webnovel

13 Kedatangan Jesi

Tiga jam sebelumnya saat Zahra duduk di balkon, terbesit ingin kabur, meski setatusnya menjadi istri Brian. namun mengingat perlakuannya, membuat Zahra ingin keluar dari kediaman Brian. terlebih pesan dari Nenek menyuruhnya pergi jauh membuatnya bertekad kabur.

Kesempatan yang bisa ia dapat hanya melalui Bibi Rima.

Zahra terus melihat sekeliling kediaman Brian tanpa sengaja Zahra melihat pohon mangga yang sudah masak di. tidak susah membuat bi Rima menuruti keinginan Zahra.

Dan benar saja Bi Rima langsung mengabulkan keinginan Zahra.

hingga akhirnya mereka menuju halaman belakang, sedang pak Robin yang mengambil mangga di atas. tanpa mereka sadari, Zahra berhasil mengambil kunci yang tak sengaja di letakan oleh pak Robin. usai memakannya Zahra kembali kekamar sedang pak Robin yang mendapat perintah dari Brian mengharuskannya keluar dari rumah.

****

" Zahra. ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. jika kamu masih berani kabur dari sini Aku pastikan kamu mendapatkan hukuman dariku!! ?

"Kalian semua jangan coba-coba memberinya makan atau minum!! dan kamu Bi Rima jangan sekali-kali membukakan pintu untuknya jika tidak Bibi juga akan aku hukum!!! "

" Baik tuan..."

"Robinnn....!!!"

"Saya tuan "

" Kali ini kamu. aku maafkan tapi tidak ada yang ke dua kali."

"Baik Tuan...maaf atas keteledoran saya tuan " Brian keluar dari kamar, terlihat seorang wanita dengan pakaian seksi mendekatinya.

" Brian sayang..."

"Jesi..???"

"Benar sayang, ini aku sudah datang " Jesi menghambur kepelukan Brian.

"Sayang...aku merindukanmu.." Brian menyambut pelukkan sang kekasih.

"Kenapa tidak memberi kabar dulu, jika kamu akan kembali?? "

"Aku ingin memberimu kejutan sayang " mereka saling peluk, melepas rindu yang lama mereka pendam. Jesi melepas pelukannya, pandangan matanya kearah dimana kamar utama di jaga dua pengawal.

" Sayang....kenapa di depan kamar kamu di jaga pengawal?? "

" Oohh...tidak apa-apa. ya sudah sayang bukannya kamu baru sampai sebaiknya kamu istirahat yaa.." Brian membawa Jesi kekamar tamu yang di lantai satu. setelah masuk kekamar mereka kembali berpelukan. Jesi berniat mencium bibir Brian namun dengan cepat Brian menghindar.

" Kenapa sayang.. apa kamu tidak merindukanku ?? "

"Istirahatlah, masih ada waktu "

Usai menidurkan Jesi Brian keluar dari kamar dan kembali ke kamar utama. dilihatnya Zahra yang tertidur, wajahnya yang damai membuat Brian tersenyum tipis.

Di tempat lain, Mario baru saja sampai di rumah, usai memarkir motornya. ia menutup kembali pintu gerbangnya, sesaat matanya menangkap seseorang sedang tertidur di pos satpam, berlahan Mario mendekat. alangkah terkejutnya ternyata orang yang tertidur itu Vania.

" Vania..bangun Van..kenapa kamu tidur disini ??"

" Mario. apa benar kamu Mario..??"

" Ya Van...aku Mario "

" Aku tidak sedang bermimpi kan..."

" Tidak Van..ayo bangun " Vania mengikuti Mario masuk kedalam rumah, Mario meninggalkan Vania di ruang keluarga ia pergi ke dapur membuat teh hangat untuk Vania.

" Van..minumlah teh hangat ini "

" Makasih Mario.."

" Mario..kamu kemana aja?? aku mencarimu bahkan toko bunga berapa hari tutup "

" Maaf aku ada urusan yang tidak bisa di tinggal, sekarang katakan ada apa?? kenapa kamu tertidur di pos ?"

" hiks...hiks....hiks...Mario..Zahra.."

" Ada apa dengan Zahra. dia baik-baik aja kan Van??"

"Mario Nenek Zahra meninggal dan Zahra..."

" katakan ada apa Van!!??"

Vania menceritakan bagaimana awal Neneknya Zahra masuk rumah sakit sampai menghilangnya Zahra.

Mario yang mendengarkan cerita tentang kejadian Zahra. tangannya mengepal bahkan kuku-kukunya melukai kulitnya.

"Sebaiknya kamu istirahat Van, besok kita pikirkan bagaimana menyelamatkan Zahra dari sana." Vania beranjak dari duduknya, pergi kekamar tamu.

Selepas kepergian Vania, Mario menuju ruang kerjanya, mencoba menghubungi orang kepercayaannya.

" Datanglah besok pagi ke kantor Brian, ajukan kerja sama dengannya, janjikan keuntungan yang besar buatnya."

' Brian kamu sudah berani, mengusik milikku. aku bersumpah tidak akan melepaskanmu Brian '

Next chapter