6 tahun yang lalu. Bulan mendaftarkan diri sebagai mahasiswi Universitas ternama di Surabaya. Sedangkan Johan sebagai senior yang memimpin jalannya ospek mulai dari situlah Johan dan bulan mengenal satu sama lain Namun hubungan mereka menjadi lebih serius sejak bulan memasuki semester ke empat, sedangkan Johan pada saat itu sudah melaksanakan wisuda. Johan mulai bekerja di salah satu Hotel yang berada di Surabaya pada saat itu Johan sebagai resepsionis.
"Lan, ada yang mau aku bicarain." ucap johan saat menjemput bulan dari kampusnya
"Apa han?" bulan menunggu john memulai pembicaraan mereka.
"Duduk dulu di cafe itu." johan menunjuk cafe yang tak jauh dari kampus bulan.
Mereka berjalan menuju cafe tersebut. Mereka memasuki Cafe Dan duduk di meja yang dekat dengan jendela.
"Ada apa Han?" tanya bulan yang sedang menunggu apa yang akan dibicarakan oleh Johan.
"kita pesen minuman dulu," jawab johan yang terlihat tegang.
Johan memanggil pelayan cafe dan mulai memilih menu.
"Baik, silahkan di tunggu." ucap pelayan itu setelah mencatat pesanan johan dan bulan.
"Lan." johan mulai membuka percakapan.
"Ya." sahut bulan.
"Kita kenal udah lama, berteman udah lama, jalan bareng, makan bareng, bahkan kamu mau nemenin aku nyari kerjaan." johan berkata dengan hati-hati.
"Lalu?"
Johan menelan ludah beberapa kali saat mendengar jawaban bulan.
"Aku suka sama kamu, Lan." johan melanjutkan percakapanannya dengan jatung berdetak tiga kali lebih cepat.
'DEG'
Bulan yang mendengar itu merasa jantungnya sesaat berhenti berdetak.
Raut wajah bulan berganti dengan merah merona, berseri-seri.
"Tapi kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa Lan. Kita masih bisa berteman." ucap johan dengan tersenyum.
"Nggak-nggak," buru-buru bulan menyaut ucapan johan. "Aku ....." belum selesai kalimat bulan pelayan tadi kembali dengan nampan berisi pesanan johan dan bulan.
"Silahkan," ucap pelayan cafe.
"Terima kasih," sahut bulan dan mendapat balasan senyuman si pelayan cafe.
"Sini" bulan meminta johan mendekatkan telinganya.
"Kenapa?" tanya johan kebingungan.
"Aku mau!" bisik bulan saat telinga johan sudah mendekat ke wajahnya.
"Beneran?" tanya johan tak yakin dengan apa yang dia dengar.
"Iya." bulan tersenyum malu-malu.
Johan memeluk bulan dengan rasa lega, seakan beban yang sedari tadi dia bawa sudah lepas.
Mereka melanjutkan menyatap menu pesanannya. Hingga satu jam merekaa berbincang-bincang mereka memutuskan untu pulang, karena hari semakin sore.
Saat berhenti di lampu merah, johan menarik tangan bulan agar melingkar ke pinggangnya dan mengelus-elus dengkul bulan.
Bulan merasa bahagia,
Mereka meliwati hari-hari bersama jika johan kerja shif malam dia akan menemani bulan di siang hari, jik bekerja di pagi hari dia akan menghabiskn waktu dengan Bulan di malam hari sepulang kerja.
Dua tahun mereka seperti itu, hingga akhirnya bulan selesai dengan kuliahnya,
Namun kenyataan tidak sesuai dengan keinginan mereka, bulan di minta ayahnya untuk datang ke jakarta dan tinggal di sana.
Dengan berat hati bulan berpamitan dengan johan, begitu pula dengan johan ia melepas bulan dengan berat hati.
Bulan di atar johan ke bandara juanda, tanpa sadar bulan menangis saat berpelukan dengan johan, karena nenek bulan tidak bisa mengantar jadi johan satu-satunya orang yang mengantar bulan ke juanda.
"Kamu hati-hati di sana," johan megusap-usap kepala bulan.
Bulan mengangguk.
Bulan mulai berjalan meninggalkan johan, saat menunggu pesawat berangkat mengantarnya ke jakarta, air mata bulan menetes terus.
Ia mengambil hp dan memberi pesan pada johan,
'Sayang, jaga hati selalu, jaga mata, jaga imanmu, aku akan selalu menunggu mu datang untuk memintaku kepada ayah.' pesan itu terkirim dan langsunh cheklis biru.
"Iya sayang, aku akan segera memintamu kepada ayahmu," balasan johan di baca oleh bulan dia tersenyum.
Setelah kurang lebih satu jam perjalanan, bulan sampai di bandara soekarno-hatta.
Menunggu kopernya dan memberi pesan pada ayahnya bahwa dia sudah sampai.
Berjalan menuju tempat yang di arahkan ayahnya.
"Ayah," teriak bulan, dari kejauhan bulan melihat sesosok pria yang sedang menunggu seseorang. "Ayah aku kangen banget." bulan memeluk ayahnya.
"Ayah juga nak." wibowo mengelus-elus rambut bulan.
Mereka melepas rindu dan menuju rumah wibowo yang tidak jauh dari bandara,
"Kamu besok istirahat di rumah, setelah itu baru ayah ajak keliling jakarta dan ayah tunjukan beberapa kosan milik ayah."
"Wah ayah jadi juragan kosan." goda bulan.
Hanya senyum yang di berikan wibowo.
Satu minggu setelah di jakarta bulan hari-harinya di lewati dengan memgirim lamaran via email, dan dengan joham hanya video call saat johan tidak sibuk.
Setelah dua minggu di jakarta wibowo mengajak bulan bertemu seseorang.
"Ayah, mau bertemu siapa?" tanya bulan sembari menyedot milk shake yang ia pesan.
"Ayah kenalin kamu ke teman ayah.!" jawab wibowo.
"Perempuan?" tebak bulan, Bulan menduga ayahnya akan mengenalkan calon ibu tirinya.
"Bukan, nanti juga tahu sendiri." wibowo me ngusap rambut bulan. tak selang lama datanglah sesosok pria seumuran dengan ayahnya dan menghampiri bulan dan wibowo.
"Assalamualaikum" anas mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam" jawab bulan dan wibowo bersamaan
"Duduk nas," wibowo mempersilahkan anas duduk.
"Kenalin ini anakku bulan." bulan yang merasa di kenalkan menyalimi annas dengan sopan.
"Masya allah, sudah besar ya wo. Dulu dia segini" anas memberi gambaran bahwa bulan dulu se pinggangnya.
"Iya nas," sahut wibowo "nah bulan, ini om anas dulu kalian sudah pernah ketemu tapi mungkin kamu sudah lupa." lanjut wibowo.
"Iya yah." bulan tersenyum dan mengangguk.
"Masih kuliah?" tanya anas.
"Baru lulus om." jawab bulan
"Oh, sudah kerja?"
"Belum om, aku di jakart baru dua mingguan, tapi saya kemarin melamar malalui email dan keterima di STARGROUP, besok senin mulai bekerja." jawab bulan dengan sopan.
"Oh ya? Wah selamat ya." anas menepuk bahu bulan.
Sebelumnya wibowo Sudah memberi tahu anas agar dia tidak bilang bahwa dia pemilik STARGROUP. Bulan melamar pekerjaan itu tanpa ada bantuan dari ayahnya.
Bulan mengangguk menerima ucapan selamat untuknya.
***
Hari senin pertama kali bulan bekerja di STARGROUP, dia harus sesempurna mungkin.
Ia datang di pagi hari membuat karyawan lain terpesona dengan paras cantiknya, dia menuju ruangannya dan segera melihat apa yang harus di lakukan hari ini, ia punn. Tak sungkann bertanya jika tidak mengerti.
Ia mencuri-curi waktu saat bekerja untuk tetap berkomunikasi dengan johan. Dan dia akan bisa video call sepulang kerja jika johan tidak bekerja di malam hari.
Mereka menjalin hubungan seperti itu setiap hari selama dua tahun terkahir, Namun satu minggu ini dia merasa ada yang aneh dengan sikap johan hal itu membuat bulan tidak ingin membahas johan dengan tina.
***
Saat lift terbuka di lantai 5 tina turun terlebih dahulu, sedangkan bulan masih menunggu sampai di lantai 7.
'Kita sering salah paham, sering bertengkar, tapi sikapmu beberapa hari yang lalu membuatku merasa itu bukan kamu han, aku tidak mengenalmu' batin bulan sembari melihat beberapa forto di galeri ponselnya.
'Tingg'
Pintu lift terbuka di lantai 7 dan bulan pun menghela nafas panjang sebelum keluar dari lift.
Ia berjalan menyusuri beberapa ruangan salah satunya ruangan anisa, dia adalah sahabat bulan saat pertama masuk di sini dialah yang membantu bulan sehingga mereka bersahabat hingga saat ini, namun hari ini anisa tidak terlihat karena ia harus menjenguk ibunya yang sakit di kampung halamnnya, yogyakarta.