webnovel

BAB 09 Sahabat Perjuangan

Pada saat aku sedang istirahat di sebuah Cafe. Ada seseorang yang belum pernah bertemu denganku, tapi dia langsung menghampiriku untuk kenalan. Sontak aku kagetlah lihat wajahnya juga seperti sedang marah, terutama badannya kekar seperti artis Hollywood namanya itu Dwayne Johnson. Kalau tidak salah karena sudah lama enggak nonton film luar, setidaknya ingat namanya sekilas walaupun agak ragu sih tapi enggak apa-apa.

"Permisi, boleh kenalan enggak?" tanya seseorang lelaki berbadan kekar. Tapi aku tak langsung jawab melainkan lihat dulu sikapnya bagaimana? Supaya aku enggak salah paham kalau terjadi sesuatu antara kita berdua. Biar masalahnya di selesaikan secara baik-baik tanpa harus menggunakan emosi.

"Boleh," ucap Upi jawabnya singkat. Dia tetap berusaha berada di sini sampai aku menerima secara terbuka, tanpa adanya ingin menutup pertemanan bagiku. Padahal semua itu hanya omong kosong sama sekali tak ada benarnya.

Lagian semua informasi tersebut tahu dari mana sih? Seharusnya dia konfirmasi dulu ke pihak yang bersangkutan. Supaya tidak ada kesalahan pahaman, terkadang warga sini lebih percaya omongan tanpa bukti, mau sampai kapan? Mempercayakan berita yang belum tentu benar adanya. Jika nanti dia ada yang laporin berkaitan dengan hoax berarti kau harus berurusan dengan pihak berwajib.

Untungnya aku masih sabar menghadapi orang seperti itu, seakan-akan semua itu untujk menjelekan pada saat sedang di kerumunan banyak orang. Pastinya mereka akan berpikiran negative thinking tentang aku.

Ini mah perlu di klarifikasi banyak media supaya ntar tidak terjadi lagi berita yang berkaitan dengan hoax, "Hmmm..., perkenalkan nama saya Ridho Fadli jurusan Sastra Indonesia." ucap Ridho sambil tersenyum. Tapi aku enggak bisa menyalahkan mereka tanpa adanya bukti, untuk saat ini aku hanya bisa berdoa saja.

"Hmmm..., salam kenal perkenalkan nama saya Upi Hendrawan jurusan Sastra Indonesia." ujar Upi tersenyum. tapi masih melihat karakter Ridho seperti apa? Pada saat penilian ada saja kendala membuat aku kesal, orang yang barusan kata-katain di dekat telinga Ridho. Aku langsung bantah karena supaya tidak percaya yang di bicarakan orang tersebut.

Aku tidak bisa sebutkan namanya karena sudah terlanjur enggak suka sama sikapnya, seolah-olah mereka tuh mengerti tentangku. Padahal semua itu bohong yang menurutku akan mengakibatkan ada rasa kebencian dalam dirinya, entah apa dalam hal kelakuan, bicara, atau berkaitan dengan masa lalunya.

Alhamdulillah Ridho tak langsung mempercayai omongannya. Namun, dalam waktu sekejap langsung membela aku. "Heh mau kalian apa sih? jangan seakan-akan kalian tuh paling benar di Bumi!" ujar Ridho dengan bicara tinggi marah sekali. Wah aku salut sama Ridho berani banget marahi mereka, padahal kalau kalian tahu semua itu adalah alumni Kampus ini yang paling kejam. Tapi Ridho sangatlah berani menghadapi mereka semua.

Aku ingin bantu tapi terhalang oleh amanat dari orang tuaku, "Nak, jangan pernah sekali menyelesaikan masalah dengan cara berantem. Tapi selesaikannya dengan cara kepala dingin kenapa? Karena setiap masalah pasti ada solusi, dan jangan keluarnya." Semenjak dari situ aku mulai berpikir kenapa setiap ada orang punya masalah? Pasti berantem belum pernah melihat menyelesaikan sebuah masalah dengan cara kepala dingin atau mencari jalan keluar.

Kadang aku belum pernah merasakan betapa pentingnya untuk selesaikan sebuah masalah dengan cara kekeluargaan, tapi malah beberapa orang setiap ada masalah tuh suka banget berantem terkadang aku kesal juga terhadap mereka semua. Malah sempat aku punya masalah tapi selesainya menyenangkan.

Sedangkan kalian bukannya selesai ini malah tambah ribet masalahnya, aku langsung turun tangan biar masalah cepat selesai. Kejadian seperti itu membuatku cara berpikir mulai dewasa tanpa ada pikiran secara kanak-kanak. Otomatis aku harus berubah dalam bersikap lebih berwibawa, dan tegas.

Walaupun kondisi kesehatan tak bisa memarahi seseorang secara berlebihan. Namun, dengan cara aku biar orang sekitar merasa harus menerima apa yang aku bicarakan sekaligus mengerti. Kemudahan dalam berinteraksi sama teman, sahabat, dan lainnya bisa di lihat dari reaksi mereka semuanya. Mungkin hal-hal terbaru berkaitan tentang teknologi sedang berkembang saat ini, pasti bakal mau beli biar tidak di ketawain sama teman-temannya.

Aku malah kurang update kalau masalah begitu sedangkan persoalan mengenai perfilman, musik tahu banget. Ingin tahu perkembangan sudah sejauh mana, terkadang pembajakan masih merajalela sampai sekarang. Belum ada kesadaran dari mereka supaya berhenti untuk melakukan pembajakan, itu semua bisa merugikan pihak-pihak yang sudah berjuang membuat sesuatu supaya makin maju.

Entah mengapa semua itu hanyalah omong kosong belaka? Selagi ada yang gratis pasti mereka ke arah sana. Di banding harus bayar pasti pada enggak mau, alasannya lagi tidak punya uang.

Hahahaha.... terkadang enggak menghargai karyanya pasti sangat menyakitkan lebih parah dari sakit hati karena perempuan yang sedang aku alami sekarang, jika nanti kalau memang tidak berjodoh sama Sari, aku memutuskan enggak akan menerima seseorang perempuan lagi.

Semua itu bisa aku atasi dengan cara sederhana yaitu berkumpul bersama teman di tempat nongkrong, biasanya aku mengalami kegaulan soal percintaan. Malah sempat dulu nulis lirik bareng Muhammad Lutfi kalau enggak salah judulnya "Mencintaimu Dengan Sepenuh Hati".

Aku masih ingat itu pada tahun 2014 masih di bangku SMP kelas tiga, malahan sampai sekarang pun belum ada kabar. Padahal ingin deh silaturahmi sama Lutfi sambil tanya persoalan lirik lagu baru yang berkaitan dengan isi hatiku sedang galau banget nih.

Mudah-mudahan sih dia bisa bantu aku membuat sebuah lagu walaupun enggak secara langsung ketemu sama Lutfi, pasti sedang sibuk mengerjakan tugas Kuliah. Terakhir itu ketemuan pada saat aku sedang berada di Gramedia, itu pun cuma sebentar. Setelah 3 tahun jarang berjumpa dengannya.

Kadang rasa rindu mulai muncul lagi dalam benakku, walau beberapa saat pasti bakal hilang begitu saja tanpa adanya kasih tahu dulu. Oh ya Lutfi Kuliah di Telkom ambil jurusan Manajemen Informatika. Dia tuh menurutku paling kreatif di Sekolah dulu, tapi setelah melihat tulisan atau konsep yang dia buat bagus banget.

Aku pun kalah soal mengenai penulisan dalam bentuk karya, ada kejuaraan membuat sesuatu pasti yang juaranya Lutfi. Sedangkan aku sendiri juara ke dua, enggak apa-apa walaupun begitu aku tetap bangga punya teman sepertimu.

Semoga suatu saat, kita berdua bisa bertemu lagi untuk membahas persoalan yang terdahulu maupun sekarang. Asalkan Lutfi jangan pernah melupakan kenangan bersama aku, kalau misalkan lupa wah itu bukan namanya sahabat melainkan ingin lupakan teman yang sudah lama jarang ketemu. Aku akan mendoakan terbaik buat sahabat perjuangan dari kelas satu sampai lulus SMP di Tasikmalaya.

Persahabatan tak pernah melupakan

Kenangan bersama dari susah sampai sukses

Tetap merendah walaupun sudah punya segalanya.

(Upi Hendrawan-2017).

Next chapter