webnovel

36. Pertemuan Tanpa Sengaja.

Dua wanita cantik yang tengah bersenda gurau di sebuah Restoran yang berada di dalam Mall. mereka adalah Zahra dan Vero. entah apa yang membuat mereka tertawa. hingga tidak menyadari kedatangan seseorang.

"Selamat siang nona Zahra" mendengar namanya di sebut membuat Zahra terdiam namun tidak menolehkan pada dari Vero.

"Non Zahra..." Pria berjas hitam itu kembali memanggil Zahra. namun tidak di hiraukan oleh Zahra.

"Maaf. tadi manggil teman saya apa?" Kini terdengar suara Vero yang menjawab pria berjas hitam.

"Saya nyakin, jika teman Nona adalah Nona Zahra?" Jawab pria berjas.

"Yakin sekali Anda? sudah saya katakan jika teman saya buka Zahra!" Vero mulai tersulut emosi pad pria berjas.

"Nona, saya tidak ingin membuat keributan disini. maka dari itu biarkan saya bicara dengan Nona Zahra" Kali ini Zahra menatap pria Berjas dengan tatapan dingin.

"Siapa Anda ingin bicara dengan saya? apakah saya mengenal Anda?" Suara Zahra tegas dan dingin, tatapannya kini datar menatap pria di depannya.

"Nona, saya tidak menyangka jika Anda masih hidup. saya yakin Tuan Brian akan bahagia mendengar Anda masih hidup"

Zahra menetralkan debaran jantungnya sebelum menjawab pertanyaan pria di depannya.

"Seperti yang di katakan teman saya. saya bukanlah Zahra, Anda salah orang!" Zahra menatap tajam pria di depannya.

"Vero kita pergi dari sini, selera makan saya tiba-tiba menghilang" Zahra meninggalkan pria di depannya. dirinya benar-benar merasa jika pria di depannya akan membuat hidupnya tidak tenang.

'Kenapa aku harus bertemu dengannya sekarang, kenapa tuhan. jangan biarkan pria brengsek itu mengetahui keberadaan dirinya di sini'

"Jasmine, apa kmu mengenali pria itu?" Vero menghentikan langkahnya, kini dirinya menatap Jasmine.

"Tidak ! aku tidak mengenalnya." Vero menganggukkan kepalanya tanda mengerti. walau sebenarnya dirinya ingin bertanya pada Jasmine namun di urungkannya mengingat Zahra terlihat tidak nyaman.

"Jika kamu dalam masalah katakan padaku. aku siap membantumu Jasmine" Vero menepuk punggung Zahra.

"Pasti." Zahra tersenyum menatap Vero. mereka meninggalkan Mall.

Di ruang yang berbeda, pria berjas menatap punggung wanita yang wajahnya mirip dengan Zahra.

'Aku yakin dia adalah Nona Zahra, sekalipun sikapnya sangat dingin, apa aku harus mengatakan pada Tuan Brian. tapi kalau ternyata wanita itu bukan nona Zahra. Tuan Brian pasti akan marah, sebaiknya aku harus menyelidikinya terlebih dulu.'

Pria berjas mengikuti, kemanapun Zahra pergi hingga malam menjelang. saat Zahra kembali ke Apartemen pria itu masih saja mengikutinya. tanpa di sadari Zahra pria berjas itu betapa kali mengambil foto dirinya. dari Zahra keluar Mall hingga kepergiannya kesebuah tempat yang di perkirakan sebuah Perusahaan. pria Berjas sangat terkejut saat Zahra menuju kesebuah Apartemen mewah. terlebih saat seorang anak laki-laki berusia dua tahun berlari ke arah Zahra. terlihat mereka bahagian, namun yang menjadi pertanyaan dimana suami wanita itu. pria Berjas menunggu hingga dini hari bahkan dirinya sampai menyewa Apartemen tepat di samping Apartemen milik Zahra.

'Aku harus memberikan laporan ini pada Tuan Brian. pertemuan tanpa sengaja dirinya dengan wanita yang mirip dengan zahra.'

Keesokan harinya, seperti biasa Zahra kuliah kali ini dirinya, hanya sebentar di kampus. setelah itu pergi ke kantor hari ini adalah hari pertama dirinya bekerja di perusahaan.

Sesampainya dirinya di lobby kantor Zahra menemui resepsionis. sebelum Zahra sampai di depan meja resepsionis, seorang wanita cantik yang berjaga di meja resepsionis, menyapanya terlebih dahulu.

"Selamat pagi Nona Jasmine?" Zahra mengurungkan niatnya bertanya pada Resepsionis.

"Benarkah anda Nona Jasmine?" lagi-lagi wanita cantik itu bertanya pada Zahra.

"Benar saya Jasmine" wajah wanita itu kembali tersenyum manis pada Zahra.

"Silahkan Anda langsung naik lift khusus itu yang akan mengantar Anda keruangan Presdir" Zahra membaca tag nama di baju wanita yang berada di meja resepsionis. bernama Urmila mengantar Zahra ke lift setelah itu kembali lagi ke meja resepsionis.

Sampai di lantai tujuh belas, Zahra kini berdiri di depan pintu ruang Presdir. seorang sekertaris mendekati Zahra.

"Nona Jasmine.." lagi-lagi Zahra di buat binggung kenapa mereka menyambut Zahra dengan ramah. seolah-olah dirinya adalah pemilik perusahaan ini.

"Iya betul apakah, Tuan Presdir ada?" Dengan senyum yang tidak pudar di Wajah Zahra. membuat sang sekertaris iri padanya. melihat Zahra yang cantik alami tanpa harus memakai makeup tebal.

"Beliau menunggu Anda di dalam" Sekertaris yang bernama Loria menganggukkan kepalanya. Loria mengetuk pintu ruangan Presdir. setelah mendengar suara dari dalam Loria membukakan pintu untuk Zahra.

"Silahkan Nona Jasmine." Zahra memasuki ruangan yang bernuansa hitam dan putih. penataan ruang yang rapih dan bersih mencerminkan pemiliknya yang dingin.

"Tuan Presdir, Nona Jasmine sudah datang." Pria berkulit putih dengan tinggi Seratus tujuh puluh dua. rahangnya yang tegas dan tubuhnya yang kekar.

"Selamat datang Nona Jasmine, silahkan duduk. Loria buatkan minuman untuk Nona Jasmine." Loria meninggalkan ruangan Presdir.

Sepeninggal Loria, Zahra berusaha untuk tidak gugup. dirinya tidak memiliki pengalaman bekerja di perusahaan namun dirinya memiliki pengalaman bekerja di toko Bungan dan menjual sayuran untuk membantu sang Nenek. tiba-tiba dirinya merindukan Nenek yang telah pergi untuk selamanya.

"Nona, apakah Anda lebih suka berdiri? atau anda lebih suka jika seorang Presdir mendongakkan kepalanya saat berbicara denganmu.?" Mendengar kata-kata, Presdir membuat Zahra tiba-tiba gugup.

"Ma..maaf atas ketidak sopanan saya Presdir." Zahra membungkukkan tubuhnya sesat sebagai ranta minta maaf.

"Duduklah, saya sudah membaca data tentang dirimu nona."

Pria yang duduk di kursi kebesaran, berlahan tubuhnya dia sandarkan ke belakang kursi.

"Mulai hari ini kamu bekerja, dan kamu sebagai sekertaris saya. ruang kerjamu berada di satu ruangan dengan saya." Zahra mencerna ucapan pemilik perusahaan. tempatnya bekerja, hanya saja kenapa dirinya yang harus bekerja satu ruangan dengannya.

"Kembali ke mejamu, dan ini kamu pelajari pekerjaanmu."

Zahra memulai, bekerja. di hari pertama bekerja dirinya harus di hadapkan dengan Presdir yang angkuh.

Waktu bergulir dengan dengan cepat tanpa menyadari jika jam makan siang sudah tiba.

Pria berkulit putih pucat menatap wajah Zahra yang terlihat sangat cantik meskipun tanpa riasan di wajahnya.

Zahra merapikan, meja kerjanya sebelum makan siang.

Next chapter