aku tak tahu harus berbuat apa dan hanya pasrah saat lelaki yang muda menyingsingkan gaun gamisku sehingga temannya terlihat dan saling tesenyum diantara mereka.
"se... sebentar lagi lemarinya se.. selesai kok....pih...", ucapku tergagap membalas pertanyaan suamiku dan aku tak berdaya dengan gaun gamisku terangkat disibak oleh lelaki muda yang berdiri disampingku sehingga terlihat selangkanganku yang sedang dijilati oleh temannya itu, bulu jembutku terlihat dengan jelas oleh lelaki muda ini sambil tangannya meremas-remas buah dadaku yang menyembul keluar dari BH ku.
"eeeemmppffffhhhh...", lenguhku tertahan dengan mulutku yang ku bunkam agar suara lenguhanku tak terdengar suamiku disana dengan satu tanganku memegang HP ku agar tetap di telingaku. kucoba untuk mendorong kepala lelaki muda yang kini sudah melumat putingku.
"eemhhhfffhh...", lenguhku kutahan sebisa mungkin, lengkap sudah rasanya, vaginaku yang sedang dijilati ditambah dadaku yang diremas dan di lumat putingku membuatku ingin menggelepar dan mendesah sejadi-jadinya.
"ii... iya tau pih... nanti taro di situ le.. marinya....", ucapku mencoba tetap terdengar normal walau rasa nikmat terus saja menyerang tubuhku.
"jangan.... jangaann....", ucapku dengan mulut berucap namun tanpa suara yang ku keluarkan, memberi isyarat kepada lelaki yang tadi menjilati vaginaku sudah berdiri di hadapanku dengan kontolnya yang sudah menjulur keluar dari celananya yang melorot. kucoba untuk mendorong tubuhnya namun yang ada malah tubuhku terdorong ke meja makan hingga tak berdaya saat lelaki itu mendesak tubuhku dengan kontolnya yang berusahan di jejalkan ke vaginaku.
"jangan.... jangan....", ucapku lagi memberi isyarat tanpa suara kepadanya sambil kepalaku menggeleng kepadanya namun lelaki itu hanya mengacungkan jari telunjuknya dan menempelkan di bibirku agar aku diam tak bersuara. sementara lelaki yang lebih muda merangkulku agar aku tetap bersandar pada meja makan saat temannya membimbing kontolnya ke lubang vaginaku.
"hheeeeekk.....", lenguhku dengan suara ku tahan agar tak nyaring dengan kepalaku yang mendongak keatas saat kurasakan kepala kontol lelaki itu menyeruak lubang vaginaku.
"eeh... eng.. gak... pih... eesh... aku ke pleset....", jawabku kepada suamiku dengan nada kucoba tetap tenang sementara tubuhku sudah terbaring di atas meja makan dengan kedua kakiku yang mengangkang dengan tubuku lelaki itu sudah membenamkan kontolnya di vaginaku, gaun gamisku sudah terangkat, tersibak hingga leherku, hingga memperlihatkan kedua buah dadaku yang menyembul keluar dari bh ku dalam remasan lelaki lebih muda yang menahan tubuhku agar tetap tenang berbaring di atas meja.
"iya pih....", sahutku agar suamiku cepat-cepat menutup telponnya, setelah memberi salam aku menutup HP ku dengan rasa lega suamiku tak merasa curiga dengan nada suaraku yang menahan kenikmatan ini.
"ooohh... maas....", lenguhku kepada lelaki ini disela lenguhanku dengan rasa berkecamuk antara malu dan terlena karena aku memang menginginkannya, entah aku harus bagaimana lagi teringat kejadian pak fer dan pak reno, 2 lelaki yang sudah menyetubuhiku dan menggilirku, kini terulang lagi, pikirku. 2 lelaki ini sudah menjamahi tubuhku bahkan salah satunya sudah memasukan kontolnya ke vaginaku.
"enak bu....?", ucap lelaki di depanku dengan pinggulnya yang mulai mengayun dengan nikmatnya dan satu lelaki yang lebih muda di sampingku dengan kontolnya yang juga sudah keluar dari celananya kini dalam genggaman tanganku. aku hanya pasrah seraya kupejamkan mataku dengan lenguhanku yang tak lagi ku tahan lepas dengan suara desahan kenikmatan yang kurasakan.
"eeh... masih rapet banget memeknya jo... ", ucap lelaki itu kepada lelaki yang lebih muda.
"wah gak sabar nih.... mulus banget lagi....", jawab lelaki muda yang dipanggil dengan jo disampingku, sambil memuji kemulusan selangkanganku, tangannya terus saja menyingsingkan gaun gamisku hingga keatas dan menemukan kedua buah dadaku yang tak lama sudah melejit keluar dari mangkuk BH ku dan kedua tangannya meremas-remas penuh napsu kedua buah dadaku.
"oooohhhh... ", lenguhku, wajah lelaki muda itu semakin dekat dan aku menyambut bibirnya yang melumat bibirku dan aku terpejam merasakan cumbuan mereka berdua. ah.. nikmat sekali rasanya, birahi telah membutakan mata hatiku, maafkan aku
suamiku... aku bukan istri setia... aku wanita murahan... tapi.... aku menikmatinya. bisik hatiku. desahan dan lenguhan kenikmatan yang keluar dari bibirku.
"ooohh....", lenguhku lagi saat lelaki itu mencabut kontolnya dari vaginaku. lelaki itu membimbingku ke sofa.
"disini biar enak....", ucapnya membaringkan tubuhku di sofa dengan gamisku yang disingkapnya hingga leherku, seluruh tubuhku terlihat oleh mereka. entah mengapa aku ini, hanya bisa menurut dan pasrah oleh mereka. akal sehatku sudah terbenam dalam lautan birahiku, seharusnya aku tak segampang ini, aku tak semurahan ini membairkan lelaki lain menyentuh tubuhku, namun tubuhku berkata lain hanya pasrah dan menurut apa yang mereka lakukan kepadaku seperti saat pak fer dan pak reno pernah lakukan kepadaku, aku seperti ketagihan, ya sepertinya memang aku ketagihan kontol.
"ja,,,, ngan...", ucapku lirih kepada lelaki itu namun kedua kakiku tetap mengangkang seakan membiarkan ia membimbing kontolnya ke vaginaku lagi.
"oooohhhh....", lolongku saat merasakan hujaman kontolnya yang melesak lagi terbenam di vaginaku. tubuh kekarnya merengkuh diatas tubuhku pinggulnya mengayun, menggenjotku dengan penuh napsu. satu lagi lelaki yang lebih muda menunggu dengan sabar di sampingku membimbing satu tanganku agar menggenggam kontolnya yang sudah mengeras. "eeeeooooohhh.... oooohh....", kontolnya nikmat sekali rasanya, begitu cepat menghujam-hujam keluar masuk lubang vaginaku, tubuhku menghentak-hentak oleh gerakan pinggulnya. bibirku dilumatnya dengan penuh napsu.
"enak bu...?, nikmati bu....uuhh...", ujar lelaki itu aku hanya terpejam menikmatinya, kurasakan kedua buah dadaku diremas-remas entah oleh tangan siapa. lengkap rasanya hingga aku tak dapat lagi menahan kenikmatan ini. beberapa saat kemudian aku mengejang, tubuhku bergetar hebat di bawah tubuh kekarnya,
"wah sudah keluar dia bang...", ucap si jo kepada lelaki yang masih menggenjotku.
"lo mau jo ?... kita gantian aja....", ujar lelaki itu.
"iya mau bang... boleh..", ujar si jo seraya mengambil alih posisi temannya, di depan selangkanganku sambil menggarahkan kontolnya yang sudah mengeras di depan vaginaku yang basah.
"oooohh....", lenguhku pasrah dengan kedua kakiku yang direntangkannya, kontolnya sudah di hadapan vaginaku ,
"aahhh.... aku perempuan murahan", bisik hatiku dengan kesadaranku yang timbul tenggelam dalam benakku.
"seharusnya aku menjaga dirikum menjadi wanita bersuami yang terhormat, menjaga kehormatanku hanya untuk suamiku, namun aku tak mampu, aku terhanyut dengan kenikmatan ini".
"oooaaaahh....", lenguhku saat jo, lelaki muda itu membenamkan kontolnya di vaginaku. aku digilir mereka berdua
"uuhh... iya masih sempit... seksi banget jembutnya bang....", ucap si jo sambil pinggulnya mengayun maju mundur dengan kedua tangannya memegang kedua kakiku yang mengangkang. lelaki pertama menyodorkan kontolnya ke wajahku.
"isep bu...", ujarnya sambil membelai kerudung, mengarahkan batang kontolnya ke mulutku. aku menghisap kontolnya dengan lenguhan tertahan merasakan setiap hujaman kontol si jo yang menghujam-hujam semakin cepat.
"oooh.. ", lenguhku, kulepas kontol lelaki itu dari mulutku dan aku menggeliat tak karuan dengan kenikmatan ini. kini tubuh kekar si jo merengkuh di atas tubuhku, bibirku di lumatnya, dihisapnya dengan penuh napsu. sungguh luar biasa sekali si jo memberiku kenikmatan ini hingga tak lama berselang orgasme ku tadi aku tak lagi dapat menahan kenikmatan ini, hingga aku mengejang dan menggelepar, meregang kenikmatan orgasmeku lagi.
nafasku terengah saat si jo mengecup bibirku.
"cantik banget... bun...", pujinya seraya mencabut kontolnya dan memberi kesempatan kepada lelaki yang dipanggilnya "bang".
"nungging yuk bun....", pinta lelaki itu membimbing kakiku turun dari sofa dan tubuhku masih bertumpu di sofa. gaun gamisku sudah tersibak keatas leherku dengan bokongku yang menyembul, aku sudah menungging di hadapan lelaki itu yang sudah membimbing kontolnya pada belahan vaginaku dari belakang.
"oooooaaahhh....", lenguhku dengan terbenamnya kontol itu di dalam vaginaku dan mulailah pinggulnya mengayun sambil mencengkeram pinggulku, lelaki itu
menyetubuhiku. si jo duduk di sofa dengan kontolnya yang tepat di sebelah wajahku. tangannya membelai kepalaku yang terbungkus kerudung dan satu tangannya lagi meremas-remas buah dadaku yang menggantung di dadaku.
"kalo aye punya istri cantik kayak gini bakalan aye entot tiap hari bang....", ujar si jo.
"nikmati yang ada dulu jo... eehh....", jawab si lelaki itu sambil terus menggenjotku dari belakang.
"bun.... cantik banget... cium bun....", ujar si jo kepadaku dan aku menyambut bibirnya yang menciumku.
"uuuhh....", geram si lelaki itu sambil mencabut kontolnya dan aku hanya menggeliat dan menurut pasrah saat ia memintaku untuk kembali merebahkan tubuhku di sofa.
"uuugghhh....", geramnya kembali mengayun dan menggenjot vaginaku dengan semakin cepat.
"gak nahan pengen crot....", ujarnya.
"ja... jangan di dalem mas....", pintaku di sela engahan dan lenguhanku.
"iya bun.. tolong nanti diisep dimulut....", pintanya dan gerakan pinggulnya semakin cepat membuatku semakin merintih dan melenguh nikmat hingga tiba-tiba ia mencabut kontolnya dan bergegas menyodorkan ke hadapan wajahku.
"isep....aaaah....", lenguhnya, aku membuka mulutku dan kuhisap kontolnya yang sesaat kemudian aku merasakan semburan sperma hangatnya di dalam mulutku. kontolnya menyodok begitu dalam hingga semagian spermanya tertelan olehku.
si jo mengembil alih tubuhku, gaun gamisku di lucutinya hingga aku benar-benar telanjang bulat dan hanya menyisakan kerudung yang masih membungkus di kepalaku. si jo meraih tubuhku agar berdiri, satu kakiku di angkatnya dan mengarahkan kontolnya ke vaginaku yang menganga dengan kakiku yang terangkat satu keatas.
"eeeeesshhhh.....", desahku sambil mencoba tetap berdiri dengan hanya satu kakiku di lantai dan kontol si jo yang menyeruak vaginaku. tangan si jo memelukku dan pinggulnya mengayun hingga kontolnya mulai keluar masuk di vaginaku dengan nikmatnya. kedua tanganku melingkar di leher si jo agar aku tetap berdiri tegak dan si jo mengayun pinggulnya semakin cepat membuat ku kembali terengah nikmat. semakin cepat dan penuh napsu si jo terus memberiku kenikmatan ini bertubi-tubi.
"ooogghhhhh....", lenguhku pasrah saat tangan kekarnya meraih satu kakiku lagi dan mengangkatnya hingga tubuhku tak lagi menapak di lantai, kedua kakiku terangkat oleh kedua lengannya hingga aku dalam gendongannya dengan kontolnya yang menghujam-hujam vaginaku, tubuhku melonjak-lonjak dibuatnya hingga kontolnya begitu deras menusuk dan keluar masuk lubang vaginaku.
"ooooaaaaahhhh....", pekikku mencoba tetap bertahan berpegan di lehernya dengan rasa geli dan nikmat begitu mendera sekujur tubuhku.
"aaaaah gaaak kuaaaat... aaaah....", pekikku dengan kenikmatan yang semakin memuncak di ubun-ubun ku lagi semakin mendekati puncak kenikmatanku.
"ah bun... saya juga mau keluaaar... eeegghhh....", ucap si jo kepadaku membuatku terhenyak sementara aku sedikit lagi akan mencapai orgasmeku namun aku tak mau kalo ia mencabut kontolnya di saat aku mengalami orgasme.
"oooohh... ja... jaangan dicabut...", bisiiku dengan akal sehat yang ku singkirkan dari benakku yang menginginkan kenikmatan ini tak terputus disaat aku mencapai orgasmeku, sesaat kemudian tubuhku bergetar melonjak-lonjak di gendongannya dan bersamaan dengan kurasakan semburan hangat sperma si jo yang memenuhi liang vaginaku, membanjiri rahimku. aku memeluk si jo dengan erat mereguk kenikmatan orgasmeku bersamaan dengan orgasme si jo yang juga tumpah.
perlahan tubuh telanjangku di lepaskannya di atas sofa, dengan lembut si jo mencabut kontolnya dibarengi dengan lelehan spermanya yang keluar begitu kental dan banyak.
"wah jo...! di dalem...!?", ujar si abang kepada si jo yang hanya diam memandangiku yang terkulai lemas di sofa.
air segar membasuk seluruh tubuh telanjangku, tanganku membaluri dengan sabun, pikiranku melayang dengan rasa bersalah kepada suamiku, atas semua penghianatan cinta kepadanya, namun aku tak berdaya, karena aku menikmatinya dan aku menginginkannya karena kenikmatan ini tak kudapatkan dari suamiku sendiri yang sibuk dan kurang memperhatikan aku.