Di rumah Cici juga tidak lama. Setelah melepas rindu, Nada pun berpamitan. Ia akan mengunjungi Pakde dulu.
Ketika bertemu azan ashar, mereka berhenti di sebuah masjid. Salat dulu, setelah itu bergerak lagi, menuju rumah Pakde.
Terasa segar setelah membasahi wajah dengan air wudhu. Dari kejauhan, perempuan itu dapat menangkap bayangan suaminya saat memasuki masjid.
Tidak terlalu banyak jamaah yang hadir. Satu shaf saja untuk perempuan, dan dua shaf untuk lelaki.
Lima belas menit berlalu, mereka bertemu di teras masjid. "Dek, coba telepon dulu Pakde, takutnya nanti nggak di rumah. Kita jarang ke sana, nggak ketemu juga. Tadi ibu bilang, kalo mau ke rumah Pakde, baiknya telepon dulu. Jangan sampe nanti udah ujug-ujug ke sana, tahu-tahu Pakde nggak di rumah."
Alan bicara sambil memasang sepatu. Ia sama sekali tidak tahu kalau perempuan di sebelah, tengah berdiri mematut dirinya tak berkedip.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com