencantumkan alamatnya...

"Neng silahkan ditandatangani sebagai sebagai bukti tanda terima" kata tukang pos itu.

Kutandatangani berkas itu dan segera aku berlari ke dalam tak sabar aku membaca isi surat itu.

Dengan tidak sabar langsung kubuka saja dan ku baca isi surat itu.

"Hey Ruby... Apakabar? Bagaimana keadaanmu setelah hampir dua tahun  bersekolah di sana. Kangen tidak sama aku? Dan bagaimana sudah dapat pacar apa belum?

Jangan tanya aku tau alamat rumahmu dari siapa, melainkan tanyakan keyakinan hatimu padaku, maka surat ini bisa sampai kepadamu.

Dengan kamu membuka surat ini kuharap kau mengerti maksutku. Dan kalung pecahan leontin hati itu masih tersimpan olehku. Milikmu masih kau jaga saja bukan? Aku berharap kelak kita dapat menyatukan leontin ini agar bentuknya utuh sempurna seperti kita jiga sudah dipersatukan takdir dan waktu.

Oh iya Ruby... Kamu gimana naik kelas tidak? Aku yakin kamu naik dengan nilai bagus, selamat ya... Aku juga mau ngabarin kalau aku lulus.

Sekian surat dariku, maaf sengaja tidak aku kasih tau alamatku, kamu tidak perlu membalasnya, aku tau balasanmu.

Aku janji aku akan selalu kirim surat untukmu seminggu sekali.

                                     Rizky Aditiya

                                  Solo 23 Juni 2001

----------------------------------

Sejak saat itu aku begitu semangat menjalai hari-hariku, aku yakin kak Rizky juga sayang sama aku, buktinya dia menepati janjinya, setiap minggu dia selalu mengirim surat padaku tapi aku masih saja heran kenapa dia tidak menuliskan alamatnya sebagai pengirim.

Dan soal kalung ini... Bagaimana dia bilang juga menyimpan bukankah dulu itu aku hanya mimpi ya... Aneh.

"Ah mungkin karna murninya cinta kita ya kak makanya sampai seperti ini" gumamku dalam hati.

Sejak datangnya surat itu aku semakin merasa dekat saja dengan kak Rizky dan keyakinanku bahwa dia cinta terakhirku aku makin yakin dan keuyakinan itu semakin kuat, tidak hanya yang terakhir dia juga cinta pertamaku namun tak terungkap.

Walau aku menjalani hubungan sebagai relationship tak berpengaruh apa-apa, dan niatan untuk menduakannya sedikitpun tak ada terlintas di benakku.

Next chapter