webnovel

First kiss

Setelah sholat isya, Abdul dan Yola memilih untuk merebahkan diri mereka diatas ranjang. Semenjak pertama kali Yola tahu bahwa mereka telah menikah, Ia kini tak ragu untuk memeluk Abdul, walau hanya sekedar memeluk karena Ia tak tahu harus melakukan apa, bahkan sekedar untuk mencium pipipun Yola masih sangat sungkan dan ragu, Yola masih terlalu malu untuk melakukan itu, laki-laki yang sering mencium dirinya selama ini hanya Jhonatan dan ayahnya. Kedua saudaranya hanya sering bergelayut di lengan Yola, atau paling-paling memeluk Yola.

Dalam hal keintiman, memang selalu Abdul yang mempunyai kendali, Yola memilih diam dan hanya membiarkan saja Abdul mau melakukan apa dengannya.

Seperti saat ini, setelah pintu ruang rawat di kunci dari dalam oleh Abdul, mereka memilih rebahan dan menonton film kesukaan mereka. Ya, mereka bahkan mempunyai selera film yang sama.

Yola merebahkan tubuhnya di bahu Abdul, sedangkan Abdul memeluk tubuh Yola dari samping.

"Memang kamu boleh ngemil ini?" Tanya Abdul sambil mengangkat bungkus snack dipangkuan mereka.

"Boleh, kan?" Tanya Yola balik.

"Tapi jangan terlalu banyak, lebih baik kamu ngemil ini." Abdul mengangkat buah yang sudah Ia kupas dan menyuapkannya ke mulut Yola.

"Terimakasih."

"Hm, sama-sama. Kamu harus menjaga kesehatan, sayangku."

"Ya, ka nada kamu yang selalau jagain aku."

"Ya Allah, kalau aku lagai kerja atau kemana gitu gimana coba? Kamu harus selalu tahu apa yang boleh dan enggak kamu makan."

'Hm. Iya iya… sayang aku."

"Ciye…. Sekarang udah ga malu lagi panggil sayang nih." Goda Abdul pada Yola, membuat warna putih wajahnya berubah menjadi kemerahan, karena menahan malu.

"Ih, kamu mah suka gitu." Gerutu Yola.

"Gitu gimana? Kan aku Cuma bilang ga malu lagi." Kilah Abdul, sambil memasukkan buah pir kemulutnya.

Yola menjadi kesal, lalu Ia mengurai pelukannya pada Abdul, lalu duduk bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap, matanya lurus menatap film yang sedang diputar di dalam laptop milik Abdul.

"Ye, merajuk dia…" Gumam Abdul sambil tersenyum lebar.

"Yang, sayangku, kok marah sih?" kata Abdul sambil berganti Ia yang bergelayut di pundak Yola.

Yola masih terdiam, tak mengeluarkan sepetah katapun, dia malu. Sungguh dia malu pada suaminya sendiri, baru kali ini Ia dengan gambling memanggil Abdul sayang, biasanya hanya sekedar iseng menggoda, itu bercanda jika ada anggota keluarga yang mengusili mereka.

"Istriku sayang, jangan marah dong, aku jadi bingung nih mau gimana? Mau kasih bunga Cuma adanya bunga kertas, punya rumah sakit lagi, nanti bilangnya aku ga modal, mau kasih coklat, kamu lagi ga boleh makan coklat, lagi pula ga ada yang jual coklat di rumah sakit ini, mau kasih permen lollipop, sudah habis, tadi Cuma beli dua dan semua sudah kamu habiskan, lalu sekarang aku harus bagaimana coba? Ya Allah bagaimana cara hamba meluluhkan hati istri hamba yang sedang merajuk ya Allah, tolonglah hambamu ini, karena aku bingung harus merayu pakai apa?" Ucap Abdul dengan mimik wajah yang konyol membuat Yola ingin tertawa terbahak.

"Sayangku, maaf deh, aku ga akan godain kamu lagi, tapi jangan diem gini dong, kasin kan filmnya jadi ga fokus nonton tuh kita."

Yola mencubit lengan Abdul sambil tertawa mendengar celotehan Abdul yang Absurd, dan membuat Ia lupa akan kekesalannya pada laki-laki yang diam-diam merasuk ke dalam hatinya tanpa Yola sadari, Bahkan Ia telah memimpin di dalam hati dan pikiran Yola.

"Ih, Kamu… ih." Ucap Yola gemas, sambil mencubit lengan Abdul.

Abdul tertawa senang karena akhirnya Yola tak lagi marah walau Ia harus tahan dengan cubitan yang bertubi-tubi diberikan oleh Yola padanya.

"Gitu dong, jangan marah, aku kan sedih kalau kamu marah." Ucap Abdul sambil menatap lekat wajah Yola, begipun dengan Yola membalas tatapan Abdul dengan tatapan lembut yang menyihir Abdul menjadi ingin mencium gadis di hadapannya saat ini.

CUP

Abdul mengecup kening Yola, lalu berujar, "Aku mencintaimu, terimakasih sudah hadir dalam hidupku."

Yola menatap Abdul kian lekat, ukuran ranjang rumah sakit yang seharusnya hanya cukup untuk satu orang dengan tubuh Yola yang kecil ranjang itu bisa menjadi untuk dua orang, walau sedikit berddesakan antara dirinya dan Abdul. Membuat jarak mereka kian dekat.

"Apa aku harus bilang aku juga mencintaimu?" Tanya Yola masih dengan menatap Abdul lekat.

Abdul mengeleng, "Tidak, karena rasa sayang dan cintaku padamu sudah cukup untuk hidup kita berdua, sayangku. Aku tak ingin memaksamu untuk segera menyayangi aku."

"Aku memang menyayangimu walau tanpa kau paksa." Jawab Yola yang membuat Abdul bahagia setengah mati, dan tersenyum lebar.

Abdul mengangkat dagu Yola, lalu menatap wajah cantik Yola lekat dengan jarak yang begitu dekat, jantung mereka bertalu begitu cepat, hingga mungkin keduanya mampu merasakan debaran jantung mereka.

Abdul lalu mengusak hidung Yola menggunakan hidungnya karena gemas, "Aku sayang padamu." Ucapnya dengan terus mengadu kedua hidung mereka.

Tiba-tiba saja tangan Yola membingkai wajah Abdul, hingga memaksa laki-laki itu berhenti mengerakkan wajahnya. Lalu Yola mengecup singkat bibir merah Abdul yang seketika membuat Abdul membeku ditempat, jantung Yola berdebar kencang, dia tak tahu mengapa Ia ingin melakukan itu, ingin mencium bibir laki-laki yang selalu mengeluarkan kata sayang dan rayuan yang anti gombal, karena Yola tahu Abdul bukan tipe laki-laki yang suka mengombal dan mudah dekat dengan perempuan.

Yola menundukkan wajahnya. Malu. Ya Yola sangat malu dengan apa yang baru saja Ia lakukan pada suaminya, namun Abdul tersenyum lalu kembali mengangkat dagu Yola menggunakan jemarinya, membuat Yola mau tak mau mendongak dan menatap wajah yang selalu membuat Ia merasa teduh kala menatap wajahnya.

"Kenapa menunduk? Aku suka memandang wajah ini, aku suka memandang pipi ini." Lalu Abdul mencium kedua pipi Yola.

"dan aku juga suka gemas dengan ini." Lalu Abdul mencium hidung mungil Yola.

"Dan aku juga sangat menyayngi orang yang mempunyai wajah ini." Abdul mencium kening Yola lama.

"Dan aku juga suka__ ini." Abdul mendekatkan wajah mereka lalu mencium bibir Yola. Walau ini pertama kali mereka lakukan, tapi insting itu akan berjalan dengan cepat saat keadaan membutuhkan.

Kini berganti Yola yang diam membeku, merasakan benda kenyal yang beradu dan mulai melumat bibirnya.

Yola bingung, malu. Entah apa yang harus Ia lakukan, untuk sekedar membalas ciuman suaminya pun Yola bingung harus bagaimana.

Abdul mengigit kecil bibir Yola, yang otomatis membuat Yola membuka mulutnya, Abdul menambah gencar memperlancar agresinya di dalam mulut Yola. Dan perlahan Yola ikut terhanyut dan membalas ciuman dari Abdul. Membuat Abdul tersenyum di dalam cumbuannya.

Next chapter