Kim Namjoon POV
11 September 2019,
Aku sedang berada di mobil dalam perjalanan kembali ke hotel. Hari ini kami mengunjungi Museum Louisiana bersama Kim Sora. Lalu siang hari kami mengantarnya kembali ke hotel dan kami pun melanjutkan eksplorasi kami di pusat kota Copenhagen.
Kami bersepeda mengelilingi pusat kota. Banyak tempat yang kami lewati, termasuk balaikota dan monumen Liberty di depan stasiun kereta Copenhagen. Setelah lelah bersepeda, kami makan malam di sebuah cafe dan mengobrol sambil menikmati Copenhagen di malam hari. Kota ini sangat indah bangunan-bangunan kuno nya sangat menawan.
Aku kembali memfokuskan mataku pada gambar-gambar yang ada di layar kamera. Aku sengaja mendokumentasikan perjalananku di eropa agar dapat ku bagikan kepada ARMY lewat sosial media.
"Namjoon-ah..kenapa wajahmu terlihat serius?", tanya Donghyuk tiba-tiba sambil melihat pantulan wajahku dari kaca spion tengah
"Ani..aku sedang memilih foto mana saja yang akan aku upload ke sosial media", jawabku sambil kembali menatap layar kamera
"Jinjja? Aku kira kau sedang bertukar pesan dengan Kim Sora", kata Tokki tertawa kecil
"Ah hyuuung..mengapa kalian terus menggodaku?aku malu sekali", kataku merajuk pada mereka
"Kau menyukainya kan? Kami bisa menerkanya dari sikapmu kepadanya", kata Donghyuk
"Entahlah. Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan", jawabku sambil menggelengkan kepala
"Namjoon-ah...kau seperti remaja haha..kau ini pria dewasa. Bila kau menyukainya katakanlah perasaanmu padanya. Bagaimana jika ada pria lain yang mendahuluimu?kau pasti akan menyesal. Sora sangat cantik, pasti banyak laki-laki yang suka padanya", lanjut Donghyuk melihat kearahku
"Ah..tidak semudah itu", jawabku sambil melihat keluar jendela
"Namjoon benar..dia adalah seorang idol. Dia tidak bisa gegabah memutuskan sesuatu. Apalagi ini mengenai percintaan. Pasti banyak ARMY yang patah hati bila mengetahui ia sedang berkencan dengan seorang wanita", kata Tokki
"Tapi tidak ada larangan berkencan dalam surat kontrakmu kan?", tanya Donghyuk
"Tidak. Tidak ada sama sekali", jawabku
"Kau harus memikirkannya dengan baik sebelum memutuskan", kata Tokki mengingatkanku
"Ne hyung..", kataku sambil menghela napas
Kami tiba di hotel pukul 8 malam. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku merebahkan diriku di kasur. Sudah jam 9 malam, aku melihat layar ponselku belum ada pesan balasan dari Sora. Pasti ia mematikan ponselnya saat menonton orkestra, pikirku.
Aku menyalakan televisi dan mulai menonton film. Mataku terasa berat, perlahan mataku mulai menutup, aku mengantuk sekali. Lalu akhirnya aku menyerah pada rasa kantukku.
2 jam kemudian
Aku tersentak bangun ketika mendengar suara keras dari tv yang kunyalakan. Tanganku meraba-raba mencari keberadaan ponselku. Aku menemukannya tergeletak di lantai. Aku mengambil dan menyalakan layarnya. Aku terkejut melihat waktu yang ditunjukkan pada layar ponselku. Sudah jam 11.20 malam.
Aku melihat ada 35 pesan di kotak masukku. Pesan-pesan itu berasal dari keluarga, member bangtan, dan teman-temanku. Isi dari pesan tersebut adalah ucapan selamat ulang tahun untukku. Aku tersenyum setelah menyadari tentang perbedaan waktu antara Korea dan Denmark yang terpaut 7 jam. Tentu saja di Korea saat ini sudah tanggal 12 September.
Aku membuka pesan dari Sora, yang ia kirimkan 20 menit lalu. Ia mengatakan bahwa acara baru saja selesai dan akan segera kembali ke hotel. Aku bergegas memakai sandalku dan pergi meninggalkan kamar. Aku menuliskan pesan dengan cepat sambil berjalan menuju lift.
"Maaf, aku tertidur tadi. Kau ada dimana? Apa sudah sampai hotel?", tulis pesanku kepada Sora
Ketika pintu lift terbuka, aku langsung menuju lobi. Pada saat aku sampai di depan pintu masuk hotel, kulihat mobil sedan hitam sedang menurunkan seorang penumpang. Terlihat seorang wanita memakai gaun hijau dengan rambut coklat panjang tergerai sedang menutup pintu mobil. Aku memicingkan mataku dan tersenyum melihat wajah yang ku kenal.
Ia cantik sekali, seperti seorang dewi. Kulitnya yang putih bersinar dalam balutan gaun hijau yang indah. Rambutnya yang bergelombang terlihat sangat lembut. Ia tidak melihatku karena sibuk menaiki anak tangga. Sebelah tangannya mengangkat gaunnya agar tidak terinjak olehnya. Aku berdiri terpana di depan pintu hotel, aku menelan ludah dan tersenyum memandangnya.
"Kim Sora ssi?", panggilku ketika ia berada 3 anak tangga dibawahku
Ia mengangkat wajahnya, terkejut lalu senyum manis terkembang di wajahnya.
"Oppa?", jawabnya terkejut
"Ye..kau baru tiba?", tanyaku tersenyum padanya
"Ne..aku tidak langsung pulang setelah acara selesai. Aku harus menyapa beberapa teman ayahku yang hadir disana. Mmmm oppa sedang apa disini?", katanya setelah berhadapan denganku di depan pintu masuk
"Aku..aku..aku sedang mencari udara segar", jawabku terbata-bata
"Jinjja? Aku juga berencana untuk mencari udara segar sebelum kembali ke kamarku. Aku minum 3 gelas sampanye tadi. Dan kepalaku menjadi agak berat sekarang", jawabnya sambil memegang kepalanya
"Kau mabuk?", tanyaku
"Ani. Kurasa aku tidak mabuk hanya terlalu banyak minum haha sampanye nya sangat enak tadi jadi aku sedikit lupa diri", katanya sambil tertawa
"Kau mau melihat kanal?sepertinya ada kursi taman di belakang hotel ini", kataku memberi ide
"Ye.. pemandangan di belakang sangat indah. Kajja", katanya berjalan mendahuluiku
"Sora-ah, bagaimana dalam beberapa jam saja tinggimu sudah hampir sama denganku?", tanyaku melihatnya berjalan sejajar disampingku
"Haha oppa, apa kau tidak tau benda yang bernama 'sepatu hak tinggi'?", jawabnya tertawa sambil menunjukkan kakinya yang terbalut sepatu hak tinggi dengan tali-tali yang tumit
"Woah, daebak ya! Kau bisa berjalan dengan sepatu itu tanpa terjatuh. Luar biasa", kataku takjub
"Haha aku berusaha keras agar tidak terjatuh, oppa. Aku harus memakai ini agar lebih mudah berbicara dengan orang-orang di konser tadi. Tinggiku hanya 168 cm. Paling tidak dengan sepatu ini tinggiku meningkat 10 cm dengan cepat. Akan sangat merepotkan bila aku harus selalu mengangkat kepalaku bila berbicara dengan mereka di acara tadi", jelasnya
"Jadi kau merasa repot bila sedang berbicara denganku?", tanyaku menggodanya
"Ye..sedikit haha kau pun pasti lelah harus menunduk terus bila sedang bersamaku", tanyanya sambil tertawa
"Ye kau benar", kami tertawa bersama
Kami berdiri di pagar pembatas antara taman dan kanal. Pemandangan lampu-lampu bangunan dan jalanan di sebrang kanal terlihat sangat cantik.
"Kau tau oppa, ini mengingatkanku pada hangang park", katanya sambil memandang lampu-lampu itu
"Ye kau benar", jawabku sambil memandangi dirinya. "Bagaimana acara tadi?", tanyaku masih memandangi wajahnya
"Pertunjukannya sangat luar biasa. Musik yang mereka mainkan sangat indah dan menyentuh. Tapi acara gala dinner nya tidak berjalan lancar. Aku bertemu dengan teman-teman ayahku", katanya sambil menghela napas berat.
"Aku lelah sekali oppa, aku harus menjawab semua pertanyaan yg diajukan oleh mereka. Semua menanyakan pertanyaan yang sama. 'Kau lulusan instrumental musik, kenapa tidak berkarir menjadi pemusik?' Atau 'ayahmu pemusik handal, sangat disayangkan bila putrinya tidak mengikuti jejak ayahnya' atau 'untuk apa belajar musik hingga perguruan tinggi bila kau tidak akan berkarir di musik'", kata Sora menatapku dengan senyum getir
Aku tidak bisa berkata-kata. Aku sedikit terkejut mendengar komentar dan pertanyaan tersebut. Pantas saja ia minum banyak sampanye pada acara tadi, sepertinya ia juga merasa tertekan mendengarnya.
"Aku mencintai musik, sangat mencintainya. Piano dan gitar adalah sahabatku sejak kecil. Aku belajar musik dengan giat sama giatnya seperti aku belajar mata pelajaran di sekolah", katanya memandangku.
"Saat mendapatkan beasiswa di Universitas Seoul, aku sangat senang sekali. Ayahku berulang-ulang kali mengatakan ia sangat bangga kepadaku. Keluarga dan orang-orang terdekat kami selalu mengatakan bahwa suatu hari aku akan bisa seperti ayahku. Tapi entah mengapa semakin sering aku mendengar perkataan itu, semakin enggan diriku menjadi pemusik. Hingga akhirnya aku menemukan impianku yang lain, yaitu Minerva. Apa aku aneh oppa?, Apa ada yang salah denganku?, apa memiliki impian lebih dari satu itu dilarang?", tanyanya putus asa
"Tidak. Kau sama sekali tidak aneh dan tidak ada yang salah denganmu, Sora. Kau berhak menjalankan kehidupan yang kau pilih. Kau bebas menentukan impian apa yang ingin kau capai", kataku berdiri dihadapannya.
"Kau pasti akan merasa lelah dan marah bila terus menerus mendengar komentar negatif dari orang lain. Biarkanlah orang lain berkata apapun, mereka tidak menjalani kehidupanmu. Kau yang lebih tau apa yang kau inginkan dalam hidupmu. Memiliki banyak impian merupakan hal yang biasa. Namun, bisa mewujudkan semua impian yang kau miliki adalah hal yang luarbiasa. Tidak semua orang bisa melakukannya", kataku tersenyum kepadanya
"Ne..kau benar. Saat kuliah aku bermimpi bisa membangun Minerva. Aku berusaha keras mewujudkannya. Aku berhemat agar bisa menabung. Aku menjadi guru les musik, wedding singer, dan bahkan aku mengamen setiap minggu di Hongdae untuk mendapatkan uang lebih. Ya..mereka tidak tau perjuanganku membangun Minerva", katanya menggelengkan kepala
"Aku selalu berpikir seperti ini, bila apa yang aku impikan sudah tercapai maka aku harus menentukan impianku selanjutnya. Hal itulah yang membuatku selalu bergerak, selalu berusaha yang lebih baik lagi", kataku sambil mengusap-usap kepalanya
"Kau luar biasa oppa.. aku tidak salah mengidolakanmu", katanya sambil tersenyum seperti anak kecil
"Aaaahh..kiyowo (menggemaskan)", kataku menundukkan kepalaku
Kami tertawa bersama. Sepertinya suasana hati Sora sudah lebih baik.
"Aku senang bisa berkenalan dan berteman denganmu, oppa. Kau selalu memberikan saran dan jawaban terbaik saat aku benar-benar membutuhkannya. Gomawoyo", katanya mengulurkan tangan kepadaku
"Apa ini?kau mengajakku bersalaman?", tanyaku tak percaya
"Nee", jawabnya
"Arasso", kataku sambil mengulurkan tanganku
Kami berjabat tangan dengan canggung. Aku merasakan sensasi tergelitik aneh saat menggenggam tangannya.
"Aku juga senang bisa berteman denganmu Sora", kataku bersungguh-sungguh
*pip pip pip
Terdengar bunyi alarm dari dalam tas tangan milik Sora. Kami melepaskan jabatan tangan kami. Ia membuka tas nya dan melihat layar ponselnya.
"Omo! Jam 12 malam, selamat ulang tahun oppa!", katanya bersemangat
"Eh?kau memasang alarm untuk ulang tahunku?", tanyaku tak percaya
"Ne! Ah tunggu aku tidak punya lilin untuk kau tiup", katanya cemberut
Lalu ia melihat sekeliling taman dan berlari ke arah rimbunan tanaman. Ia mengambil sesuatu dari sana dan membawanya dengan hati-hati seperti membawa lilin yang menyala. Satu tangannya memegang benda itu, dan tangan yang lainnya berusaha melindungi benda tersebut.
Ia berjalan ke arahku dengan senyum lebar. Aku masih kebingungan dengan tingkah lakunya.
"Tadaaa! Saengil chukha hamnida..saengil chukha hamnida...saranghaneun Namjoonie...saengil chukha hamnida", ia bernyanyi lagu ulang tahun sambil menujukkan sebuah bunga dandelion berwarna putih di tangannya
Aku terharu sekali melihat bunga kecil itu. Aku terus menerus tersenyum melihat Sora. Wanita ini luar biasa, pikirku.
"Ucapkan permohonanmu dan tiup bunganya", katanya sambil mendekatkan bunga dandelion itu ke wajahku
Aku memejamkan mataku sambil mengucapkan permohonanku di dalam hati. "Aku menginginkannya. Aku menginginkan Sora dalam hidupku".
Aku membuka mataku dan meniup bunga dandelion itu. Serpihan bunganya terbang terbawa angin malam menuju kanal. Cantik sekali.
"Gomawo yo Sora", kataku menatapnya lembut
"Semoga kita bisa menjadi seperti dandelion itu, oppa. Walaupun ia kecil dan terlihat rapuh tapi sebetulnya ia adalah bunga yang kuat dan berani. Pada saat tertiup angin kencang serpihan bunganya akan tetap utuh dan kuat. Dan kemanapun angin membawanya, walau sendirian ia akan tetap tumbuh dengan indah ditempat barunya", kata Sora membalas tatapanku
"Kau puitis sekali Kim Sora ssi", kataku tersenyum mendengar doa dan harapannya
"Ani yo..", katanya tersipu sambil menyelipkan rambut di belakang telinganya
"Besok aku ingin kau ikut denganku oppa. Aku akan mentraktirmu makanan korea di Copenhagen", katanya lagi
"Jinjja?ada makanan korea di sini?", tanyaku
"Ye.. besok kita berangkat jam 10 ya..kita akan brunch (makan pagi dan siang) disana", katanya bersemangat
"Arasso", kataku
Kami kembali ke dalam hotel karena malam semakin dingin. Aku sengaja hanya menekan angka 8 di lift.
"Kau lupa tidak menekan nomer lantaimu?", tanya Sora sambil kebingungan memandangku
"Tidak. Aku ingin mengantarmu dan memastikan kau turun dilantai yang tepat", jawabku malu
"Eh? Jinjja?", katanya sambil tertawa
Ketika pintu lift terbuka di lantai 8, Sora segera berjalan keluar.
"Aku duluan ya oppa, mimpi indah. Sampai bertemu besok", kata Sora seraya melambaikan tangan
"Sora-ah...", kataku menahan pintu lift yang akan tertutup di hadapanku
"Eh?", jawabnya bingung
"Aku hanya ingin mengatakan bahwa kau cantik sekali malam ini", aku tertunduk malu dan dengan cepat aku menekan tombol agar pintu menutup
Sora tertawa melihatku. "Gomawoyo oppa", suaranya terdengar meskipun pintu lift telah tertutup dihadapanku.
Aku membentur-benturkan (dengan pelan) kepalaku Ke dinding lift.
"Apa yang telah kulakukan?aku malu sekali", kataku merana
Aku berjalan ke arah kamarku sambil masih sesekali mengumpat. Aku duduk di kasurku, aku merasa sangat bahagia, ada perasaan hangat dalam hatiku mengingat apa yang ia lakukan saat memberiku ucapan selamat ulang tahun. Dandelion.....mungkin mulai hari ini dandelion akan menjadi bunga favoritku.
————————————————————————
Stay safe and stay gold, ARMY
Borahae 💜💜💜